LOMPAT VERTIKAL DENGAN KELENTUKAN KEBELAKANG TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT TINGGI GAYA FLOP
PENDAHULUAN
Cabang
olahraga atletik telah dikembangkan sama halnya dengan cabang-cabang olahraga
lainnya. Terbukti dengan dibukanya cabang-cabang dari induk organisasi atletik
yakni PASI tiap-tiap daerah tingkat I. Sedang dalam bidang pendidikan sekolah
yakni dengan adanya kejurnas atletik antar pelajar, panca lomba pelajar, POPNAS
yang didalamnya terdapat cabang olahraga atletik dan dengan dibukanya sekolah
olahragawan khusus atletik.
Dalam
hal peningkatan prestasi diperlukan berbagai usaha. Peningkatan prestasi
melalui penelitian ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi, adalah salah satu
bentuk : usaha yang diperoleh berdasarkan metode ilmiah, yakni prosedur
mengetahui sesuatu melalui penelitian.
Salah
satu kebutuhan dalam pembinaan atletik menuju ke arah pembinaan prestasi
olahraga adalah dengan memiliki kemampuan fisik yang tinggi. kemampuan fisik
tersebut meliputi : berbagai unsur yakni kelincahan, kekuatan, kecepatan,
kelentukan, daya ledak, daya tahan dan keseimbangan.
1. Gerakan
Lompat Tinggi
Secara
umum dapat dijelaskan bahwa lompat tinggi adalah serangkaian gerakan yang
terdiri dan awalan, tumpuan, melewati mistar lompatan dan mendarat. Dari
keempat unsur gerakan ini tidak semuanya menentukan atau mempengaruhi tingginya
lompatan. Berbeda dengan lompat jauh cara mendarat turut pula mempengaruhi
jauhnya lompatan, sebab pada lompat jauh yang diukur adalah anggota badan yang
menyentuh tempat pendaratan yang terdekat dengan papan tumpuan.
Awalan
Perkembangan dan kemajuan
dalam bidang teknologi mengakibatkan terciptanya gaya-gaya lompat tinggi
seperti western roll, stadle, flop dan lain-lain. Gaya-gaya lompat ini
mengakibatkan awalan berbeda-beda pula artinya, ada awalan yang dilakukan dari
samping, dari tengah dengan sudut yang berbeda disesuaikan dengan gaya lompat
yang akan dipakai.
Dalam lompat tinggi
awalan merupakan faktor pembantu untuk mengangkat titik berat badan ke arah
vertikal agar atlit dapat melewati mistar dengan kemampuan dan daya
eksplosifnya.
Tumpuan / Tolakan
Akhir dan suatu awalan
ialah persiapan untuk melakukan tumpuan atau take off, merupakan tahap kedua
yang sangat memegang peranan penting dalam pelaksanaan gerakan lompat tinggi.
Tumpuan dilakukan dengan tungkai tumpuan, sedang tungkai lainnya diayun ke
atas, sehingga badan dapat terangkat naik menuju ke arah vertikal. Jadi dalam
hal petanan dari kaki tumpu ialah membawa titik berat badan ke arab vertikal.
Gerakan ini membutuhkan teknik/kemampuan yang baik dari setiap orang karena
tergolong gerakan yang amat sulit. Seperti yang dikemukakan oleh Tom Rosandich
:
“We must be the more difficult of getting your foot with running”. Yang diartikam secara bebas yaitu sulit melakukan tumpuan sambil berlari.
Melewati
Mistar
Bila badan melewati
tanah, maka titik berat badan pun bergerak melalui suatu garis perjalanan
lintasan yang merupakan suatu garis lengkung menuju pada mistar lompatan. Bila
titik berat badan ini telah melewati mistar lompatan, maka gerakan selanjutnya
ialah membawa badan melewati mistar lompatan.
Melewati mistar lompatan
sangat tergantung pada kemampuan tolakan, yaitu kemampuan melakukan gerakan
melewati mistar kalau titik berat badan sudah melewati mistar lompatan.
Melewati mistar lompatan
merupakan tahap yang sangat sulit bagi setiap atlit, oleh sebab itu diperlukan
latihan secara intensif dah teratur.
Sebenarnya kalau
dianalisa tentang segi tehnik pelaksanaan gerakan melewati mistar lompatan
tergantung dari cara melewatkan badan di atas mistar lompatan. Jadi hal ini
tentunya tergantung dan gaya lompat yang akan dipakai oleh si pelompat.
Yang berperan pokok pada
semua gaya lompat ialah :
1.
Adanya pendekatan titik
berat badan pada mistar lompatan.
2.
