KPK menetapkan Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah sebagai tersangka OTT Gubernur Sulaw…
KISAH 3 NEGERI BERSAUDARA DI MALUKU (MABA-PATANI-WEDA)
KISAH 3 NEGERI BERSAUDARA DI MALUKU (MABA-PATANI-WEDA)
(ANTARA FAKTA DAN MITOS)
(ANTARA FAKTA DAN MITOS)
Masyarakat Patani merupakan bagian tak terpisahkan
dari masyarakat Fagogoru. Fagogoru diketahui melalui kisah, mitos, legenda, dan
sejarah deceritakan secara turun-temurun yang acap kali memiliki kesamaan,
walau tak bisa dipungkiri terkadang hadir dalam versi berbeda. Awalnya dikenal Pnu Pitel (Bahasa yang dikenal di Maba,
Patani, Weda, Pnu =Kmpung, pitel=tiga), tiga
negeri :Maba, Patani, Weda, sebelum
hadirnya gamrange (Bahasa Tidore,
berarti =tiga kampong) Yang diberikan pihak kesultanan tidore. Gamrange
sekalipun didaku kesultanan Tidore sebagai upaya untuk penyesuaian wilayah
secara administrative berada dalam ligkup kekuasaan Kesultanan Tidore, namun
Gamrange memiliki otonom sendiri dan tidak diatur pihak kesultanan Tidore. Lalu
kemudian menghasilkan budaya Fagogoru, yang merupakan bagian Tak
terpisahkan dari Gamrange (Oesman, 2018).
Fagogoru dalam pemaknaan lebih jauh, merupakan suatu
simbol budaya, diciptakan untuk mengekspresikan tentang rasa saying, rasa
memiliki, rasa saling menjaga /merawat dari ketiga negeri (Maba, Patani, Weda).
Fagogoru hadir sebagai “ Katup Pengaman’ untuk mengakomodir dan menyatukan :
Rasa rindu, rasa saying, saling mengingatkan diantara ketiga saudaranya dengan
menggelar FANTENE dan FANTEN (Oesman, 2018).
a. Fagogoru
: Antara Mitos dan Simbol
Dalam perjalanannya kemudian, fagogoru lebih
merupakan “falsafah interagralistik” yang mengatasi fartikularitas paham
perseorangan dan gololngan diantara masyarakat Maba, Patani, dan Weda. Fagogoru
sendiri megalami banyak pengiirisan makna baik secara tafsiran maupun mitos dan
sejarah.
“Kisah Fagogoru berawal dari hadirnya Syeh datuk
Maramara Amin dan Maramara Daud, penyiar Islam di Aceh dan dating dari Bagdah
Irak pada sekitar 594 tahun Silam (abad ke-5). Salah satu dari Datuk itu
Menikahi Putri Cantik dari Damuli, Melahirkan tiga anak laki-laki (Anak pertama
: Borfa/ Rajo Nan Satrio), Pria Gagah Perkasa, dalam bahasa minang, Anak kedua
: Bornabi/Rajo Nan Kasuran, Laki laki yang setia dimasjid, anak ketiga :Bortanggo Sutarajo, Maudrajo, laki-laki yang
pandai tak dapat ditandingi, dan seorang anak perempuan, Kufa Cut Munira,
dibesarkan dipulau Makean desa Malapa (Bakri Usman, 2011).
Versi Lain Menyebutkan :
“Fagogoru berasal dari tiga negeri bersaudara yang
dikenal dengan Gamrange, Meliputi Maba, Patani, dan Weda. Tiga putra ini
berasal dari Asal mulanya satu keturunan, Mereka ini empat bersaudara : Mutha
(putra pertama), Muthalib (Putra kedua), Muttaha (putra ketiga), dan Boki
Maruru (putrri Keempat). Keempat oraang bersaudara ini pada mulanya kehidupan
berawal dari telaga nila Weda dan disinilah mereka hidup pertama kali. Namun
kehidupan mereka selalu berpindah-pindah (Nomaden), bukan karena kekurangan
makanan tetapi untuk menghindari musuh. Jadi perpindahan mereka dari telaga
Nila sampai pada bukit yang didberi nama Samula, yang berate awal mula
kehidupan. Dan ditempat ini mereka hidup dalam waktu yang cukup lama dan merasa
aman dari berbagai gangguan (Aswad hasyim, 2018).
Dalam banyak hal, bahwa mitos dibangun sebagai upaya untuk menjelaskan
setepat mungkin gejala perkembangan yang besar dengan semua aspek yang penting.
