pengaruh pemberian minuman berkafein (instant coffe) terhadap VO2max pada atlet Futsal
BAGIAN 1 :
1. Pendahuluan
Dewasa ini masyarakat melakukan banyak cara untuk mengatasi rasa ngantuk dan lelah, karena hal ini dianggap mengganggu kegiatan sehari-hari dan menghambat produktifitas kerja. Salah satu yang membuat kecanduan adalah mengkonsumsi kopi karena dipercaya dapat meningkatkan kebugaran dan performa kerja (Honosutomo, 2007). Kopi merupakan minuman psikostimulan yang sering digunakan atlet sebagai suplementasi latihan, berkaitan dengan kandungan zat aktif dalam kopi yang memberikan banyak pengaruh pada manusia, termasuk peningkatan ketahanan saat melakukan aktifitas fisik (Graham, 2011). Penggunaan kafein dalam dosis terapi akan meningkatkan kewaspadaan, mengurangi rasa kantuk dan lelah, mempercepat daya berpikir, namun menurunkan kemampuan untuk melakukan pekerjaan yang membutuhkan koordinasi otot halus (Goldman dan Goldschlager, 1995).
Kafein merupakan zat psikoaktif yang terdapat pada
banyak sumber seperti kopi, teh, soda dan cokelat. Indonesia dikenal sebagai
negara penghasil kopi terbesar ke-4 di dunia dengan tingkat produksi sebesar
350.000 ton dengan nilai USD 367 juta (Yahmadi, 2005). Konsumsi kopi sebagai
salah satu sumber kafein meningkat sebesar 98% dalam 10 tahun terakhir di
Indonesia. Pengaruh gaya hidup dan semakin maraknya cafe serta kedai kopi
memberikan kontribusi dalam peningkatan jumlah konsumen kopi (Swastika, 2012).
Kafein adalah senyawa alkaloid metilxantine (basa
purin) yang berwujud kristal berwarna putih dan bersifat psikoaktif. Kafein
digunakan sebagai stimulan sistem saraf pusat dan mempercepat metabolisme
(diuretik). Konsumsi kafein berguna untuk meningkatkan kewaspadaan,
menghilangkan ngantuk
dan menaikkan mood. Kafein juga membantu kinerja fisik dengan meningkatkan daya
tahan tubuh dan meningkatkan kontraksi otot. Atlet yang mengkonsumsi kafein
memiliki kelebihan dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi kafein karena
atlet akan dapat bertahan lebih lama saat melakukan aktivitas olahraga (Ennis,
2014). Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa dengan mengkonsumsi kafein
dapat meningkatkan kewaspadaan (lelah berkurang) (Smith, 2002). Meskipun
demikian, kafein juga memiliki efek samping jika dikonsumsi (Bawazeer et al.,
2013).
Olahraga merupakan aktivitas fisik yang direncanakan,
terstruktur, dan dikerjakan secara berulang dan bertujuan memperbaiki atau
menjaga kesegaran jasmani (Longe dan Blanchfield, 2008). Olahraga dalam
kehidupan sehari-hari sangat diperlukan, karena dengan berolahraga seseorang
dapat menjaga berat badan, tampak lebih muda, meningkatkan kepercayaan diri,
menjaga kesehatan, dan meningkatkan kualitas hidup. Berolahraga secara rutin
dapat mengurangi resiko penyakit kronik seperti penyakit jantung, tekanan darah
tinggi, stroke, kanker, dan osteoporosis (Hoeger dan Hoeger, 2016). Pencapaian
Olahraga memiliki beberapa komponen penting yang perlu menjadi perhatian.
Komponen tersebut adalah kapasitas kerja kardiovaskuler, respirasi, performa
otot, fleksibilitas, ketangkasan, dan beberapa aspek psikologi dan sosial.
Performa otot sendiri terdiri dari kekuatan otot dan daya tahan otot (Hoeger
dan Hoeger, 2016).
Berdasarkan penelitan yang dilakukan oleh Burke (2008) terbukti bahwa kafein meningkatkan daya tahan otot pada beberapa olahraga, seperti meningkatnya daya tahan otot dan performa pembalap sepeda, meningkatkan kecepatan pelari, meningkatkan daya tahan pedayung, dan meningkatkan kecepatan perenang. Burke (2008) yang mempelajari perenang menemukan bahwa dengan mengonsumsi kafein 60 menit sebelum berenang 1500 meter dapat meningkatkan 23 detik waktu berenang (Burke, 2008). Selain meningkatkan performa otot, hasil studi meta analisis mengungkapkan bahwa mengonsumsi secangkir kopi setiap hari dapat menurunkan risiko beberapa kanker seperti kanker payudara, kanker kandung kemih, kanker faring, kanker endometrium, kanker kolorektal, kanker hati, serta kanker prostat (Yu et al., 2011).
Maksimal oxygen uptake (VO2max) didefinisikan sebagai rasio maksimum atau optimum dari jantung, paru dan otot yang dapat secara efektif menggunakan oksigen ketika olahraga, digunakan sebagai alat ukur untuk menentukan aerobik seseorang. VO2max diukur dalam satuan mililiter kilogram berat badan per menit (mL · kg 1 · min 1) dan merupakan variabel yang baik untuk menentukan keadaan kardiovaskular seseorang, sehingga VO2max menjadi metode pengukuran yang cukup sering digunakan utuk menunjukkan efek suatu latihan.13
Nilai
VO2max sangat dipengaruhi
oleh karakteristik fisik, seperti usia,
jenis kelamin dan kebiasaan melakukan olahraga serta kondisi jantung. VO2max seseorang akan
mencapai puncaknya pada usia 15-30 tahun dan menurun secara progresif sepanjang
tahun. Pada perempuan, karena massa otot kecil, hemoglobin rate yang rendah,
volume darah dan stroke volume yang sedikit akan mempengaruhi nilai VO2max. Pada orang yang bed rest (tirah baring) selama 3 minggu
akan mengalami penurunan VO2max
sebesar 25%. Penyakit-penyakit yang berhubungan terhadap sistem tersebut
akan secara langsung juga mempengaruh nilai VO2max.14
Konsumsi oksigen akan
terus meningkat seiring dengan beban kerja yang bertambah berat. Ada suatu masa
konsumsi oksigen tidak akan mengalami kenaikan dan konsumsi oksigen menjadi
konstan meskipun beban pekerjaan ditambah
Adapun
pengaruh yang diberikan oleh minuman berkafein menurut ahli gizi Asley Reaver mengatakan
anti oksidan dalam kopi membantu meningkatkan daya tahan tubuh dan membantu
memerangi inflamasi.
