Theme images by Igniel

Contact Form

Name

Email *

Message *

Followers

Jumlah Pengunjung

Archive

Universitas Megarezky

Universitas Megarezky
FKIP Universitas Megarezky

Prodi Pendidikan Jasmani Ada Di Univ. Megarezky

Prodi Pendidikan Jasmani Ada Di Univ. Megarezky
Yukkss Daftarkan Segara Diri Anda untuk menjadi Bagian dari Kami

Ayo Kuliah Di Univ. Megarezky

Ayo Kuliah Di Univ. Megarezky
Pendaftaran Calon Mahasiswa Baru Tahun Akademik 2020/2021

Translate

Follow Us

Halaman Facebook

Universitas Megarezky

Comment

Bacaan Favorit

Kisah Dukuh Legetang - Banjarnegara (Mengulang Tragedi Kota Sodom dan Pompeii)

Post a Comment
Fenomena LGBT sudah ada dari jaman dulu, seperti juga yang ada dalam Al-Qur’an dan sudah nyata contohnya yaitu kaum Nabi Luth. Kenapa dengan kaum Nabi Luth dengan Kota Sodom ? Kota Sodom merupakan salah satu kota di Yordania.

*Kisah Dukuh Legetang Banjarnegara*

Penduduk Kota Sodom memiliki akhlak yang sangat buruk. Mereka suka sekali berbuat kemaksiatan. Salah satu yang sangat buruk dari kebiasaan penduduk Sodom adalah perbuatan homoseksual. Dan kita pun tahu akan adzab Allah atas mereka, kaum yang melampaui batas dan bahkan ada hadits dari Nabi SAW juga sudah jelas :
“Siapa yang kalian dapati melakukan perbuatan kaum Luth, bunuhlah kedua pelakunya.” (HR Tirmidzi)
Apakah hal ini akan menimpa bangsa “Indonesia” ? lihatlah. Dibinasakanya kaum Sodom juga hampir sama terjadi dengan apa yang terjadi di “Indonesia”.

Di ujung tahun 2018 bencana alam bertubi-tubi datangnya. Gempa bumi di Lombok belum beres, disusul gempa dan tsunami di Palu & Donggala (Sulteng), dan ditambah lagi erupsi Gunung Anak Krakatau dan Soputan. Sebelumnya pada bulan Juni Gunung Merapi (Jateng) mengalami erupsi, disusul dengan meletusnya Gunung Agung di Bali pada bulan Juli.

Bagi yang memiliki iman, bencana alam yang datang bertubi-tubi menimpa bangsa ini tentu merupakan satu isyarat dari Allah SWT, agar kita kembali ke jalan tauhid dengan benar, tidak menuhankan sesama makhluk, tidak menuhankan benda mati, karena Tuhan itu hanya satu yaitu Allah SWT.

Ada sekelumit kisah nyata yang pernah terjadi pada sebagian bangsa ini yang mungkin kita telah lupa. Dan sayangnya, peristiwa yang penuh dengan pelajaran ini sama sekali tidak disinggung-singgung sedikit pun di dalam buku pelajaran di sekolah.

Kita dan anak-anak kita tidak pernah tahu jika ada suatu desa yang penduduknya nyaris sama dengan kaum Sodom - Gomorah, senang bermaksiat, yang oleh Allah SWT dikubur seluruhnya dalam satu malam hingga tidak bersisa. Satu desa bersama seluruh penduduknya lenyap dalam satu malam tertutup puncak sebuah gunung yang berada agak jauh dari lokasi desa itu. Siapa yang mampu memindahkan puncak gunung itu ke suatu tempat untuk mengubur satu desa kecuali Allah Yang Maha Kuasa ?

Inilah kisah tentang Dukuh Legetang, yang masuk dalam wilayah Banjarnegara, Jawa Tengah. Kejadiannya di tahun 1955.

Dukuh Legetang adalah sebuah dukuh makmur yang lokasinya tidak jauh dari dataran tinggi Dieng-Banjarnegara, kira-kira 2 kilo meter di sebelah utaranya. Penduduknya cukup makmur dan kebanyakan para petani yang cukup sukses. Mereka bertani sayuran, kentang, wortel, kobis, dan sebagainya.

Berbagai kesuksesan duniawi yang berhubungan dengan pertanian menghiasi dukuh Legetang. Misalnya apabila di daerah lain tidak panen, tetapi mereka panen berlimpah. Kualitas buah dan sayur yang dihasilkan juga lebih baik dari yang lain.

