Taukah Anda Mengapa Puasa Ramadhan Diwajibkan?
Ibadah puasa diwajibkan oleh Allah Swt kepada umat muslim setiap hari di bulan Ramadhan sebulan penuh lamanya untuk meraih ketakwaan. Allah Swt berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (Qs. Al-Baqarah/2: 183).
Inti disyari‟atkannya puasa adalah menahan diri dan mengendalikan syahwat kemanusiaan, yaitu sesuatu yang menjadi keinginan dan kebutuhan manusia, seperti keinginan makan, minum dan hubungan badan dengan pasangannya, tetapi ditahannya dalam jangka waktu tertentu yang sebenarnya halal, karena semata-mata mengharap ridha Allah Swt.
Menahan diri dari makan
dan minum dapat melemahkan syahwat kebinatangan manusia. Syahwat seringkali
memperdaya manusia yang dapat menghancurkan martabat manusia. Menahan diri dari
makan dan minum yang berlebihan dapat membekali seseorang untuk mengendalikan
hawa nafsunya. Nafsu seksual dalam
perspektif Islam tidak dimusnahkan, tetapi dikendalikan.
Imam Al-Bushoiri menyamakan nafsu dengan bayi yang
akan selalu meminta susu kepada ibunya sampai ia disapih, demikian
sifat nafsu yang selalu menuntut hingga perlu menyapihnya dengan berpuasa. Nafsu
angkara yang merajalela
seperti seks bebas, rakus, korupsi, pelit mengeluarkan zakat dan sedekah akan
menjauhkan seseorang
dari Allah Swt.
Puasa dapat mempersempit ruang gerak dan kesempatan
syaitan untuk menggoda manusia. Sebab, pada saat berpuasa jaringan lemak dalam aliran
darah menyempit
sehingga syaitan tidak dapat melewatinya. Ini berarti dapat
mengurangi bahkan menghindari berbuat dosa. Puasa dapat melatih kesabaran
untuk taat
kepada Allah Swt dan sabar meninggalkan maksiat kepada Allah Swt. Saat
berpuasa, sepanjang harinya seluruh nafas, gerak dan langkahnya adalah syukur
yang bernilai pahala.
Bahkan tidur sekalipun, orang berpuasa
mendapat pahala. Berpuasa
berarti melatih diri untuk menahan sesuatu yang secara manusiawi sangat diinginkan namun melatih diri
untuk menahannya, serta tabah terhadap kesengsaraan. Latihan ini dapat
membentuk karakter
seseorang untuk menjadi tangguh, pejuang dan ulet yang tidak mudah menyerah. Maka
kemenangan saat datang
lebaran disambut bahagia, bagaikan jihad di jalan
Allah Swt dengan kumandang takbir “Akbar” kemenangan.
Puasa adalah sarana pendidikan untuk kejujuran. Seseorang
yang sedang berpuasa melatih diri untuk suportif dan konsisten di jalan kebenaran.
Orang yang berpuasa
merasa selalu dilihat dan diawasi oleh Allah dalam setiap detik dan
langkahnya, sehingga terhindar dari kepura-puraan dan perbuatan manipulasi.
Puasa dapat memadukan
antara kehidupan raga dan jiwa, bahkan saat berpuasa seseorang tengah
mengasah batinnya menuju ketajaman yang sejati. Sehingga muncul
kepedulian dan empati kepada orang yang kurang mampu dan tidak berdaya. Syari‟at mewajibkan untuk
mengeluarkan zakat fitrah di akhir pelaksanaan puasa adalah cermin dari kebersihan
jiwa yang
telah mendapatkan fitrahnya dan meraih nilai kemanusiaan.
Puasa adalah sesuatu yang istimewa dan hanya untuk
Allah Swt semata. Jika semua nilai ibadah akan dilipat gandakan oleh
Allah Swt menjadi sepuluh atau tujuh ratus kali lipat, tetapi puasa adalah
untuk Allah akan
dilipat gandakan pahalanya sampai tidak ada batasnya (unlimited). Sebab orang yang
sedang berpuasa
telah rela meninggalkan yang halal bagi dirinya karena semata-mata mengharap rahmat dan
ampunan Allah Swt serta
pembebasan dari api neraka. Puasa inilah esensi ketakwaan kepada Allah Swt.
Beribadah bukan
semata-mata karena ingin mendapat pahala dan surga-Nya, tetapi beribadah karena
cinta dan
rindu kepada Allah Swt.
Post a Comment
Post a Comment