KPK menetapkan Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah sebagai tersangka OTT Gubernur Sulaw…
Manusia Punya Kekuatan Hebat
Latihan kondisi fisik (physical conditioning)
memegang peranan yang sangat penting untuk mempertahankan atau meningkatkan
derajat kesegaran jasmani (physical fitness). Derajat kesegaran jasmani
seseorang sangat menentukan kemampuan fisiknya dalam pelaksanaan tugas
sehari-hari. Kian tinggi derajat kesegaran jasmani seseorang kian tinggi pula
kemampuan kerja fisiknya. Dengan kata lain hasil kerjanya kian produktif jika
kesegaran jasmaninya kian meningkat.
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa kemampuan fisik
adalah salah satu factor
yang sanagat penting apabila ingin mendapatkan
prestasi yang maksimal dalam setiap cabang olahraga, terlebih lagi jika atlet
yang ditangani adalah atlet yang masuk dalam kelas atlet elit. Kita mengetahui
bahwa kunci keberhasilan prestasi adalah karena hadirnya faktor-faktor penentu
prestasi, baik secara internal maupun eksternal.
Kemampuan fisik atlet pada dasarnya secara fisiologis
merupakan kemampuan dinamis anaerobik dan aerobik. Setiap berlangsungnya
pelatihan fisik, maka hakekatnya sedang terjadi keberlangsungan aktivitas
fisiologis yang secara garis besar terangkum dalam tiga sistem kerja (ergosystem)
yang terdiri dari: a. Sistem kerja I yang meliputi otot, tulang, dan rangka; b.
Sistem kerja II yang meliputi jantung, paru-paru, sistem pembuluh darah; dan c.
Sistem kerja III yang meliputi pencernaan dan pembuangan
Aspek kondisi fisik merupakan bagian terpenting dalam
semua cabang olahraga, terutama untuk mendukung aspek-aspek lainnya seperti
teknik, taktik dan mental. Kondisi fisik sangat menentukan dalam mendukung
tugas atlet dalam pertandingan sehingga dapat tampil secara maksimal. Harsono
(1988: 153) menjelaskan bahwa :
Kondisi
fisik atlet memegang peranan yang sangat penting dalam program latihannya.
Program latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan sistematis
dan ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional
dari sistem tubuh sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk mencapai
prestasi yang lebih baik
.
Setiawan (1992: 110) menjelaskan lebih lanjut bahwa,
“Atlet yang memiliki tingkat kesegaran jasmani yang baik akan terhindar dari
kemungkinan cedera yang biasanya terjadi jika seseorang melakukan kerja fisik
yang berat”. Apabila seseorang mempuyai kondisi fisik yang baik maka dia mampu
melakukan tugas fisik tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan. Kondisi fisik
sangat menunjang atlet dalam bertanding, sehingga dalam pertandingan atlet
tidak mengalami kelelahan yang berarti dan akan terhindar dari cedera yang
dapat mengganggu penampilannya. Oleh karena itu, peranan kondisi fisik
sangatlah diperlukan dalam olahraga.
Program latihan kondisi fisik perlu direncanakan
secara sistematik. Tujuan utama adalah untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan
kemampuan ergosistem tubuh. Proses latihan kondisi fisik yang dilakukan secara
cermat, berulang-ulang dengan kian meningkat beban latihannya memungkinkan kesegaran
jasmani seseorang semakin meningkat. Hal ini akan menyebabkan seseorang kian
terampil, kuat, dan efisien dalam gerakannya. Para ahli olahraga berpendapat,
bahwa seorang atlet yang mengikuti program latihan kondisi fisik secara
intensif selama enam sampai delapan minggu sebelum musim pertandingan akan
memiliki kekuatan, kelentukan, dan daya tahan yang jauh lebih baik selama musim
pertandingan. Perkembangan kondisi fisik yang terbaik juga membantu seorang
atlet untuk mampu mengikuti latihan selanjutnya dalam usaha mencapai prestasi
setinggi-tingginya.
Seperti yang dikemukakan oleh Harsono (1988:153) bahwa
kondisi fisik yang baik akan berpengaruh terhadap fungsi dan sistem organisme
tubuh antara lain berupa:
1. Akan
ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung.