Karena itu biasanya tahap ini menggandeng dimensi fetitisme sebagai bagian dari
tahap teologis. Fetitisme merupakan bentuk fikiran yang dominan dalam
masyarakat lama, meliputi kepercaayaan bahwa semua benda memiliki aspek penting
yang memungkinkan orang mampu bertindak menurut cara –cara khas. Dengan melalui
simbol yang diciptakan, masyarakat Fagogoru “memproduksi ulang dunia tempat
dimana mereka harus berperan.
Makna Fagogoru sebagai simbol bagi masyarakat adalah sebagai berikut :
a.
Memungkinkan
masyarakat menghadapi dunia material dan dunia social (mtet
re mimoy).
b.
Meningkatkan
kemampuan untuk memahami lingkungan (sopan
re hormat).
c.
Meningkatan
kemampuan untuk berfikir (budi re
bahasa).
d.
Meningkatkan
kemampuan untuk menyelesaikan berbagai masalah (mta re mimoy).
e.
Memungkinkan
membayangkan realitas fisik (ngaku rasai)
b. Fagogoru
sebagai modal Sosial
Sebagai modal social, Fagogoru memberikan manfaat
langsung kepada jaringan anggota masyarakat. Modal social martabat dan
kehormatan yang dapat menjadi sesuatu yang mendasar untuk menarik yang lain
pada posisi social penting dan dapat menjadi alat tukar dalam karier politik
(Pierre, 1977). Modal simbbolik adalah bagian dari modal social dapat dipahami
dalam wujud ritual-ritual pengakuan.
c.
Fagogoru sebagai Nilai
Nilai-Nilai Fagogoru terbagi atas dua, 1. Nilai
Intrinsik, yakni, suatu nilai yang dibangun dari dalam diri individu, meliputi
:
a.
Ngaku Rasai
(Sebuah pengakuan dan Persaudaraan).
Ngaku Rasai merupakan sebuah nilai yang melegitimasi
pengakuan akan hubungan manusia dengan tuhan sebagai sesuatu yang sacral dan
sentral, yang diawali dengan membangun hubungan dengan sesame manusia.
Pengakuan akan kedirian manusia dihadapan sang pencipta.Manusia Hanyalah Abdi
dan tidak memiliki apa-apa, selain ketakwaan, melalui syahadat dan pengakuan
yang dikuatkan.
b.
Budi re Bahasa (tutur Kata, ucap dan laku)
Budi Bahasa merupakan suatu bentuk laku dan tutur
yang terjaga ketika disampaikan kepada sesama, terlebih lagi kepada orang tua.
Budi Bahasa yang mengimplementasikan Nilai-Nilai persaudraan terhadap sesama.
c.
Sopan Hormat (Kesantunan)
Sopan Hormat merupakan suatu sikap perilaku,
kesantunan, serta hormat dan menghormati diwujudkan dalam kehidupan social
masyarakat. Sopam hormat merupakan aplikasi tindakan moral dari individu yang
selalu dijaga, dimana pun, dan kapan pun.
d. Mtet re Mimoy
(Malu dan Takut Melakukan suatu Kesalahan)
Malu dan takut untuk berbuat salah. Inilah
substansi mengenai makna penting dari
Fagogoru. Merupakan landasan fislosofi bagi Fagogoru yang lebih dikenal dengan
malu berbuat salah.
Pengejahwantahan nilai-nilai Mtet re Mimoy di Patani
diberlakukan bila ada anak mudaa yang minum-minuman keras hingga mabuk dan
melakukan tindakan nakal maka akan diberi sangssi dengan membuat kalero.
2. NIlai Ektrinsik, yaitu suatu Nilai yang dibangun
dari luar diri inidividu untuk mendukung nilai dari dala, yang meliputi :
a)
Falgali
(Saling membantu/baku bantu)
b)
Fantene (Baku
kasih barang/ Saling memberi)
c)
Faisayang
(Saling menyayangi/baku saying)
d)
Faisiling
(saling mengingatkan/baku ingat)
e)
Fasigaro
(Ajakan untuk kebersamaan)
f)
Falcino (Rasa
saling gembira/Simore)
g)
Fadedele
(Menyertakan/Baku Iko)
h)
Fabuleta
(Bentuk Falgali untuk membantu saat orng meninggal.
i)
Fabinovo
(Bentuk Falgali untuk membantu saat orang menikah).
(Hasil Diskusi Dengan Saudara Mujali (Mahasiswa S2 Pasca UNM) Di Halmahera Tengah)
Post a Comment
Post a Comment