Adanya koordinasi dalam
membawa seluruh tubuh melewati mistar lompatan.
Mengingat
gravitasi atau gaya tarik bumi terhadap berat badan, maka gerakan melewati
mistar lompatan ini harus dilakukan secara otomatis, yakni melewatkan seluruh
tubuh pada saat badan mencapai puncak ketinggian. Artinya sebelum kecepatan
awal berakhir, karena apabila kecepatan ke atas telah berakhir maka badan akan
jatuh ke bumi.
Mendarat
Akhir dan suatu lompatan
ialah pendaratan. Seperti yang telah dijelaskan di depan bahwa tahap pendaratan
bukanlah merupakan hal yang sangat penting, tetapi hanya merupakan usaha agar
tidak mendapat cedera.
Tehnik
Lompat Tinggi Gaya Flop
Awalan
Awalan pada lompat tinggi
gaya flop dibagi menjadi dua tahapan yaitu :
a) Lari
lurus untuk memperoleh kecepatan. Dilakukan dengan lari tegak lurus arah
perpanjangan mistar lompatan. Kira-kira 16 kaki (48 cm) dan tiang lompatan.
Badan di condongkan ke depan. Awalan tahap pertama kira-kira 6 - 7 langkah.
b) Lari
membusur ke arah kiri atau kanan. Bagi atlit yang bertumpu dengan kaki kiri awalannya
dilakukan dengan kaki kanan. Yang tahap kedua ini badan membusur ke kiri atau
ke kanan dengan kecondongan 200 sampai 300 ke arah pusat
busur. Langkah kedua dari terakhir, titik pusat berat badan direndahkan dengan
cara memperpanjang langkah dan membengkokkan lutut tumpuan lebih rendah.
Gerakan Lengan
Gerakan lengan ada dua
kemungkinan kedua lengan dibawa jauh kebelakang atau saling berlawanan sampai
pada langkah terakhir sebagai persiapan untuk bertumpu, Kecondongan badan ke
arah pusat busur dihilangkan.
Awalan dilakukan dari
depan menuju tiang sandaran mistar sebelah kiri maupun kanan. Pada bagian yang
membusur, badan agak condong ke depan dan ke samping. Pada bagian yang lurus
digunakan untuk memperoleh kecepatan, sedang pada bagian yang membusur
digunakan untuk membuat gerak yang condong ke arah titik busur. Pada tiga atau
lima langkah terakhir sikap badan menjadi berubah, yaitu condong ke arah pusat
lingkaran sampai 200 - 300. Tepatnya pada langkah kedua
sebelum terakhir. Perubahan ini dilakukan karena memberikan kemungkinan gerakan
dorongan ke atas yang kuat. Oleh karena titik berat badan agak direndahkan maka
langkah diperpanjang. Pada Iangkah terakhir kecondongan badan ke samping
dihilangkan badan bagian atas ditegakkan, sehingga kecepatan awalan dapat tepat
pada sudut tolakan untuk putaran pada saat melampaui mistar lompatan. Seluruh
ketentuan ini harus dibangkitkan sebelum lepas tapak, atau tapak kaki tumpu
lepas tempat tumpuan.
Tumpuan / Tolakan
Akhir dan awalan ialah
tolakan yaitu pada saat kaki bertumpu. Persiapan untuk melakukan tolakan
merupakan hal yang sangat penting pada lompat tinggi. Lompatan yang salah pada
umumnya disebabkan karena tolakan yang keliru. Persiapan melakukan tolakan
sangat berkaitan dengan awalan. Ini nampak pada gerak awalan yang dimulai
dengan lari lurus, lari membusur, langkah kedua dan terakhir dan langkah
terakhir.
Pada skripsi ini.
pembahasan difokuskan pada tolakan yang wujudnya akan menghasilkan garis
perjalanan titik berat badan melewati mistar lompatan sesuai dengan tehnik
pelaksanaan gerakan lompat tinggi gaya flop. Garis perjalanan titik berat badan
akan melewati suatu lintasan yaitu lintasan parabola yang bersudut tumpul atau
sudut yang kurang dan 90° dan diatas 45°.
Perjalanan titik berat
badan setelah tolakan, selain ditentukan dari awalan ditentukan pula oleh
besarnya gaya tolakan. Besarnya gaya pada tolakan menentukan kecepatan
bergeraknya titik berat badan. Cepatnya gerak titik berat badan pada sudut
gerak tertentu menentukan tingginya garis lintasan parabola perjalanan titik
berat badan. Pembuktiannya akan dikemukakan dalam tinjauan biomekanika. Yang
perlu diobservasi dalam hal ini adalah kemungkinan tenaga lompat pada tumpuan
lompat tinggi.