“secangkir
atau dua cangkir kopi perhari membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh”
Kandungan antioksidan di dlam kopi juga dapat membantu mengurangi jenis kangker tertentu, masalah kesehatan jantung,diabetes,osteoporosis dan penyakit neurologis, hal tersebut juga telah dibuktiksn dalam riset yang diterbitkan pharmacology dan therapeutics tahun 2006
Dalam riset tersebut, terungkap bahwa kafein dalam kopi dapat menekan produksi sitokin pro-inflamasi yang memiliki manfaat antibodi sehingga berefek positif pada pasien dengan penyakit radang kronis sepertyi radang sendi atau psorlasis. Berdasarkan penelitian oleh Burke (2008) yang menjelaskan adanya pengaruh kafein terhadap daya tahan.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh minuman berkafein (Instant Coffe) terhadap VO2max pada atlet Futsal
3. Tujuan Peneltian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh minuman berkafein terhadap (Instant Coffe) VO2max atlet Futsal
4. Manfaat Penelitian
Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
a. Dapat dijadikan sebagai landasan teoritis tentang pengaruh minuman berkafein (Instan Coffe) terhadap VO2max pada atlet Futsal.
b. Dapat menambah wawasan peneliti mengenai pengaruh minuman berkafein (Instant Coffe) terhadap VO2max pada atlet Futsal sehingga nantinya bisa digunakan untuk mengedukasi masyarakat peminum kopi mengenai pengaruh positif minuman berkafein (Instant Coffe).
BAGIAN II :
1. Kajian Pustaka
Kafein
Kandungan utama kopi adalah kafein. Kafeina, atau
kafein ialah senyawa Alkaloid xantina berbentuk kristal berwarna putih dan
berasa pahit merupakan zat paling populer digunakan sebagai perangsang
psikoaktif yang juga menyebabkan efek diuretik ringan (Graham, 2011). Kafein
adalah zat yang memberikan cita rasa nikmat pada kopi dan kadarnya bervariasi
pada masing-masing jenis kopi. Kopi yang paling banyak diproduksi adalah jenis
Arabica dan Robusta, dan pemilihan jenis kopi oleh konsumen sangat bergantung
pada selera masing-masing individu (Honosutomo, 2007). Kafein ialah alkaloid
yang tergolong dalam keluarga methylxanthine bersama sama senyawa theofilin dan
theobromin, berlaku sebagai perangsang sistem saraf pusat. Pada keadaan asal,
kafein ialah serbuk putih yang pahit (Phytomedical Technologies, 2006) dengan
rumus kimianya C8H10N4O2, dan struktur kimianya 1,3,7-trimetilxantin 2,6
dioksilpurin (Farmakologi UI, 1995).
Kafein ialah senyawa kimia yang dijumpai secara alami
di didalam makanan contohnya biji kopi, teh, biji kelapa, buah kola (cola nitide)
guarana, dan mate. Teh adalah sumber kafein yang lain, dan mengandung setengah
dari kafein yang dikandung kopi. Beberapa tipe teh yaitu teh hitam mengandung
lebih banyak kafein dibandingkan jenis teh yang lain. Teh mengandung sedikit
jumlah teobromine dan sedikit lebih tinggi theofilin dari kopi. Kafein juga
merupakan bahan yang dipakai untuk ramuan minuman non alkohol seperti cola,
yang semula dibuat dari kacang kola. Soft drinks khususnya terdiri dari 10-50
miligram kafein. Coklat terbuat dari kokoa mengandung sedikit kafein. Efek
stimulan yang lemah dari coklat dapat merupakan kombinasi dari theobromin dan
theofilin sebagai kafein (Casal et al., 2000).
Efek jangka Pendek Kafein mencapai jaringan dalam
waktu lima menit dan tahap puncak mencapai darah dalam waktu 50 menit,
frekuensi pernafasan ; urin ; asam lemak dalam darah ; asam lambung bertambah
disertai peningkatan tekanan darah. Kafein juga dapat merangsang otak (7,5-150
mg) dapat meningkatkan aktifitas neural dalam otak serta mengurangi keletihan),
dan dapat memperlambat waktu tidur (Drug Facts Comparisons, 2001). Kafein
mempunyai efek relaksasi otot polos , terutama otot polos bronchus, merangsang
susunan saraf pusat, otot jantung, dan meningkatkan diuresis. Efek lain kafein
pada organ adalah sebagai berikut:
Jantung, kadar rendah kafein dalam plasma akan
menurunkan denyut jantung, sebaliknya kadar kafein dan teofilin yang lebih
tinggi menyebabkan tachicardi, bahkan pada individu yang sensitif mungkin
menyebabkan aritmia yang berdampak kepada kontraksi ventrikel yang premature.
Pembuluh darah, kafein menyebabkan dilatasi pembuluh
darah termasuk pembuluh darah koroner dan pulmonal, karena efek langsung pada
otot pembuluh darah.
Sirkulasi Otak, Resistensi pembuluh darah otak naik disertai pengurangan aliran darah dan PO 2 di otak, ini diduga merupakan refleksi adanya blokade adenosine oleh Xantin (Farmakologi UI, 1995).
a. Sejarah Kafein
Sejarah penggunaan kafein sudah ada sejak sekitar 4700
SM. Ketika itu teh populer di Tiongkok. Zat kafein pertama kali diisolasi oleh
Runge pada tahun 1820 di jerman. Zat ini juga dilaporkan telah diisolasi oleh
Robiquete pada tahun 1823 dan Pelletier pada tahun 1826. Terdapat banyak
istilah kafein seperti “cofeina”(1823), “guaranin” dan “coffein (1826), dan
pada tahun 1827, istilah “thein” digunakan oleh Oudry. Pada tahun 1838 dan
akhirnya tahun 1840, zat yang berbeda namanya ini baru disadari sebenarnya
adalah sama dan istilah “caffein” meluas digunakan istilah ini mulai
diperkenalkan oleh Pelletier yang telah mengisolasi zat ini dari kopi dan
memberi nama “caffein”
b. Sumber Kafein
Kafein kita jumpai pada minuman yang berasal dari tumbuhan seperti kopi, teh dan coklat. Kafein juga bisa dijumpai pada minuman ringan, minuman berenergi dan minuman beralkohol.
