Implementasi Pendidikan Berbasis Karakter Melalui Modifikasi Permainan Untuk Guru Penjas
Latar Belakang Kegiatan
Salah satu wujud kegiatan
pengabdian kepada masyarakat dan salah satu hal yang wajib dilaksanakan oleh
setiap dosen di Prodi Penjas FKIP Unimerz tiap semesternya. PKM adalah suatu kegiatan yang bertujuan membantu
masyarakat tertentu dalam beberapa aktivitas tanpa mengharapkan imbalan dalam
bentuk apapun. PKM ini di adakan di Sekolah-Sekolah Se Kecamatan
Manggala Kota Makassar adalah untuk mengadakan Pelatihan Implementasi
Pendidikan Berbasis Karakter Melalui Modifikasi Permainan yang pesertanya adalah para Guru-guru yang ada
di sekolah-sekolah yang berada di kecamatan manggala tersebut. Hal ini
diharapakan mampu memberi khasanah bagi sekolah terutama para guru penjas
tersebut akan pentingnya memasukkan unsur permainan-permainan ke dalam
pembelajaran penjas agar supaya anak-anak dalam belajar tidak bosan.
Sebagaimana yang kita ketahui
permainan merupakan sebuah aktivitas rekreasi dengan tujuan bersenang-senang, mengisi waktu luang,
atau berolahraga ringan. Permainan biasanya dilakukan sendiri atau bersama-sama
(kelompok). Di lingkungan yang
masih terlihat keakraban antar anggota masyarakat, banyak permainan yang
dilakukan oleh anak-anak secara beramai-ramai dengan teman-teman mereka di
halaman atau di teras rumah. Mereka berkelompok, berlarian, atau duduk
melingkar memainkan salah satu permainan dan tercipta keakraban. Beberapa
permainan ini karena tercipta pada masa yang lama berlalu disebut
dengan permainan tradisional, sedangkan di sisi lain beberapa permainan
yang lebih akhir (dan biasanya menggunakan peralatan yang canggih)
disebut permainan modern.
Pendidikan
karakter merupakan bentuk kegiatan manusia yang di dalamnya
terdapat suatu tindakan yang mendidik diperuntukkan bagi generasi selanjutnya.
ujuan pendidikan karakter adalah untuk membentuk penyempurnaan diri
individu secara terus-menerus dan melatih kemampuan diri demi menuju kearah
hidup yang lebih baik.
Tujuan Kegiatan
Tujuan diadakannya kegiatan Implemntasi pelatihan
berbasis karakter adalah :
1. Menambah wawasan para guru penjas tentang cara
metode mengajar yang baru.
2. Mempererat hubungan silaturahim dengan para
guru-guru sekecamatan manggala kota makassar.
3. Menambah kerja sama prodi penjas kepada
sekolah-sekolah
Mekanisme dan Desain Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan di selama 3 Hari, adapun
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1. Technical meeting.
2. Pelatihan Implementasi Pendidikan Berbasis Karakter Melalui Modifikasi Permainan Untuk Guru Penjas
PEMBAHASAN
Pembelajaran karakter merupakan salah satu substansi dari
pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah. Sayangnya, sampai sekarang praktek
pembelajaran yang dilakukan oleh guru jauh dari memadai. Penelitian ini
bertujuan untuk mengungkap akar persoalan yang meliputi kompetensi pedagogik
guru dalam membelajarkan karakter, pemahaman guru tentang karakter, dan praktek
pembelajaran guru selama ini.
Lembaga pendidikan dan guru
dewasa ini dihadapkan pada tuntutan yang semakin berat, terutama untuk
mempersiapkan peserta didik agar mampu menghadapi berbagai dinamika perubahan
yang berkembang dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi tidak hanya
berkaitan dengan dinamika perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga
menyentuh perubahan dan pergeseran aspek nilai dan moral dalam kehidupan
masyarakat. Seperti dekadensi moral dan karakter buruk yang ditunjukkan siswa
sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam dunia pendidikan kita.
Mencermati penyimpangan perilaku oleh sebagian
masyarakat, termasuk para pelajar kita dewasa ini, sungguh semakin menyedihkan.
Dalam hal kejujuran, misalnya, banyak contoh dan perilaku
tidak jujur dilakukan individu dalam dunia pendidikan, mulai dari siswa yang
mencontek massal, menjiplak hasil karya orang
lain, mencari-cari alasan untuk lari dari tanggung jawab atas tugas-tugas
sekolah yang diberikan oleh guru.