Untuk melihat kemungkinan
tenaga lompat pada lompat tinggi dapat diukur dengan lompat lencang. Yang
dimaksud dengan lompat lencang adalah lompat tegak yang dalam hal ini adalah
vertikal jump.
Pada saat bertumpu, kaki
ayun membuat gerakan guling dan tumit menuju ke arah mistar lompatan. Kaki
ditempatkan pada busur lingkaran kira-kira satu meter dari mistar lompatan.
Dengan menempatkan kaki ayun secara lurus, kecepatan awalan dihentikan secara
kuat dan ini baik untuk mengalihkan kecepatan horizontal ke arah vertikal.
Dalam tahap peralihan ini kaki ayun agak dibengkokkan dan badan ditegakkan dan
sudut kecondongan itu.
Titik berat badan berada
pada arah garis tolakan; hal ini merupakan salah satu persyaratan untuk lompatan
yang baik.
Kemampuan untuic melakukan vertikal atau vertikal jump ini dengan baik
memberikan pengaruh yang besar terhadap tinggi lompatan, karena tolakan yang
baik akan mengangkat titik berat badan ke arah vertikal untuk diIbawa melampaui
mistar lompatan.
Melewati Mistar
Pada puncak lompatan si atlit berputar penuh ke belakang dan
kedua kaki tergantung dengan sedikit dibengkokkan dan terpisah. Kedua lengan
pada sisi badan dan pengangkatan pinggang menghasilkan posisi yang khas bagi gaya
flop. Pada posisi melewati
mistar lompatan badan searah
dengan
garis perjalanan titik berat badan. Untuk maksud tersebut membutuhkan kemampuan melentukkan badan ke belakang. Kemampuan ini dapat diukur dengan tes
kelentukan tubub ke
belakang. Pada saat
badan dalam keadaan lentuk ke
belakang
kaki
yang dibengkokkan
justru
diluruskan dengan jalan
mengangkat lutut dan meluruskan
ke
atas siap
untuk mendarat.
Mendarat
Sebelum mendarat kedua tungkai dalam keadaan lurus dengan sumbu gerak pada sendi panggul sehingga sikap tubuh membentuk hurur “L”.
Oleh karena tungkai dalam keadaan lurus maka kemungkinan bagian badan yang menyentuh tempat mendarat ialah bagian punggung sehingga tidak akan terguling terus, atau kemungkinan terjadi cedera sangat kecil.
TINJAUAN BIOMEKANIKA TENTANG TENTANG LOMPAT TINGGI
Kekuatan Tolakan Terhadap Tinggi Lompatan
Untuk mencapai tinggi lompatan atau gerak titik berat badan melewati mistar
lompatan, membutuhkan kekuatan tolakan. Kekuatan tolakan inilah yang merupakan
gaya (Force) yang membawa titik berat badan ke arah vertikal.
a.
Gaya
(Force)
Semua pengetahuan tentang gaya berdasarkan tiga hukum dasar yang diKenal
sebagai hukum gerak dari Newton. Hukum Newton 1 : Hukum kelembaman (Law of Inertia). Suatu
benda akan tetap dalam keadaan diam atau dalam keadaan bergerak terkecuali
pengaruh gaya yang merubah keadaannya. Hukuw Newton II : Hukum percepatan (Law
of acceleration). Percepatan suatu benda karena suatu gaya berbanding lurus
dengan gaya penyebabnya.
Hukum Newton III : Hukum reaksi (Law of reaction). Untuk setiap reaksi
selalu ada reaksi yang sama dan berlawanan.
Ketiga hukum Newton ini berhubungan dengan tolakan pada lompat tinggi untuk
membawa titk berat badan ke arah vertikal atau tinggi lompatan. Makin besar
gaya yang dilakukan sama dengan makin kuat tolakan sehingga titik berat badan
dapat berada setinggi mungkin. Adapun besarnya gaya itu sama dengan massa benda
yang dikenal gaya dikalikan rata-rata perubahan gerakan per satuan waktu.
Dengan contoh yang dikemukakan di atas, dapat dilihat betapa pentingnya
unsur kecepatan, dalam hal ini termasuk kontraksi yang cepat dan otot-otot agar
dapat menghasilkan gaya yang eksplosif. Jadi yang panting bukan saja besarnya
gaya tetapi cepatnya gaya tersebut disajikan. Termasuk juga dalarn pelaksanaan
tumpuan atau tolakan pada lompat tinggi gaya flop.