Tabel 2.1 Sumber Kafein yang Umum dan Contoh Produk Tanpa kafein
Sumber |
Kafein Per unit |
Minuman dan makanan (5-6 oz) Kopi murni, kopi buatan
Kopi instan Teh (daun atau kantung) Kokoa Kopi tanpa kafein Cokelat batang atau ons cokelat masak Minuman ringan (8-12 oz) Pepsi, coke, Tab, Royal Crown, Dr. Papper, Montain dew Canada Dry Ginger Ale, Caffeine Free Coke, Caffeine Free Pepsi, 7-Up,
Sprite, Squirt Caffeine Free Tab Medikasi yang diresepkan
(1 tablet atau kapsul) Cafergot, Migralam Anoquan, Aspir-code, Bac, Darvon, Fiorinal Analgesik dan preparat flu bebas (1 tablet atau kapsul)
Excedrin Senyawa aspirin, Anacin,
B-C powder, Capron, Cope, Dolor, Midol, Nilain, Norgesic, PAC, Trigesic, Vanquish Advil, aspirin, Empirin, Midol 200, Nuprin, Pamprin
Stimulan dan supresan nafsu makan bebas (1 tablet/kapsul) Caffin-TD,
Caffedrine Vivarin, Ver Quick-
|
90-140 mg 66-100 mg 30-100 mg 5-50 mg 2-4 mg 25-35 mg
25-35 mg
0
mg
100
mg
60
mg
30
mg 0 mg
250
mg 200
mg 140-150 mg
|
Sumber : Kaplan
c. Efek ergogenik kafein
Kafein mempunyai efek ergogenik yang dapat
meningkatkan performa atlet, terutama untuk meningkatkan ketahanan aerobik dan
meningkatkan kemampuan repetisi pada latihan otot, tetapi tidak mempunyai efek
pada kekuatan maksimal otot bila diminum sebelum latihan (Adrian, 2013). Teori
paling popular dari efek ergogenik kafein terhadap performa tubuh disebabkan
oleh dua mekanisme utama
(1)
Kafein dapat meningkatkan proses penyerapan dan pelepasan ion kalsium dalam sel
otot ;
(2)
Kafein dapat menstimulasi pengeluaran asam lemak dari jaringan adiposa.
Mekanisme pertama mampu meningkatkan performa latihan
pada olahraga olahraga intensitas tinggi berdurasi singkat dengan meningkatkan
kekuatan serta efisiensi kontraksi otot, sedangkan mekanisme kedua dapat
meningkatkan endurans dalam olahraga berdurasi panjang karena pemakaian asam
lemak dapat menghemat penggunaan glikogen otot dan glikogen hati pada tahap
awal saat olahraga baru berlangsung. Penghematan glikogen membuat seorang atlet
memiliki cadangan energi relatif lebih banyak sehingga daya tahan dan
performanya cenderung lebih baik (Bairam, 2007).
Kafein dapat meningkatkan terjadinya oksidasi sel
lemak sehingga lebih mudah terjadi kehilangan berat badan dan lemak (weight and
fat loss) pada olahragawan sealigus mengurangi rasa lelah (Sugiharto, 2011).
The Australian Institute of Sport menemukan bahwa kafein dapat merangsang otot
menggunakan lemak sebagai bahan dasar. Kafein juga banyak digunakan para atlet
olahraga daya tahan seperti marathon dan sepeda jarak jauh untuk mendapat
energi ekstra selama pertandingan. Studi lain di University of Pittsburg juga
menemukan hasil serupa, bahwa kafein memiliki kemampuan untuk melepaskan lemak
dari jaringan adiposa sehingga lebih mudah dibakar.
Menurut Bosquet (2010) konsumsi kafein dibanding konsumsi
placebo sebelum latihan menghasilkan peningkatan pembakaran lemak tubuh
145mg/mol banding 120mg/mol, serta rata-rata kemampuan daya tahan atlet
endurans meningkat dari 123 menit menjadi 131 menit.
Kafein akan terus memberikan pengaruh dalam tubuh selama belum diekskresi. Waktu yang dibutuhkan untuk mengeliminasi setengah dari total kafein pada orang dewasa yang tidak merokok rata-rata 3-4jam (Erowid, 2014). Oleh karena itu Komite Olimpiade Internasional (2004) menentukan batas maksimal kafein di urine atlet tidak boleh melebihi 12 mikrogram/ml urine. Hal ini dapat terjadi bila mengkonsumsi kopi sebanyak 4-7 cangkir (600-800 mg kafein) 30 menit sebelum bertanding atau 1000-1400 mg kafein empat jam sebelum latihan.
d. Farmakologi Kafein
Menurut Brain (2014) kafein diabsorbsi setelah
pemberian oral, rektal dan parenteral, didistribusikan keseluruh tubuh dengan
volume distribusi 400-600 ml/Kg dengan waktu paruh plasma tiga jam. Dalam
keadaan perut kosong sediaan kafein bentuk cair dapat menghasilkan kadar puncak
plasma setelah satu jam pemberian oral. Bioavaibilitas secara oral hampir 100%,
makanan dapat memperlambat absorbsi, namun tidak membatasi jumlah yang terabsorbsi.
Kafein terdistribusi ke seluruh tubuh dengan volume distribusi 0,58l/kg dan
berikatan dengan protein plasma sekitar 35%.
Takaran 200-600 mg kafein ( 3-5 mg/kg berat badan atau
setara dengan 2-3 cangkir kopi) yang di minum 30 sampai 45 menit sebelum latihan
adalah takaran dalam batas aman bagi atlet. Kafein diabsorbsi secara cepat
melalui usus ke pembuluh darah dan membutuhkan waktu 20-50 menit untuk mencapai
kadar puncak plasma. Tingkat kafein dalam darah yang mencapai otak akan
menunjukkan besarnya efek yang ditimbulkan pada tubuh. Normalnya SSP dirangsang
dalam waktu 40-60 menit (Erowid, 2014).
Kafein berpengaruh terhadap fisiologi tubuh yaitu
terhadap sistem saraf pusat dan kardiovaskuler. Kafein dapat mempengaruhi SSP
dengan cara menghambat aktivitas enzim phospatdiesterase, memblok reseptor
GABA-a, dan mobilisasi kalsium intraseluler (Drug Facts Comparisons, 2001).
Akan tetapi pengaruh kafein yang paling utama pada SSP disebabkan oleh
kapasitas kafein sebagai antagonis reseptor adenosin. Gugus methilxantin yang
terdapat pada kafein akan berikatan dengan reseptor adenosin di otak dan
menyebabkan blokade. Akibatnya terjadi peningkatan katekolamin plasma satu jam
setelah konsumsi kafein. Katekolamin dalam hal ini adalah epinefrin akan
memberikan efek peningkatan frekuensi dan kekuatan denyut jantung (Graham,
2011).
Kafein hampir seluruhnya dimetabolisme oleh tubuh di
hati dalam bentuk Asam Metilurat, hanya 3% yang diekskresikan dalam bentuk yang
tidak berubah melalui urin (Bairam, 2007). Proses utama metabolisme pada
manusia (70-80%) adalah melalui N-3 demethylation menjadi paraxanthine atau
1,7-dimethylxantine (17X). Bentuk metabolit lainnya antara lain: theobromin
(7-8%), theophyline (7-8%) dan trimethyluric acid (15%). Enzim CYP1A
bertanggung jawab pada 95% dari metabolisme kafein. Waktu paruh kafein dalam
tubuh, yaitu 1,9-12,2 jam pada dewasa dan 40-231 jam pada neonatus (Susprawita,
2004).Kafein hampir seluruhnya dimetabolisme oleh tubuh di hati dalam bentuk
Asam Metilurat, hanya 3% yang diekskresikan dalam bentuk yang tidak berubah
melalui urin (Bairam, 2007). Proses utama metabolisme pada manusia (70-80%)
adalah melalui N-3 demethylation menjadi paraxanthine atau 1,7-dimethylxantine
(17X). Bentuk metabolit lainnya antara lain: theobromin (7-8%), theophyline
(7-8%) dan trimethyluric acid (15%). Enzim CYP1A bertanggung jawab pada 95%
dari metabolisme kafein. Waktu paruh kafein dalam tubuh, yaitu 1,9-12,2 jam
pada dewasa dan 40-231 jam pada neonatus (Susprawita, 2004).
