Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Pendahuluan
1.
Latar Belakang
Angapan orang-orang bahwa
pendidikan baru bisa dimulai setelah usia Sekolah Dasar (7 tahun) ternyata
tidak benar. Bahkan pendidikan yang dimulai pada usia Taman Kanak-Kanak
(4-6tahun) pun dianggap sudah terlambat. Menurut hasil penilitian , pada usia 4
tahun pertama , separuh kapasitas kecerdasan manusia sudah terbentuk. Artinya kalau
pada usia tersebut otak anak tidak mendapat rangsangan yang maksimal,
maka potensi otak anak tidak akan berkembang secara optimal.
Usia dini merupakan periode
awal yang paling penting dan mendasar dalam sepanjang rentang pertumbuhan serta
perkembangan kehidupan manusia. Pada masa ini ditandai oleh berbagai periode
penting yang fundamen dalam kehidupan anak selanjutnya sampai periode akhir
perkembangannya. Salah satu periode yang menjadi penciri masa usia dini adalah
the Golden Ages atau periode keemasan. Banyak konsep dan fakta yang ditemukan
memberikan penjelasan periode keemasan pada masa usia dini, di mana semua
potensi anak berkembang paling cepat. Beberapa konsep yang disandingkan untuk
masa anak usia dini adalah masa eksplorasi, masa identifikasi/imitasi, masa
peka, masa bermain dan masa trozt alter 1 (masa membangkang tahap 1).
Dalam bidang pendidikan
seorang anak dari lahir memerlukan pelayanan yang tepat dalam pemenuhan
kebutuhan pendidikan disertai dengan Pemahaman mengenai karakteristik anak
sesuai pertumbuhan dan perkembangannya akan sangat membantu dalam menyesuaikan
proses belajar bagi anak dengan usia, kebutuhan, dan kondisi masing-masing,
baik secara intelektual, emosional dan sosial.
Pada Masa usia dini
merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh
proses pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang anak
untuk mengenali berbagai macam fakta di lingkungannya sebagai stimulans
terhadap perkembangan kepribadian, psikomotor, kognitif maupun sosialnya.
Oleh karena itu lah seorang
anak seharus nya perlu mendapatkan pendidikan sejak usia mereka masih belia
atau masih dalam tahap perkembangan,agar seorang anak tersebut dapat menemukan
potensi atau kemampuan diri nya sendiri dan orang tua pun dapat mendukung anak
untuk mengikuti pendidikan anak usia dini secara maksimal guna memberi
rangsangan terhadap anak untuk menggalih potensi yang di miliki nya.
Pembahasan
1. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Disahkannya
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
secara eksplisit mencantumkan tentang Pendidikan Anak Usia Dini/PAUD (Pasal
28), menunjukkan adanya komitmen bangsa Indonesia untuk menempatkan Pendidikan
Anak Usia Dini sebagai bagian penting dalam penyiapan sumber daya manusia di
masa mendatang. Perlu disadari bahwa kondisi sumber daya manusia Indonesia
semakin hari semakin memprihatinkan. Salah satu indikatornya adalah
menurunnya Human Development Index (HDI), dari rangking 104 di tahun
1995 menjadi rangking 108 dari 177 negara pada tahun 2006.
Sebagaimana
diketahui, HDI atau lebih dikenal sebagai Indek Pembangunan Manusia diukur
dengan mempersandingkan 4 indikator, yakni usia harapan hidup, persentase melek
huruf dewasa, rata-rata lama menempuh pendidikan dan pengeluaran per kapita.
Dari sini jelas tampak bahwa aspek kesehatan dan pendidikan sangat menentukan
mutu sumber daya manusia.
Menurut
Fasli Jalal (2003: 14) jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas yang buta aksara
mencapai 18,7 juta orang, yang berasal dari 900.000 orang DO sekolah dasar
pertahun dan sisanya mereka yang memang tidak sekolah sejak awal karena alasan
geografis dan ekonomi. Sedikitnya jumlah lembaga pendidikan anak usia dini ikut
menyumbang bertambahnya penduduk buta huruf, dimana per tahun terdapat
sebanyaknya 200.000 – 300.000 orang DO SD kelas I – III sebagai akibat
ketidaksiapan memasuki pendidikan dasar. Kajian dari berbagai sudut pandang
medis-neurologis, psikososial-kultural, dan pendidikan mengimplikasikan suatu
pandangan yang komprehensif tentang anak usiadini. Secara singkat kajian
tersebut menyimpulkan bahwa anak usia dini (sejak lahir hingga 6 tahun) adalah
sosok individu makhluk sosial kultural yang sedang mengalami suatu proses perkembangan
yang sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya dengan memiliki sejumlah
potensi dan karakteristik tertentu.
Sedangkan menurut penalitian
seorang bayi yang baru lahir memiliki lebih dari 100 miliar sel otak.Ini
menunjukan selama 9 bulan masa kehamilan, paling tidak setiap menit dalam
pertumbuhan otak di produksi 250 ribu sel otak.Setiap sel otak saling terhubung
dengan 15 ribu simpul elektrik kimia yang sangat rumit sehingga bayi yang baru
berusia 8 bulan pun diperkirakan memiliki bilunan sel saraf dalam
otaknya.Sel–sel saraf ini harus rutin distimulasi dan didayagunakan supaya
terus berkembang jumlahnya.