Gerak Vertikal
Dengan gaya toIakan atau kekuatan tolakan dan kecepatan aken membaa titik
beret badan ke arah vertikal untuk rnelewati mistar lompatan. Gerak vertikal
dan satu titik materi akan dipengaruhi oleh gaya tarik bumi (gravitasi). Dengan
adanya gaya inl maka benda (titik berat) akan jatuh kembali setelah mencapai
titik tertinggi. Sebagai contoh sebuah bola dilemparkan ke atas (vertikal)
dipengaruhi oleh gaya berat sehingga mulai diperlambat dengan 10 m/detik2
sampai bola mencapai titik tertinggi dimana kecepatannya sama dengan nol dan
bola tersebut akan jatuh kembali ke tanah dengan percepatan yang sama yaitu 10
m/detik2.
Oleh karena lompat tinggi tidak mungkin bergerak ke arah vertikal pada satu
titik yang tegak lurus pada mistar lompatan, maka jeIas perjalanan titik berat
badan akan melalui suatu lintasan yaitu lintasan parabola. Jadi lompat tinggi
gaya flop termasuk gerak parabola.
b.
Gerak
Parabola
Di dalm praktek olahraga jarang dijumpai bahwa gerakan itu tepat pada arah
vertikal. Yang sering tarjadi adalah gerak pada sudut dengan garis vertikal
atau garis horizontal yang merupakan gerak parabola. Kalau kecepatan awal dan
sudut yang menunjukkan arah gerak (sudut elevasi) diketahui, maka kecepatan
pada arah vertikal atau horizontal maupun jarak yang ditempuh dan waktu
melayang dapat diihitung, dengan menggunakan rumus trigonometri sederhana.
Untuk mencapai tinggi
lompatan yang maksimal dibutuhkan sudut tumpuan yang besarnya mendekati sudut
900 dari garis horizontal.
Selanjutnya berikut ini
akan dikemukakan berbagai jenis latihan untuk meningkatkan kemampuan melompat :
1. Wallbar
Hang.
2. Latihan
peregangan punggung dengan bola medicine.
3. Latihan
dengan bola medicine yang disebut dengan medicine ball Pick-Up.
4. Latihan
Sit-Up dengan bola medicine.
5. Latihan
angkat tumit dengan duduk.
6. Latihan
Split Glean.
7. Latihan
lompat di tempat.
8. Latihan
lompat beban.
9. Latihan
Step Ups.
10. Latihan
angkat tumit.’
11. Latihan
Lompat jongkok.
12. Latihan jongkok kangkang.
2. Fleksibilitas Ke Belakang Terhadap Tinggi Lompatan
Semakin besar sudut
tolakan yang dilakukan, makin tinggi pula jarak vertikal yang bisa dicapai,
dan makin kecil puncak busur
parabolanya. Oleh karena tehnik pelaksanaan gaya flop bagian punggung menghadap
mistar lompatan dan bagian perut menghadap ke atas maka sesuai dengan puncak
lintasan (puncak busur parabola) membutuhkan fleksibilitas ke belakang. Hal
mana relevan dengan penjelasan pada halaman dan gambar, Jelasnya makin kecil
puncak parabola makin diperlukan kelentukan badan ke belakang yang tinggi pula.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa :
a)
Makin besar sudut tolakan
atau sudut bergeraknya titik pusat berat badan akan memperkecil puncak
parabolanya.
b)
Makin kecil puncak
parabolanya makin memerlukan fleksibilitas ke belakang sesuai dengan pola gerak
parabolanya.
c)
Puncak parabola pada
lompat tinggi gaya flop berada pada saat melewati mistar lompatan.
d)
Melewati mistar lompatan
dengan fleksibilitas yang sesuai dengan pola gerak parabola yang tepat
memungkinkan tercapainya tinggi lompatan yang maksimal.
Berikut ini adalah
beberapa bentuk latihhan fleksibilitas, seperti yang dikemukakan oleh E. L. Fox
dan Donald K. Mathews :
1. Membungkuk
badan kebawah.
2. Duduk
dan meraih ujung kaki.
3.
Telengkup di atas lantai
tangan terlentang ke samping, dan mengangkat ada.
4.
membungkukkan badan
sambil memutar bahu, tangan menyentuh bahu, kedua kaki kangkang.
5. Membungkuk
sampai punggung sejajar dengan lantai.
6. Menyentuh
kaki di belakang kepala.
7. Merentangkan
kaki bagian bawah.
8. Merentangkan
lengan di depan dada.
9. Penguluran
secara spiral.
Pengertian kekutan
Menurut
Fox (1988), kekuatan otot adalah
daya sebuah otot, atau sekelompok otot yang dapat digunakan untuk melawan suatu
tahanan dalam usaha maksimal. Sedangkan Wilmore
& Costil (1989), kekuatan adalah kemampuan daro otot untuk menggunakan
tenaga.