Kafein hampir seluruhnya dimetabolisme oleh tubuh di hati dalam bentuk Asam Metilurat, hanya 3% yang diekskresikan dalam bentuk yang tidak berubah melalui urin (Bairam, 2007). Proses utama metabolisme pada manusia (70-80%) adalah melalui N-3 demethylation menjadi paraxanthine atau 1,7-dimethylxantine (17X). Bentuk metabolit lainnya antara lain: theobromin (7-8%), theophyline (7-8%) dan trimethyluric acid (15%). Enzim CYP1A bertanggung jawab pada 95% dari metabolisme kafein. Waktu paruh kafein dalam tubuh, yaitu 1,9-12,2 jam pada dewasa dan 40-231 jam pada neonatus (Susprawita, 2004).
e. Efek Samping Kafein
Kafein mencapai jaringan dalam waktu lima menit dan
tahap puncak mencapai darah dalam waktu 50 menit, frekuensi pernafasan ; urin,
asam lemak dalam darah ; asam lambung bertambah disertai peningkatan tekanan
darah. Kafein juga dapat merangsang otak (7,5-150mg) dapat meningkatkan
aktifitas neural dalam otak serta mengurangi keletihan dan dapat memperlambat
waktu tidur.
Efek samping
seperti rasa gelisah, nafsu makan menurun, mual atau muntah, sakit kepala,
tidak dapat tidur (insomnia), gangguan lambung dan saluran pencernaan,
peningkatan frekuensi jantung (takikardi) dan gangguan saluran kemih akan
hilang paling lambat dalam waktu empat puluh delapan jam setelah pemberian oral
kafein dalam bentuk minuman kopi (Halvorsen, 2005). Pemakaian lebih dari 650 mg
dapat menyebabkan insomnia kronik, gelisah, dan ulkus. Efek lain dapat
meningkatkan denyut jantung dan beresiko terhadap penumpukan kolesterol,
menyebabkan kecacatan pada anak yang dilahirkan (Anthony, 2005).
Dalam DSM-5 disebutkan diagnosis mengenai seorang yang
telah mengalami intoksikasi kafein, yaitu muncul lima atau lebih reaksi alergi
setelah mengkonsumsi kafein selama 24-72 jam terakhir (Ted, 2015). The American
Journal of Clinical Nutrition menyebutkan 20 reaksi alergi yang paling sering
muncul pada kelompok orang yang intoleran terhadap kafein, antara lain :
(1)
Sakit kepala atau migrain,
(2)
Insomnia,
(3)
Sulit berkonsentrasi,
(4)
Pembengkakan lidah, tonsil maupun kerongkongan,
(5)
Peningkatan denyut jantung disertai palpitasi dan aritmia,
(6)
Kelelahan,
(7)
Pusing,
(8)
Gelisah, serangan panik dan agitasi,
(9)
Nyeri dada,
(10)
Depresi,
(11)
Rasa kebas pada wajah dan ekstrimitas,
(12)
Nyeri otot,
(13)
Nafas dangkal,
(14)
Halusinasi dan delusi,
(15)
Flu-like symptom,
(16)
Gangguan penglihatan,
(17)
Keringat dingin,
(18)
Emosi tidak stabil, iritatif dan gangguan mood,
(19)
Nyeri perut, kembung, mual bahkan muntah,
(20) Henti jantung.
f. Manfaat Kafein
Kebanyakan orang mengkonsumsi
secangkir kopi di pagi hari sebelum melakukan aktivitas sehari-hari. Salah satu
alasannya karena kopi mengandung kafein yang merupakan stimulant ringan untuk
meningkatkan kewaspadaan mereka. Hal ini sangat membantu pekerjaan yang
mewajibkan untuk tetap terjaga seperti supir kendaraan atau pekerja malam.
Beberapa orang bahkan terus mengkonsumsi minuman berkafein untuk meningkatkan
produktivitas dan kewaspadaan. Ruxton membahas bagaimana pil kafein membantu
orang untuk tetap terjaga, meningkatkan memori jangka pendek, waktu reaksi,
mood dan fatigue.26
Konsumsi kafein juga membantu
meningkatkan daya tahan dan memperkuat kontraksi otot. Atlet yang menkonsumsi
kafein mempunyai keuntungan dibandingkan yang tidak menggunakan dalam hal daya
tahan. Karena keuntungan ini, komite olympic internasional melarang kafein.26
Kafein juga digunakan untuk mengobati nyeri terutama sakit kepala. Kafein biasanya digabungkan dengan analgesic lain seperti ibuprofen untuk meningkatkan efektivitasnya. Akan tetapi, penggunaan kafein yang berlebihan justru menyebabkan medication-overuse headach.
g. Dosis Kafein
Dosis konsumsi kafein bergantung pada usia. Pada orang dewasa konsumsi dosis aman berkisar 400mg. Dosis 100mg dapat mengurangi waktu tidur seseorang, terutama jika dikonsumsi dekat dengan jam tidur. Pada ibu hamil konsumsi dibawah 200mg/hari tidak menunjukkan sebagai faktor resiko anak lahir kurang bulan ataupun cacat lahir. Meskipun demikian masih diperlukan data lebih untuk memastikan hal ini. Pada anak-anak dianjurkan untuk mengkonsumsi kafein dibawah 100mg/hari. Dosis sedang hingga besar ( kira-kira 100-400 mg) dapat meningkatkan kegugupan, kegelisahan, dan kelambatan dalam berpikir.
2.2 Konsumsi Oksigen Maksimal (VO2max)
VO2max diartikan sebagai rasio oksigen tertinggi yang
dapat diambil dan dikonsumsi oleh tubuh selama latihan yang intens dan
dinyatakan dalam milliliter (ml) dari konsumsi oksigen per kilogram (kg) dari
berat badan per menit (menit) (ml/kg/menit). Besarnya VO2max dianggap sebagai
salah satu indikator yang baik dalam menentukan ketahanan aerobik. Ini adalah
salah satu variabel utama dalam bidang fisiologi latihan dan sering digunakan
untuk menentukan keadaan kardiovaskuler seseorang. Peningkatan VO2max adalah
metode yang paling sering digunakan untuk menunjukkan efek dari suatu latihan
(Basset dan Howley, 2000).