Pembelajaran Karakter
Melalui Pendidikan Jasmani di Sekolah
Untuk mengembalikan
olahraga kepada hakikat dasarnya, memang bukan persoalan mudah. Dibutuhkan
usaha yang luar biasa dari semua pihak, pemangku kepentingan (stakeholders) di bidang olahraga, mulai dari hulu
hingga hilir. Tanpa bermaksud menyederhanakan persoalan, yang memang tidak
sederhana, tulisan ini menawarkan satu solusi fundamental, yakni melakukan
rekonstruksi pembelajaran olahraga di sekolah. Setidaknya, ada tiga alasan
pokok mengapa rekonstruksi pembelajaran olahraga di sekolah diyakini sebagai
solusi yang efektif. Pertama, sebagian
besar peserta didik mengenal olahraga melalui institusi sekolah. Kedua, usia sekolah merupakan periode efektif untuk
menanamkan nilai-nilai. Ketiga, pembelajaran
olahraga di sekolah selama ini lebih menekankan pada penguasaan keterampilan
dan cenderung mengabaikan proses pembelajaran nilai. Harus diakui bahwa proses
pembelajaran olahraga di sekolah selama ini kurang memungkinkan nilai-nilai
luhur olahraga terkonstruksi dalam kognitif siswa. Dengan demikian, bisa
dipahami apabila nilai-nilai luhur yang terkandung dalam olahraga belum dapat
terinternalisasi dalam diri peserta didik, apalagi men-transformasi ke dalam
tingkah laku.
Bagaimana proses
pembelajaran nilai dalam pendidikan olahraga? Seperti telah diketahui bahwa
terdapat tiga jenis pembelajaran, yaitu: pembelajaran motorik, pembelajaran
afektif, dan pembelajaran kognitif (Hansen, 2008). Pembelajaran motorik terkait
dengan pengembangan kompetensi aktual. Pembelajaran afektif terkait dengan
pembentukan nilai, sikap, dan perasaan. Sementara itu, pembelajaran kognitif
terkait dengan pemerolehan informasi dan konsep-konsep yang terkait dengan substansi
materi yang dilatihkan. Ketiga jenis pembelajaran tersebut terkait satu dengan
yang lain. Pada tingkat tertentu pembelajaran afektif merupakan dasar dari
pembelajaran motorik dan dalam beberapa hal pembelajaran kognitif menjadi dasar
terjadinya pembelajaran afektif.
Ketiga pembelajaran
tersebut akan efektif apabila peserta didik mengalaminya dalam konteks yang
riil. Pendekatan belajar melalui pengalaman bertujuan
untuk menyiapkan struktur kognitif, memodifikasi sikap, dan meningkatkan
keterampilan perilaku dari si pembelajar (Dyson, 2003; Hellison, 2003).
Pendekatan belajar melalui pengalaman (experiential learning) adalah
sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pengalaman langsung dan
nyata di lapangan. Di sini peserta mencoba menemukan sendiri hasil pembelajaran
(learning point) dari aktivitas yang dilakukan melalui tahapan yang
disebut refleksi dan abstraksi atas pengalaman. Oleh karena itu, dalam
pendekatan belajar melalui pengalaman, pengalaman dan refleksi atas
pengalaman tersebut merupakan komponen yang sangat penting (Richey, Klein, & Nelson, 2006).
Praktek Pembelajaran Karakter oleh Guru
Pendidikan Jasmani
Pada awal pembelajaran, guru
membariskan siswanya untuk kemudian memberikan penjelasan tentang materi
pembelajaran dan dilanjutkan dengan pemanasan berupa peregangan dan berlari
mengelilingi lapangan;
Penyampaian substansi pembelajaran difokuskan pada penguasaan keterampilan cabang olahraga. Misalnya bagaimana melakukan handstand dalam senam, shooting dalam bolabasket, dan passing dalam bolavoli. Nilai-nilai yang terkandung di dalam aktivitas tersebut tidak diajarkan kepada peserta didik;
Pada saat pembelajaran berakhir, guru cenderung membubarkan begitu saja, tanpa ada refleksi atas pembelajaran yang baru saja dilakukan
Woori Casino Online【Link Vào Trang Chủ_SODO66.PH】
ReplyDeleteWoori 오래된 토토 사이트 Casino Online【Link roudyolive.com Vào Trang Chủ_SODO66.PH】.【Link Vào Trang Chủ_SODO66.PH】. -【Link Vào Trang Chủ_SODO66.PH】. -【Link Vào Trang Chủ_SODO66.PH】. -【Link 우리 카지노 본사 Vào ajihaanlive.com Trang Chủ_SODO66.PH】. 우리 카지노 도메인