2. Akan
ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, dan komponen kondisi fisik
lainnya.
3. Akan
ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan.
4. Akan
ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan.
5. Akan
ada respon yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktuwaktu respon
demikian diperlukan.
Untuk itu maka program latihan kondisi fisik harus
ditata, dirancang, dan dilaksanakan secara baik dan sistematis sehingga bisa
meningkatkan kesegaran jasmani dan meningkatkan kemampuan biomotorik yang
dibutuhkan. Kalau kelima keadaan di atas tidak atau kurang tercapai setelah
masa latihan kondisi fisik tertentu, maka hal itu berarti bahwa perencanaan dan
sistematika, metoda serta pelaksanaannya kurang tepat.
Latihan fisik merupakan bagian terpenting untuk semua
cabang olahraga. Tujuannya adalah untuk membentuk kondisi tubuh sebagai dasar
untuk meningkatkan ketahanan, kebugaran, dan pencapaian suatu prestasi. Sajoto
(1988) yang dikutip oleh Satriya et al. (2007: 51) bahwa, ‘Kondisi fisik
adalah suatu persyaratan yang sangat diperlukan dalam usaha peningkatan
prestasi, bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan yang tidak dapat
ditawar-tawar lagi’. Begitu juga Bompa (2000) yang dikutip oleh Satriya et
al. (2007: 51) bahwa, ‘Persiapan fisik merupakan salah satu yang harus
diperhatikan dan dipertimbangkan dari beberapa kasus penting sebagai unsur yang
diperlukan dalam latihan untuk mencapai puncak penampilan (prestasi)’.
Selanjutnya Moeloek (1984: 12) menyatakan bahwa,
“Peningkatan yang diperoleh dari latihan fisik dapat dilihat antara lain berupa
peningkatan kemampuan gerak, tidak cepat merasa lelah, peningkatan keterampilan
(skill) dan sebagainya”.
Berkenaan dengan pembinaan kondisi fisik, kita perlu
mengenal beberapa unsur kondisi fisik yang perlu dilatih. Komponen kondisi
fisik tersebut adalah: 1) Kelentukan (flexibility), 2) Kecepatan (Speed),
3) Kekuatan (strength), 4) Daya tahan (endurance). Empat
komponen dasar itulah yang perlu dilatih dan dikembangkan secara sistematis.
Untuk mencapai prestasi dalam olahraga, atlet harus
memiliki kondisi fisik yang memadai sesuai dengan karakteristik cabang olahraga
yang dipilih oleh atlet yang bersangkutan. Kondisi fisik merupakan modal utama
dalam pencapaian prestasi olahraga. Sebagai langkah awal untuk menunjang
kemampuan teknik dibutuhkan fisik yang prima.
Latihan harus dilakukan secara sistematis dan
terencana . Seperti yang dikatakan Harsono” Proses yang sistematis dari pada
berlatih atau bekerja secara berulang – ulang dengan kian menambah jumlah beban
atau pekerjaannya (1986 : 27). Menurut Tudor O Bompa (1991 : 10), prinsip –
prinsip yang harus diperhatikan dalam pembuatan program latihan adalah sebagai
berikut :1). Prinsip aktif dan seksama dalam partisipasi latihan, 2).
Pengembangan secara multilateral. 3). Prinsip latihan teratur. 4). Prinsip
kontiniu. 5). Prinsip penambahan beban latihan (over load). 6). Prinsip
progresif. 7). Prinsip titik balik. 8). Prinsip tekanan. 9). Prinsip variasi
dalam latihan. 10). Prinsip pemulihan. 11). Prinsip pentahapan dan periodisasi.
12). Prinsip spesifik. 13). Prinsip individualisasi. 14). Prinsip spesialisasi.
Latihan pada wanita terlatih dengan intensitas 85% dari VO2 Max ternyata dapat
meningkatkan oksidasi karbohidrat (Siti : 2014). Jadi latihan itu harus
berdasarkan prinsip – prinsip tersebut yaitu aktif dan sungguh – sungguh dalam
latihan, pengembangan secara menyeluruh, spesialisasi, individualisasi,
variasi, model proses latihan, dan peningkatan beban secara progresif
Post a Comment
Post a Comment