Kesegaran jasmani dapat diukur dengan menentukan
kapasitas maksimal volume oksigen yang dapat dipakai ketika melakukan aktivitas
fisik. VO2max sangat penting untuk performa fisik dan kesehatan pada umumnya
karena selama kerja berat, tubuh seseorang membutuhkan 20 kali jumlah oksigen
normal. Seseorang dengan stamina yang baik memiliki nilai VO2max lebih tinggi,
dapat melakukan latihan yang lebih berat, serta mempunyai daya konsentrasi yang
lebih tinggi. Nilai VO2max sangat dipengaruhi oleh karakteristik fisik, seperti
usia, jenis kelamin, tinggi badan, dan berat badan serta kebiasaan melakukan
olahraga. Nilai terbesar dari VO2max dapat dicapai diantara usia 15-30 tahun
dan akan menurun secara progresif seiring dengan bertambahnya usia (Fletcher et
al, 2001).
Nilai VO2max yang lebih rendah pada perempuan
disebabkan karena masa otot yang lebih kecil, lebih rendahnya kadar hemoglobin
dan volume darah, serta volume sekuncup yang lebih rendah dibandingkan dengan
laki-laki. Kebiasaan berolahraga sangat mempengaruhi besar VO2max, setelah tirah baring
selama tiga minggu akan terdapat penurunan VO2max sebanyak 25% pada laki-laki
sehat. Pada laki-laki usia muda yang aktif VO2max dapat mencapai 12
METs. Individu yang melakukan latihan aerobik seperti lari jarak jauh dapat
mencapai VO2max
sekitar 18- 24 METs (60-80 ml/kg/menit) (Fletcher et al, 2001). Selain itu,
nilai VO2max
bergantung pada keadaan kardiovaskuler, respirasi, hematologi, dan kemampuan
oksidatif dari otot (Noor et al, 2013).
Jika seseorang melakukan kerja, semakin berat kerja
yang dilakukan, semakin tinggi konsumsi oksigen. Pada awal, jika beban latihan
ditambah akan diikuti dengan kenaikan konsumsi oksigen. Ketika beban ditambah
terus menerus, tidak diikuti lagi oleh penambahan konsumsi oksigen dan konsumsi
oksigen mulai konstan. Jika hal ini digambarkan melalui sebuah kurva, konsumsi
oksigen memperlihatkan gambar yang mendatar (plateu). Keadaan ini dikatakan
penggunaan oksigen sudah maksimal (VO2max). Namun hanya sebagian orang yang
menunjukkan gambaran mendatar (plateu) dalam konsumsi oksigennya walaupun sudah
terjadi kelelahan. Jika hal ini terjadi maka konsumsi oksigen tertinggi yang
dicapai disebut VO2peak (Armstrong dan Welsman, 1997).
a.
Faktor
yang mempengaruhi besarnya VO2max
1.
Fungsi
Paru
Udara secara bergantian bergerak keluar masuk paru-paru,
sehingga dapat terjadi pertukaran udara antara lingkungan eksternal dengan
alveolus paru. Pertukaran ini dilaksanakan oleh mekanisme pernapasan atau
ventilasi. Kecepatan ventilasi diatur sedemikian rupa, sehingga aliran udara
antara lingkungan eksternal dan alveolus disesuaikan dengan kebutuhan metabolik
tubuh untuk menyerap O2 dan mengeluarkan CO2. O2 dan CO2 dipertukarkan antara
udara di alveolus dan darah di dalam kapiler pulmonalis melalui proses difusi
(Sherwood, 2001). \
Ketika seseorang melakukan aktivitas, akan terjadi
peningkatan ventilasi. Peningkatan ventilasi ini sebanding dengan peningkatan
konsumsi oksigen. Peningkatan ventilasi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
oksigen yang meningkat saat melakukan aktivitas fisik (Armstrong dan Welsman, 1997).Pada
keadaaan normal, VO2max merupakan fungsi dari curah jantung maksimal dan
perbedaan oksigen arteri-vena maksimal (maximal arterivenous oxygen difference)
sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut VO2max= max Cardiac Output X max A-V
O2 Diff. Curah jantung maksimal menunjukkan fungsi jantung, yaitu jumlah darah
berperan dalam penghantaran oksigen ke jaringan yang sedang aktif per menit.
Selama aktivitas fisik akan terjadi peningkatan A-V O2 karena oksigen darah
lebih banyak dilepas ke otot yang sedang bekerja, sehingga oksigen darah vena
berkurang. Hal ini menyebabkan pengiriman oksigen ke jaringan naik hingga tiga
kali lipat daripada kondisi biasa (Dempsey et al, 1986). Perbedaan oksigen
arteri-vena maksimal selama menunjukkan fungsi paru, yaitu derajat oksigen
terlarut dalam darah yang digunakan oleh jaringan yang aktif untuk metabolisme
energi aerob (Astuti, 2009). Individu yang sudah terlatih memiliki curah
jantung yang lebih besar dibandingkan dengan individu yang tidak terlatih, pada
individu yang terlatih curah jantung dapat mencapai 40 L/menit sedangkan pada
individu yang tidak terlatih curah jantung hanya dapat mencapai sekitar 25
L/menit (Dempsey et al, 1986). Pada individu yang sudah terlatih, curah jantung
yang sangat tinggi dapat menyebabkan pengurangan waktu untuk darah dalam
mengambil oksigen pada paru-paru dan pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan
saturasi oksigen (Robergs dan Roberts, 1997).
2.
Fungsi
Kardiovaskuler
Curah jantung maksimal merupakan faktor utama yang
menyebabkan perbedaan VO2max pada tiap individu (Hill et al, 1924). Pada subyek
yang terlatih didapatkan denyut jantung yang lebih rendah pada aktivitas
submaksimal sejalan dengan peningkatan volume sekuncup. Penelitian menggunakan
sukarelawan pria dan wanita pada usia yang sama menunjukkan variasi volume
sekuncup maksimal, peningkatan denyut jantung dan ekstraksi oksigen sistemik.
Pada aktivitas fisik yang maksimal, hampir seluruh oksigen yang tersedia
diekstraksi dari darah dan diperfusi ke otot yang aktif.Darah arteri mengandung
oksigen sejumlah 200 ml O2/L, sedangkan darah vena akan mengalami penurunan
hingga mencapai sekitar 20 sampai 30 ml O2/L. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat sedikit oksigen yang tersisa untuk diekstraksi keluar dari darah
selama aktivitas fisik yang berat. Mekanisme utama dalam peningkatan VO2max
dengan aktivitas fisik adalah peningkatan aliran darah. Peningkatan VO2max yang
disebabkan karena melakukan aktivitas fisik lebih dipengaruhi oleh peningkatan
curah jantung maksimal dibandingkan dengan systemic A-V O2 difference (Basset
dan Howley, 2000).
3.