Seikat otot sebagian besar tergantung pada ukurannya, tepatnya kekuatan otot tungkai sangat berhubungan dengan kumpulan serabut otot yang berperan pada gerakan tungkai, ini berarti tergantung pada jumlah dan diameter serabut otot. Kekuatan otot ini juga sangat dipengaruhi oleh kemampuan sisten saraf dalam mengerahkan unit gerak. Kekuatan otot maksimal dapat terjdi bila jumlah unit gerak dirangsang sesering mungkin, kemampuan otot beradaptasi dengan rangsangan membeikan penampilan keterampilan yang sesuai denagn kekuatan yang dibutuhkan untuk kesesuaian teknikgerakan (Pate dkk, 1984). Lamb (1984), mengatakan bahwa kekuatan otot tergantung pada untui gerak yang dirangsang dalam otot serta frekuwensi unit gerak yang diaktifkan.
Kekuatan Otot Tungkai
Kekuatan
otot merupakan komponen kondisi fisik yang sangat penting guna menunjang
komponen-komponen lainnya. Akan tetapi kekuatan yang diperlukan untuk suatu
cabang olahraga lainnya atau pada suatu nomor atletik lainnya. Misalnya
kebutuhan kekuatan untuk lompat jauh brbeda dengan lompat tinggi. Hal tersebut
menimbulkan pengertian bahwa kekuatan itu bersifat khusus sesuai tuntutan
nomor-nomor cabang olahraga tertentu.
Menurut
Hasrsono (1988) bahwa kekuatan otot penting dalam upaya meningkatkan kemampuan
berolahraga, oleh karena itu: Pertama, oleh karena kekuatan merupakan daya
penggerak setiap aktifitas fisik, kedua, karena kekuatan memegang peranan yang
penting dalam melindungi atlet/orang dari kemungkinan cedera, ketiga, oleh
karena dengan kekuatan atlit akan dapatberlari lebih cepat, melempar atau
menendang lebih jauh danlebih efisien, memukul lebih keras, demikian pula dapat
membentuk dan memperkuat stabilitas sendi.
Kekuatan
sebagai kemampuan otot untuk mengatasi tahanan atau beban dalam menjalankan
suatu aktifitas fisik, oleh karena itu sangat diperlukan dalam setiap cabang
olahraga untuk mencapai prestasi yang optimal. Pada nomor-nomor lompat tinggi,
kekuatan diperlukan untuk gerakan-gerakan otot tungkai dalam melakukan gerakan
misalnya lanhkah kaki secara cepat dengan langkah yang panjang dan menggunakan
bola kaki. Kekuatan otot tungkai merupakan penunjang utama untuk menambah daya
dorong pada gerakan kaki untuk melompat.
Menurut
Fox, E.L, dkk( 1998) bahwakekuatan
otot sebagai force atau tegangan suatu otot atau sekelompok otot yang dapat
digunakan untuk menahan beban pada suatu usaha. Sedangkan R.N. Singer (1980), mengatakan bahwa kekuatan adalah kapasitas dari
otot untuk mengerahkan tenaga maksimal untuk Manahan beban dalam waktu yang
terbatas.
Kekuatan
otot merupakan gambaran kontraksi maksimal yang dihasilkan oleh otot atau sekelompok
otot. Pada kontraksi otot memendek dan besarnya pemendekan bergantung pada
beban yang harus ditahan. Permulaan otot melakukan kontraksi adalah tanpa
pemendekan sampai mencapai tegangan yang seimbang dengan beban, kemudian
terjadilah kontraksi dengan pemendekan.
Kontraksi
maksimal otot dipengaruhi oleh jumlah sel dan besarnya ukuran otot. Didalam
otot setiap individu diwarisi keturunan sejumlah serabut otot tertentu yang
jumlahnya tidak bertambah. Tetapidebgan perkembangan kekuatan yang disebabkan
oleh latihan atau ektivitas olahraga besar kemungkinan setiap serabut otot akan
bertambah. Menurut Adib Rani (1989)
“terdapat hubungan antara besar otot dan kekuatan otot” Yang mengherankan
adalah seseorang yang nampaknya kurus mempunyai kekuatan otot yang tidak dapat
diduga kekuatannya, sebaliknya orang yang gemuk kemungkinan tidak menunjukkan
adanya kekuatan otot yang berarti.
Kenyataan sebenarnya menurut Abd. Adib Rani (1989) ternyata bahwa” kekuatan otot tersembunyi dalam serabut otot yang terletak dibaah lapisan lemak di bawah kulit. Lemak dalam hubungan kontraksi otot merupakan beban tambahan, hanya otot yang berada di bawah lapisan lemak yang menghasilkan kekuatan”.