Namun bukannya mereka bersyukur, dengan segala kenikmatan ini, mereka malah banyak melakukan kemaksiatan. Barangkali ini yang dinamakan “istidraj” atau disesatkan Allah dengan cara diberi rezeki yang banyak, namun orang tersebut akhirnya makin tenggelam dalam kesesatan.

Masyarakat Dukuh Legetang umumnya ahli maksiat. Perjudian di dukuh ini merajalela, begitu pula minum-minuman keras. Tiap malam mereka mengadakan pentas Lengger atau Ronggeng, sebuah kesenian tradisional yang dibawakan oleh para penari perempuan, yang sering berujung kepada perzinaan. Ada juga anak yang malah melakukan kemaksiatan bersama ibunya sendiri. Beragam kemaksiatan lain sudah sedemikian parah di dukuh ini.

Pada suatu malam, tanggal 17 April 1955, turun hujan yang amat lebat di dukuh itu. Tapi masyarakat Dukuh Legetang masih saja tenggelam dalam kemaksiatan. Barulah pada tengah malam hujan reda. Tiba-tiba terdengar suara keras seperti sebuah bom besar dijatuhkan di sana, atau seperti suara benda yang teramat berat jatuh.

Suara itu terdengar sampai ke desa-desa tetangganya. Namun malam itu tidak ada satu pun yang berani keluar karena selain suasana teramat gelap, jalanan pun sangat licin.

Pada pagi harinya, masyarakat yang ada di sekitar Dukuh Legetang yang penasaran dengan suara yang amat keras itu barulah keluar rumah dan ingin memeriksa bunyi apakah itu yang terdengar amat memekakkan telinga tadi malam.

Mereka sangat kaget ketika di kejauhan terlihat puncak Gunung Pengamun-amun sudah terbelah, rompal. Dan mereka lebih kaget bukan kepalang ketika melihat Dukuh Legetang sudah tertimbun tanah dari irisan puncak gunung tersebut. Bukan saja tertimbun tapi sudah berubah menjadi sebuah bukit, dengan mengubur seluruh dukuh beserta warganya.

Dukuh Legetang yang tadinya berupa lembah, kini sudah menjadi sebuah gundukan tanah baru menyerupai bukit. Seluruh penduduknya mati. Gegerlah kawasan Dieng. Masyarakat sekitar terheran-heran; seandainya Gunung Pengamun-amun sekedar longsor, maka longsoran itu pasti hanya akan menimpa lokasi di bawahnya.

Akan tetapi kejadian ini jelas bukan longsornya gunung. Antara Dukuh Legetang dan Gunung Pengamun-amun terdapat sungai dan jurang, yang sampai sekarang masih ada. Namun sungai dan jurang itu sama sekali tidak terkena longsoran. Jadi kesimpulannya, potongan gunung itu malam tadi terangkat dan jatuh menimpa dukuh Legetang. Siapa yang mampu mengangkat separoh gunung itu kalau bukan Allah Yang Maha Kuasa ?

“Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang ?"
(QS. Al Mulk : 16)

Untuk memperingati kejadian itu, pemerintah setempat mendirikan sebuah tugu yang hari ini masih bisa dilihat siapa pun. Di tugu tersebut ditulis dengan plat logam (kalau masih ada) :

“TUGU PERINGATAN ATAS TEWASNJA 332 ORANG PENDUDUK DUKUH LEGETANG SERTA 19 ORANG TAMU DARI LAIN-LAIN DESA SEBAGAI AKIBAT LONGSORNJA GUNUNG PENGAMUN-AMUN PADA TGL. 16/17-4-1955″

Sungguh kisah tenggelamnya Dukuh Legetang ini menjadi peringatan bagi kita semua bahwa adzab Allah SWT yang seketika itu tidak hanya terjadi di masa lampau, di masa para Nabi, tetapi adzab itu pun bisa menimpa kita di zaman ini. Bahwa sangat mudah bagi Allah SWT untuk mengadzab manusia-manusia lalim dan durjana dalam hitungan detik.

Sumber : Dakwah Islam dan berbagai sumber.

aminuddin
Aminuddin S.Or.,M.kes Dg Nyampo, Akademisi dan praktisi di bidang ilmu Kesehatan Olahraga.

Related Posts

Post a Comment