Hemoglobin
Hemoglobin berfungsi mengikat oksigen
dan karbon dioksida di dalam darah dan sebagai perantara untuk membawa oksigen
ke dalam jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida ke paru.16
Pengukuran VO2max dapat dilakukan dengan cara langsung maupun tidak
langsung. Cara langsung adalah cara yang paling akurat dan efektif untuk
menilai VO2max, akan
tetapi cara ini membutuhkan waktu yang lama, serta biaya yang mahal sehingga
tidak terlalu cocok untuk mengukur subjek dalam jumlah besar.20
Cara yang paling sering dipakai
adalah cara tidak langsung karena tidak membutuhkan alat yang minimum dan biaya
yang sedikit. Metode untuk pengukuran secara tidak langsung adalah Harvard step test. Pengukuran cukup
mudah, tidak pakai alat, dan biaya sangat minimal. Relawan hanya disuruh untuk
naik-turun tangga setinggi 40cm untuk laki-laki dan 33cm untuk perempuan selama
6 menit dengan frekuensi 22,5 langkah tiap menit. Kemudian nilai denyut jantung
setelah latihan dimasukan ke dalam nomograph Astrand-Rhyming disesuaikan dengan beban kerja dan jenis kelamin.
Kelemahan menggunakan harvard step test ini adalah beban kerja tidak bisa
ditentukan dan hanya bisa diestimasi dengan menggunakan tabel yang tersedia.21
Cara perhitungan lain adalah dengan menggunakan rumus VO2max (ml.kg-1.min-1) = 111,33- (0.42xPmax).22
Metode lainnya yang juga sering
digunakan adalah treadmill test. Test
ini dengan berjalan di atas treadmill dengan
kecepatan 4 mph (meter per jam) selama 4 menit. Kemudian segera diukur denyut
jantung selama 10 detik dan dimasukan dalam rumus VO2max (ml.kg-1.min-1) = 15.1
+ (21.8 * Speed in mph) - (0.327
* HR) - (0.263 * Speed * Age) + (5
.98 * Gender) + (0.00504 * HR * Age).22
4.
Kapasitas
pengangkutan oksigen
Sel darah merah mengandung hemoglobin yang berfungsi
mengikat oksigen dan berperan dalam proses penghantaran oksigen ke seluruh
tubuh. Untuk meningkatkan penyaluran oksigen ke otot yang sedang aktif bekerja
dapat dilakukan dengan merubah konsentrasi hemoglobin dalam darah. Pada sebuah
penelitian dengan menggunakan dopping darah dapat meningkatkan VO2max 4-9%.
Penelitian ini hanya ditujukan untuk
mengetahui hubungan antara peningkatan jumlah sel darah merah dengan
peningkatan VO2max (Gledhill, 1982).
5.
Komposisi
tubuh
Perbedaan komposisi tubuh menyebabkan perbedaan jumlah
konsumsi oksigen maksimal. Tubuh dengan jumlah lemak yang tinggi akan menambah
berat badan seseorang dan cenderung mengurangi VO2max (Astuti, 2009).
6.
Otot
Skeletal
Peningkatan aliran darah secara sederhana ke otot tidak
dapat secara langsung menyebabkan peningkatan VO2max. Otot ini juga harus
mengalami kontraksi secara aktif agar mitokondria mengkonsumsi oksigen.
Sehingga harus terdapat interaksi yang berkesinambungan antara distribusi
oksigen dan konsumsi oksigen oleh mitokondria (Honig et al, 1992). Pada serabut
otot, mitokondria merupakan tempat dimana oksigen dikonsumsi pada langkah akhir
dari rantai penghantaran elektron.
b.
Pengukuran
VO2max
Penentuan nilai dari VO2max telah diakui sebagai indeks
terbaik pada kapasitas aerobik seseorang. Kebugaran kardiorespirasi dapat
dinilai dengan berbagai teknik, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kebugaran kardiorespirasi dapat diukur secara langsung dalam laboratorium atau
secara tidak langsung dengan diprediksi menggunakan berbagai metode. Berikut ini terdapat
beberapa metode untuk mengukur besarnya VO2max :
1. Step
Test
Pada tes ini sukarelawan diminta melangkah ke atas dan ke
bawah pada bangku dengan standar tinggi, irama dan jangka waktu tertentu yang
telah ditetapkan. Setelah tes berakhir, akan dilakukan pengukuran terhadap
denyut nadi radialis untuk memprediksi nilai VO2max dan masa pemulihan denyut
nadi. Kemudian didapatkan nilai VO2max dengan menggunakan perhitungan rumus.Tes
ini mudah dilakukan dan tidak membutuhkan biaya yang besar, namun beban kerja
yang tepat sulit untuk didapatkan karena dipengaruhi oleh beberapa faktor
termasuk tinggi badan seseorang. Dengan tinggi bangku yang sama, sukarelewan
dengan tinggi tubuh yang lebih rendah akan cepat mengalami kelelahan
dibandingkan dengan sukarelawan yang memiliki tubuh yang lebih tinggi. Hal ini
dapat menyebabkan kurang akuratnya penentuan VO2max. Namun step test cocok digunakan untuk screening dengan jumlah populasi
yang besar. Beberapa variasi dari step test adalah
(1) Harvard Step Test,
(2) Queen’s College Step Test,
(3) Turtle Step Test,
(4) Ohio Step Test,
(5) YMCA Step Test, dan
(6)Tecumseh Step Test.
2. Field
Test
Tes ini mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat khusus.
Pada tes ini, sukarelawan diminta untuk melakukan suatu latihan dengan jarak
tertentu atau melakukan latihan menurut waktu yang ditetapkan untuk memprediksi
kebugaran kardiorespirasi. Tes ini umumnya menuntut upaya maksimal untuk
memperoleh hasil terbaik dalam menentukan kebugaran kardiorespirasi. Tes yang
dilakukan meliputi berjalan, berjalan dan berlari, berlari, bersepeda,
berenang. Beberapa variasi dari tes ini adalah
:
(1) 12 minute run,
(2) 1,5 mile run,
(3) 2,4 km run test.
3. Ergocycle
Ergocycle adalah sepeda yang dirancang untuk tes kebugaran dengan
memberikan pembebanan pada kayuhannya. Berat beban tersebut bersatuan kpm. Ergocycle terdapat dalam bentuk mekanik
maupun elektrik serta dapat digunakan dalam posisi tegak lurus maupun supinasi.
Dapat digunakan EKG untuk merekan beban kerja, pengukuran tekanan darah
sukarelawan dilakukan pada awal dan akhir pembebanan.
4. Treadmill
Test
Keuntungan dari digunakannya tes ini adalah nilai beban
yang konstan, kemudahan dalam pengaturan beban kerja yang diinginkan, dan mudah
dilakukan. Beberapa variasi dari treadmill test adalah
(1) Metode Mitchell, Sproule, dan
Chapman,
(2) Metode Saltin-Astrand,
(3) Metode OSU,
(4) Bruce Treadmill Test
Protocol,
(5) Modifikasi Bruce Test,
(6) Metode Balke.Protokol
treadmill yang sering digunakan adalah protokol Balke dan protokol Bruce
(Brown, 2009). Protokol
tersebut mengatur tentang kecepatan, durasi dan kemiringan treadmill. Pada
protokol Bruce, kecepatan dan kemiringan dari treadmill dinaikkan setiap tiga
menit. Sedangkan pada protokol Balke
menggunakan kecepatan konstan dan kemiringan dinaikkan setiap dua menit (Brown,
2009).