Daya ledak Otot Tungkai
Dalam
beberapa aktifitas berbagai cabang olahraga, explosive power sangat dominant,
explosive power merupakan istilah asing yang menurut kamus inggris-Indonesia
explosive diartikan sama dengan eksplosive artinya bersifat meledak atau
tiba-tiba, sedang power adalah daya, tenaga, kekuatan kemampuan (Echlos &shadli, 1995). Jadi
eksplosive power dapat diartikan dengan daya ledak.
Daya
ledak (eksplosive power = eksplosive streng) diartikan sebagai kemampuan
untuk mengeluarkan energi dalam satu atau serangkaian aksi yang eksplosif
(meledak atau tiba-tiba), seperti melompat, melempar, benda setinggi-tingginya
dan sejauh mungkin, sedangkan power
berarti berarti kemampuan untuk mengubah energi fisik kedalam gaya cepat dan
tergantung pada jumlah ATP per unit (Kent, 1994). Power adalah kemampuan
otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat (Harsono, 1988). Power merupakan aspek
eksplosiv dari kekuatan (sterng) adalah hasil dari gerakan yang kuat dan cepat (Wilmore dan Costil, 1994).
Power
dideinisikan sebagai kemampuan untuk mengeluarkan daya maksimum dalam waktu
sesingkat mungkin (Nelson & Johnson,
1986).
Power juga erat hubungannya dengan kemampuan kerja yang diprodiksi dari kekuatan kecepatan, selain itu power merupakan nilai perubahan energi potensial metabolisme menjadi kerja atau panas (Fox, 1994)
Daya
ledak Tungkai
Daya ledak (eksplosive power) merupakan unsure penting
bagi seseorang agar dapat dikatakan meiliki kemampuan fisik yang prima , sebab
daya ledak sangat dibutuhkan untuk kegiatan fisik sehari-hari, khususbya untuk
kegiatan-kegiatan yang memerlukan tenaga eksplosif seperti melompat, lari
cepat, memukul, menendang, mengangkat dan lain-lain.
Para ahli dalam bidang olahraga mendefinisikan
daya ledak atau power cukup bervariasi, akan tetapi pada umumnya memberikan
peringatan yang sama, seperti yang dikemukakan oleh abd. Kadir Ateng (1992) bahwa “Tenaga otot adalah kemampuan untuk
melepaskan kekuatan otot secara maksimal dalam waktu yang sangat singkat”.
Kelentukan Tubuh
Kelentuan merupakan
unsure ability yang sangat penting dan diperlukan dalam semua cabang olahraga,
karena kelentukan menunjang kualitas yang memingkinkan suatu segmen persendian
bergerak semamsimal mngkin menurut kemungkinan gerak (luasnya persendian)
sehingga memungkinkan otot atau sekelomok otot untuk berkontraksi dalam posisi
memendek dan memanjang secara maksimal.
Kualitas kelentukan tubuh
ditentukan olah elastisitas otot-otot, tendon dan ligament dan jaringan
pengikat. Namun elastisitas otot dapat berkurang apabila tidak melakukan
latihan dalm jangka waktu yang lama. Harsono (1988) mengemukakan definisi
tentang kelentukan bahwa “kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan
dalam ruang gerak sendi” Selain itu Rahantoknam (1988) mengatakan bahwa
“kelentukan merupakan rentang gerak persendian yang ada pada satu atau sekelompok
otot persendian “.
Dengan elastisitasnya
otot-otot dan luasnya persendian seseorang memungkinkan untuk menguasai
keterampilan gerak dalam berbagai cabang olahraga akan lebih cepat karena
gerakan yang akan dilakukan dapat dilkukan dengan leluasa sehinbgga
gerakan-gerakan yang sulit dapat dilakukan dengan baik.
Kemudian Rahantokman (1988) membagi kelentukan
dalam dua jenis yaitu: “fleksibility statis melalui rentang gerak sederhana
seperti tunduk perlahan-lahan dan sentuk ubin. Kelentukan dinamis adalah
kecakapan tunuk menggunakan rentang sendi dalam penampilan kegiatan fisik
dengan tingkat kecepatan yang diperlukan dalam penampilan”
Kelentukan tubuh yang
dimiliki seseorang atau atlit tidaklah dapat berdiri sendiri tanpa dukungan
dari unsure kondisi fisik lainnya, seperti kekuatan dan kecepatan. Meskipun
seseorang memounyai kecepatan yang baik belim tentu tingkat kelentukannya juga
baik pula, begitu pula sebaliknya atlit yang memiliki tingkat kelentukan yang
baik tanpa dukungan kekuatan dan kecepatan, maka kelentukan tubuh yang
dimilikinya tidak akan terlibat dalam penampilannya atau aktifitas olahraga
yang dilakukannya.