5. Metode
Fartlek
Sistem latihan fartlek
atau speed play diciptakan oleh Gotta
Roamer dari Swedia. Pengertian fartlek
adalah suatu sistem latihan ketahanan/endurance yang maksudnya adalah untuk
membangun, mengembalikan atau memelihara kondisi tubuh seseorang sehingga
sangat baik bagi semua cabang olahraga yang memerlukan daya tahan tubuh.Fartlek
disarankan dilakukan di alam terbuka yang terdapat bukit-bukit semak belukar,
selokan-selokan yang dapat dilompati, tanah yang berpasir, tanah berumput,
tanah becek/lembek, dan sebagainya, bukan di alam yang rata dan yang
pemandangannya membosankan. Tempat yang tepat dilakukan dilaukukan di
pegunungan.
Cara Melakukan :
Biasanya dimulal dengan lari-lari pelan yang kemudian
divariasi dengan sprint pendek yang intensif dan dengan lari jarak menengah
kecepatan konstan yang cukup tinggi. Variasi dan kombinasi tempo lari ini bisa
dilakukan oleh atlet tergantung dari kondisi atlet apabila terasa lelah boleh
lari pelan-pelan bahkan boleh berjalan. Dan setelah merasa kuat lagi bisa lari
lagi atau sprint dan sebagainya. Oleh karena itu, sistem latihan ini disebut
dengan fartlek yang artinya bermain-main dengan kecepatan. Latihan dilakukan di
tanah lapang yang sangat bervarlasi yaitu kira-kira 10-12 km dengan lari lambat
diutamakan. Walaupun demikian, lari-lari yang bervariasi sebaiknya diperpanjang
pada kecepatan yang sedang atau (200-600) m, lari cepat (100-150) m, lari
dipercepat (25-50) m, dan lari naik turun (40-80) m, lari-lari dengan variasi
yang berganti-ganti seperti diselingi dengan jalan sewaktu-waktu.
6. Interval
Training
Interval training adalah bentuk latihan yang diselingi
dengan istirahat pada waktu tertentu (intervasi). Latihan bentuk
inidikembangkan oleh seorang dr.Woldemar Cersshler yang juga berprofesi sebagai
pelatih atletik dari Jerman. Interval training adalah penyempurnaan dari
latihan fartlek dengan memberikan penekanan yang secara teliti pada saat
menentukan jarak, waktu istirahat, banyaknya ulangan (repetition) dan waktu
latihan. Latihan interval training ini juga menggunakan prinsip penambahan
beban latihan.
Contoh:
a. Jarak lari
ditentukan: 1600 m ( 4x keliling lintasan lari)
b. Ulangan
(repetition) : 4x, yaitu 4x 400 m
c. Waktu untuk
menempuh jarak (400 m): 90 detikd.
Waktu istirahat : 120 detikUntuk awalan lari bisa
menggunakan 2-3 kali dahulu, kemudia untuk seterusnya 4 kali pengulangan. Dalam
hal ini atlet diharuskan menempuh jarak 400 m dengan watu tempuh 90 detik,
kemudian dilajutkan jalan selama 120 detik, baru dilanjutkan lari untuk putaran
kedua, istirahat lagi dan seterusnya sampai selesai 4x 400 m lari. Begitu pula
untuk seterusnya latihan dilakukan akan tetapi waktu istirahatnya semakin lama
semakin dikurangi dari 120 detik menjadi 90 > 60 > 50 detik dan
seterusnya sampai tujuan program akhir tercapai yaitu 4x 400 m tanpa istirahat
(1600 m).Untuk memperberat komposisi latihan, disamping dengan cara pengurangan
watu istirahat dapat juga dengan meningkatkan bentuk istirahat dari jalan,
jalan cepat atau lari kecil.
Cara meningkatkan beban dapat juga dengan cara
memperberat salah satu dari faktor-faktor diatas, contohnya:
a. Jarak tempuh yang ditambah
b. Pengulangan yang diperbanyak
c.Waktu semakin dipercepat
7. Aerobik
Aerobik adalah suatu sistem altihan yang mendorong kerja
jantung, darah, dan paru-paru untuk periode waktu yang cukup untuk menghasilkan
perbaikan-perbaikan dan keadaan tubuh. Dari berbagai macam tes yang ada maka
yang paling mudah dan sering digunakan adalah tes lari 12 menit. Tes 12 menit
dilakukan dengan cara berlari di tempat yang rata dan memungkinkan untuk diukur
jaraknya. Dalam lari ini diperbolehkan untuk berjalan kaki apabila lelah.
Apabila waktu 12 menit telah habis maka segera diberi tanda pada titip yang
dicapai tadi (tempat berhenti). Bisa diukur berapa jarak yang dapat ditempuh
selama 12 menit tadi.
8. Harvard
Step-Ups
TestTes ini adalah pengukuran untuk mengetahui kemampuan
aerobik yang dibuat oleh Brouha pada tahun 1943. Ada beberapa istilah seperti
kemampuan jantung-paru, daya tahan jantung-paru, aerobic power, cardiovascular
endurance, cardiorespiration endurance, dan kebugaran aerobik yang kesemuanya
mempunyai arti yang kira-kira sama. Penelitian ini dilakukan di Universitas Harvard, USA, jadi nama tes
ini dimulai dengan nama Harvard. Inti dari pelaksanaan tes ini adalah dengan
cara naik turun bangku selama 5 (lima) menit.
Pelaksanaan:
1.
Tinggi bangku 20 feet (50 cm).
2.
Irama langkah pada waktu naik turun bangku (NTB) adalah 30 langkah per menit,
jadi 1 (satu) langkah setiap 2 (dua) detik.
3. 1
(satu) langkah terdiri dari 4 (empat) gerakan/hitungan:
a.
Hitungan 1 :
Salah
satu kaki diangkat (boleh kanan atau kiri terlebih dahulu tetapi konsisten),
kemudian menginjak bangku. (Asumsi kaki kanan).
b.
Hitungan 2 :
Kaki
kiri diangkat lalu berdiri tegak di atas bangku.
c.
Hitungan 3 :
Kaki
yang pertama menginjak bangku pada hitungan 1 (asumsi kaki kanan) diturunkan
kembali ke lantai.
d.
Hitungan 4 :
Kaki
kiri diturunkan kembali ke lantai untuk berdiri tegak seperti sikap semula.
4.
Ganti langkah diperbolehkan tetapi tidak lebih dari 3 (tiga) kali.
5.
Supaya irama langkah ajeg/stabil, maka digunakan alat metronome.
6.
NTB dilakukan selama 5 (lima) menit. Saat aba-aba stop, tubuh harus dalam. keadaan
tegak. Kemudian duduk dibangku tersebut dengan santai selama 1 (satu) menit.
7.
Hitung denyut nadi (DN) orang coba (testi) selama 30 detik. Dicatat sebagai DN
1.
8.
30 detik kemudian hitung kembali DN testi selama 30 detik. Dicatat sebagai DN
2.
9.
30 detik kemudian hitung kembali DN testi selama 30 detik. Dicatat sebagai DN
3.
10.
Setelah mendapatkan DN 1, DN 2, DN 3, maka data tersebut dimasukan kedalam
rumus Indeks kebugaran yang selanjutnya dikonversikan sesuai rumus yang
dipilih.
11.
Apabila testi tidak kuat melakukan NTB selama 5 (lima) menit, maka waktu lama
NTB tersebut dicatat, lalu DN-nya diukur/dihitung sesuai dengan petunjuk
pengambilan DN tersebut. Indeks Kebugaran Rumus Panjang:
Durasi
NTB (detik) x 100/2 (DN 1+DN 2+DN 3)Indeks Kebugaran Kategori Kebugaran< 55
Jelek55-64 Kurang dari rata-rata65-79 Rata-rata80-89 Baik≥90 Baik sekaliRumus
Pendek: Durasi NTB (detik) x 100/(5,5 x DN 1)Indeks Kebugaran Kategori
Kebugaran < 50 Jelek 50-80 Rata-rata >80 Baik.
9. Bleep
Test
Bleep Test sebagai indikator kebugaran tubuh. Test ini meliputi berlari terus menerus di antara dua garis yang berjarak 20 m selama terdengar suara beep yang sudah direkam sebelumnya. Itulah sebabnya test ini sering juga disebut bleep test.Atlet berdiri di belakang garis pertama menghadap ke garis kedua, dan mulai berlari sesuai aba-aba dari CD atau tape. Kecepatan pada start sangat lambat. Atlet terus berlari di antara kedua garis, berbalik arah bila terdengar suara beep yang sudah terekam. Sesudah sekitar satu menit, kecepatan suara beep akan bertambah dan tenggang suara beep menjadi lebih cepat. Hal ini akan berlangsung terus per satu menit (level). Bila atlet belum mencapai garis pada waktu terdengar suara beep, atlet harus menyelesaikannya terlebih dahulu, kemudian berbalik dan berusaha menyesuaikan kecepatan larinya di antara dua beep. Apabila atlet sudah mencapai garis sebelum terdengar beep, atlet harus menunggu sampai terdengar beep. Test dihentikan bila atlet dua kali gagal mencapai garis (kurang dari 2 meter) pada saat pembalikan dua kali berturut-turut.Bleep test akan menjadi ukuran kebugaran tubuh. Upaya meningkatkan kebugaran jasmani, perlu dilakukan kegiatan yang dapat menjaga dan meningkatkan kebugaran jasmani. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu olahraga secara teratur dan pengukurannya dapat dilakukan dengan bleep test.\
2.3 Kopi Kapal Api (instant coffee)
Kopi Kapal Api jika dibandingkan dengan kopi lainnya,
kopi kapal api memiliki komposisi yang pas menurut ku. Untuk Kapal Api special
mix contohnya, mengandung gula dan 25% kopi bubuk. Terbuat dari perpaduan kopi
Arabika dan Robusta yang tepat Kapal Api menggunakan perpaduan kopi Arabika dan
Robusta. Kombinasi yang tepat ini memberikan aroma yang menggembirakan dan rasa
yang nikmat. Selain itu, pada prosesnya dilakukan pemanggangan dalam mesin
panggang yang modern sehingga membuat kopi kapal api jelas lebih enak. Dikemas
dalam kemasan Nitrogen.
Kopi Kapal Api dikemas dalam kemasan nitrogen sehingga
dapat menjaga cita rasa kopi dari proses awal pengolahan hingga kopi akan
dikonsumsi. Proses pengerjaan yang sempurna membuat kopi kapal api memiliki
kualitas yang baik. Kopi kapal api memiliki kandungan kafein ( 1,16 % ), air,
gula aren ( 5% ), gula, kopi instan ( 1,2% ), perisa sintetik kopi.
Nama : Nur Aini
ReplyDeleteNim : 18093188201025
Kelas : A/V Penjas
NAMA : YUSRI TALIA
DeleteNIM : C1B119068
KLS :B/19
Nama: Nur fadillah
ReplyDeleteNim: C1B119009
Kelas: A/3 penjas
Nama : Asriani Syarif
ReplyDeleteNim : C1B119027
Kelas : A
Angkatan : 2019
Nama:Nurfadillah
ReplyDeleteNim:C1B119009
Kelas:A/3 penjas
Nama:Nurfadillah
ReplyDeleteKelas:A/3penjas
Nim:C1B119009
Nama : Muh Akhsan
ReplyDeleteNim :C1B119060
KeLas : B/19
Nama : Muh Akhsan
ReplyDeleteNim :C1B119060
Kelas : B/19
Nama : Ahmad Ramadhan
ReplyDeleteNim : C1B119049
Kelas : B/penjas
Nama : Muhamad Reza
ReplyDeleteKelas : B
Nim : C1B119053
Nama :Muh Akhsan
ReplyDeleteNim : C1B119060
Kelas :B/19
Nama : Ahmad Ramadhan
ReplyDeleteNim : C1B119049
Kelas : B
Nama :Muh Akhsan
ReplyDeleteNim : C1B119060
Kelas :B/19
NAMA : YUSRI TALIA
ReplyDeleteKLS : B/19
NIM : C1B119068
Nama : Ahmad Ramadhan
ReplyDeleteNim : C1B119049
Kelas : B
Nama : Ahmad Ramadhan
ReplyDeleteNim : C1B119049
Kelas : B
NAMA : YUSRI TALIA
ReplyDeleteNIM : C1B119068
KLS : B/19
NAMA : YUSRI TALIA
ReplyDeleteNIM : C1B119068
KLS : B/19
NAMA : YUSRI TALIA
ReplyDeleteNIM : C1B119068
KLS :B/19
NAMA : YUSRITALIA
ReplyDeleteNIM : C1B119068
KLS : B/19
NAMA : YUSRI TALIA
ReplyDeleteNIM : C1B119068
KLS : B/19
Nama : Muh Akhsan
ReplyDeleteNim : C1B119060
Kelas : B/19
Nama kamaruddin
ReplyDeleteNim. C1B119024
Nama:Maswad
ReplyDeleteNim:C1B119084
Kelas: C/19/penjas
Nama : zikin Rahman
ReplyDeleteNim :C1B119085
Kelas C
Nama : Azikin Rahman
ReplyDeleteNim : C1B119085
Kelas : C
Nama:Azkin Rahman
ReplyDeleteNim : C1B119085
Kelas: C
Nama : Azikin Rahman
ReplyDeleteNim. : C1B119085
Kelas : C
Nama : Azikin Rahman
ReplyDeleteNim : C1B19085
Kelas : C