Pentingnya kelentukan
bagi setiap atlit karena dapat mengurangi cedera, disampingdapat mengembangkan
unsure fisik lainnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Harsono (1988) bahwa:
Kelentukan yang baik akan dapat:
1.
Mengurangi kemungkinan
terjadinya cedera pada otot dan sendi
2.
Membantu dalam
mengembangkan kecepatan, koordinasi dan kelincahan.
3.
Membantu mengembangkan
prestasi.
4.
Menghemat pengeluaran
tenaga (efisiensi) pada waktu melakukan gerakan-gerakan.
5. Membantu memperbaiki sikap tubuh.
Dari beberapa uraian yang
telah dikemukakan tentang pengertian kelentukan, maka dapatlah disimpulkan
bahwa kelentukan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan-gerakan
dengan mudah dan efisien.
PEMBAHASAN
HASIL ANALISIS DATA
1. Pengaruh
vertikal jump terhadap prestasi lompat tinggi gaya flop Nilai hubungan vertikal
jump terhadap lompat tinggi gaya flop menunjukkan : = 0,621,
adalah nilai hubungan yang sangat bermakna, sehingga dapat diramalkan prestasi
lompat tinggi atas dasar hasil tes vertikal jump. Sebagai dasar ramalan ialah
kedudukan garis regresi yaitu : Y = 2,408x + 0,696. Garis regresi ini
dianalisis melalui analisis varians garis regresi menunjukkan ada pengaruh
vertikal Jump terhadap prestasi lompat tinggi gaya flop. Dengan demikian tes
vertikal jump dapat dijadikan sebagai prediktor dalam lompat tinggi gaya flop.
Sesuai dengan peranannya yaitu mengukur kemampuan explosive power yang dibutuhkan
dalam tolakan pada sudut tertentu guna membawa titik berat badan ke arah
vertikal.
2.
Pengaruh fleksibilitas ke
belakang terhadap lompat tinggi gaya flopBila hubungan fleksibilitas ke
belakang terhadap lompat tinggi gaya flop =
0,525, menunjukkan nilai yang bermakna untuk meramalkan tinggi lompatan gaya
flop berdasarkan fleksibilitas ke belakang. Kedudukan garis regresi
fleksibilitas ke belakang terhadap lompat tinggi gaya flop ialah : Y = 0,942x +
95,549. Garis regresi ini dianalisis, menunjukkan ada pengaruh fleksibilitas ke
belakang terhadap lompat tinggi gaya flop. Jadi fleksibilitas ke belakang dapat
dijadikan prediksi untuk lompat tinggi gaya flop. Sejalan dengan landasan teori
bahwa garis perjalanan titik berat badan pada sudut tolakan yang menghasilkan
tinggi letak titik berat badan yang maksimal membuat sudut lintasan yang makin
kecil sehingga dibutuhkan fleksibilitas ke belakang yang makin besar untuk
melewati mistar lompatan.
3.
Vertikal jump dengan
fleksibilitas ke belakang terhadap lompat tinggi gaya flop Nilai koefisien
korelasi antara vertikal jump dengan fleksibilitas ke belakang = 0,698,
menunjukkan nilai koefisien korelasi yang bermakna, sehingga dapat diramalkan
lompat tinggi gaya flop atas dasar kemampuan vertikal jump dan fleksibilitas ke
belakang. Garis regresi dan kedua prediktor ini terhadap lompa tinggi
menunjukkan adanya pengaruh kedua prediktor tersebut terhadap lompat tinggi.
Antar vertikal jump dengan fleksibilitas ke belakang mempunyai nilai koefisien korelasi
= 0,201,
menunjukkan hubungan yang tidak bermaka. Ini dapat diinterpretasikan bahwa
kemampuan vertikal jump dapat mewakili fleksibilitas ke belakang atau
sebaliknya terhadap lompat tinggi gaya flop. Atau prestasi lompat tinggi gaya
flop dapat diprediksikan oleh fleksibilitas ke belakang saja atau vertikal jump
saja. Dengan demikian kemampuan vertikal jump dan fleksibilitas ke belakang
kedua-duanya sebagai prediksi untuk lompat tinggi gaya flop.
Kesimpulan
1.
Lompat Vertikal dan
kelentukan ke belakang adalah prediksi
terhadap prestasi lompat tinggi gaya flop.
2.
Nilai koefisien korelasi
antara lompat vertikal dengan prestasi lompat tinggi gaya flop sebesar 0,621,
menunjukkan nilai koefisien korelasi yang bermakna. Dengan demikian dapat diramalkan
bahwa makin tinggi kemampuan vertikal Jump makin tinggi pula kemampuan lompat tinggi. Sesuai
dengan persamaan garis regres : Y = 2,408x + 0,696
3.
Nilai koefisien korelasi
antara kelentukan ke belakang dengan
prestasi lompat tinggi gaya flop sebesar 0,525, menunjukkan nilai koefisien
korelasi yang bermakna. Dengan demikian dapat diramalkan bahwa makin tinggi
kelentukan ke belakang makin tinggi pula
kemampuan lompat tinggi. Sesuai dengan persamaan garis regresi : Y = 0,942x +
95,549. Komponen tumpuan berguna untuk membawa titik berat badan kearah
vertikal, sedang kelentukan ke belakang berguna untuk melewati mistar lompatan.
Saran
1.
Dalam mengajar dan
melatih lompat tinggi, disarankan terlebih dahulu untuk meningkatkan kemampuan
tolakan/tumpuan yang dalam hal ini adalah explosive power, dengan sudut tumpuan
yang mendekati 900.
2.
Dalam mengajar/melatih
lompat tinggi, khususnya lompat tinggi gaya flop, disarankan agar terlebih
dahulu meningkatkan fleksibilitas ke belakang.
3.
Komponen vertikal Jump
dan fleksibilitas ke belakang dapat dijadikan salah satu komponen tes untuk
mencari atlit yang berbakat dalam lompat tinggi, khususnya lompat tinggi gaya
flop.
4.
Penelitian ini masih jauh
dan sempurna, maka diharapkan saran-saran dan kritikan yang membangun demi
penyempurnaan skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abimelek
Letedara., Hubungan Antara Sudut Tapak
Kaki dan Gaya Eksplosif Terhadap Tinggi Lompatan. Skripsi, Ujung Pandang.
1981.
---------------------., Kekuatan
Jinjit Kiri dan Kanan Terhadap Pencapaian Prestasi Lompat Jauh.
Skripsi, Ujung Pandang, 1988.
Boosey
Derek, The Jumps. Conditioning And
Tehnical. Aproved Development Program Course, 1980.
Barry
L, Johson, Jack K Nelson, Practical
Measurement For Evaluation In Physical Education, 1979.
Bresnahan,
Tuttle, Cretzmeyer, Track And Field
Athletic. Six Th Edition , The Mosby Company, Sout, Louis, 1964.
Claude
Bouchard, Problems Of Sport Medicine and
Of Sport Training And Coaching. Terjemahan oleh Mohanad Soebroto, Jakarta,
1978.
DEPDIKBUD,
Komponen Bidang Studi Buku II Modul
Biomekanika Olahraga. Proyek Pengembangan Institusi Pendidikan Tinggi.
Jakarta, 1983.
DEPDIKBUD,
Proses Belajar Keterampilan Gerak,
Landasan Teori dan Gerak. Proyek pengembangan pendidikan tinggi, jakarta,
1983.
DEPDIKBUD,
Biomekanika Olahraga. Proyek
Pengembangan Pendidikan Tinggi, Jakarta, 1983.
Doherty
Ken, Track And Field Atletick. The CV
Mosby Company Sout Louis, 1964.
Jass
Jerver, Belajar dan Berlatih Atletik.
Pioneer Bandung., 1986.
Jacob
Samban, Sistem Informasi Gerak Dalam
Proses Belajar Mengajar Olahraga. Orasi Ilmiah Pada Dies Natalis IKIP UP. 5
Januari 1890.
Jonath U, Hag E.,
Krempel R., Atletik I. Latihan
Teknik-Teknik. Alih Bahasa Soepomo, PT Rosda Putra, Jakarta, 1987
Online Casinos with Bonus Codes 2021 - OneCasinoSites
ReplyDeleteTop 5 카지노게임사이트 Online Casinos with 벳 익스 Bonus Codes 저녁 메뉴 추천 룰렛 · 1. Red Dog Casino 포커 페이스 – Best for Live Dealer games 업소추천 · 2. InterTops – Best for Table Games and Card Games · 3. Play'n GO – Best
RGT's New Betting-Site Casinos - Poormans
ReplyDeleteThe RGT betting 온카지노 역사 site has several popular gambling websites that 더킹 카지노 you can 오래된 토토 사이트 bet on. RGT, or GVC (formerly the iGaming Industry), is a casino 메리트카지노 먹튀 game software provider with more 더킹카지노 슬롯 than 200