Pada usia rawan saat anak
mulai banyak bergerak,yaitu usia 6 bulan,angka kecelakaan dapat berkurang
sebanyak 80% bila mereka diberi rangsangan sejak dini.Pada umur 3 tahun
anak-anak mempunyai IQ 10 – 20 poin yang lebih tinggi dari mereka yang tidak
pernah mendapt stimulasi.Pada usia 12 tahun,mereka tetap memperoleh prestasi
yang baik pada usia 15 tahun,tingkat intelektual mereka semakin bertambah.
Semua ini memberikan gambaran bahwa pendidikan sejak dini efek jangka panjang
yang sangat baik.Sebaliknya,bila anak menggalami stress pada usia-usia awal
pertumbuhan juga berpengaruh terhadap perkembangan otak anak.Anak yang
dibesarkan dalam lingkungan yang minim stimulasi,berkurang kecerdasannya selama
18 bulan yang tidak mungkin tergantikan.
Otak manusia terdiri dari 2 belahan otak kiri dan otak kanan yang dipisahkan
oleh segumpal serabut yang disebut corpuss callosum.Kedua belahan otak
tersebut memiliki fungsi,tugas dan respon berbeda dan harus tumbuh dalam
keseimbangan.Belahan otak kiri terutama untuk berpikir secara rasional,analitis
dan berurutan serta membaca,bahasa dan beritung.Sedangkan belahan otak kanan
untuk mengembangkan imajinasi dan kreatifitas.Bila dalam pembelajaran di PAUD
dapat memberi manfaat pelajaran menulis,membaca,bahasa dan berhitung seperti
yang tejadi cenderung dewasa ini.Gardner menemukan bahwa otak manusia memiliki
beberapa jenis kecerdasan yaitu : Bahasa,logis, matematis, Visual - spasial, musical,
kinetik, interpersonal social, intrapersonal, naturalis.
2. Perkembangan Belajar
Motorik
Motorik merupakan perkembangan
pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan
saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar
dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar
atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan
anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun
tangga dan sebagainya.
Sedangkan motorik halus adalah
gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu,
yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya,
kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting,
menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa
berkembang dengan optimal. Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ
otak. Otak lah yang mensetir setiap gerakan yang dilakukan anak.Semakin
matangnya perkembangan system syaraf otak yang mengatur otot memungkinkan
berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. Perkembangan motorik anak
dibagi menjadi dua:
Keterampilan atau gerakan
kasar seperti berjalan, berlari, mmelompat, naik turun tangga. Keterampilan
motorik halus atau keterampilan manipulasi seperti menulis, menggambar memotong,
melempar dan menagkap bola serta memainkan benda-benda atau alat-alat mainan .
Pengembangan Motorik
sangat memerlukan bantuan orangtua atau pembimbing untuk melatih dalam
pertumbuhanya, sehingga potensi motirik anak bisa berkembang secara optimal.
Gerak motorik baru bagi anak usia dini memerlukan pengulangan-pengulangan dan
bantuan oranglain, pengulangan itu merupakan bagian dari belajar. Setiap
pengulangan dalam keterampilan baru, memerlukan konsentrasi untuk melatih
koneksitas dan koordinasi gerak dengan indera lainya (Papalia, 2001:144). Masih
dalam konteks pengembangan motorik anak usia dini ini, juga perlu melihat dan
mempertimbangkan kebuthan anak, dan ragam perbedaan pertumbuhan mental secara
individual. Hal ini penting diperhatikan untuk memberikan layanan yang
akomodatif. Terkait dengan pengembangan motorik ini, perlu juga diperhatikan
kematangan motorik yang terjadi pada anak, baik motorik halus maupun motorik
kasar. Kematangan ini merupakan hasil dari awal penstabilan yang dilakukan dari
setiap penguasaan ketrampilan baru (Papalia,2001:140), secara skuensi (Seifert
and Hoffnung, 1987:179) yang memiliki dua prinsip utama yaitu chepalocaudal dan
proximodistal.
Pengembangan motorik pada anak
usia dini sangat memerlukan banyk frekuensi dan kesempatan untuk pengembangan
fisik secara fundamental. Misalnya berlari, melompat, melempar, mendorong, dan
menarik. Perkembangan gross motor skills ini terutama daya gerak, ketrampilan
keseimbangan , sangat memerlukan kebebasan gerak. Selain gross motor skills
yang harus dikembangkan, anak usia dini juga memerlukan pengembangan fine motor
skills, sehingga akan terjadi pertumbuhan yang seimbang diantara keduanya.
Untuk pengembangan fine motor skills harus didesain berbagai jenis bermain,
misalnya:
1. bermain memegang
2. menggenggan
3. mengepalkan tangan
4. mengkoordinasikan
ketangkasan bermain dengan menggunakan kedua tangan
5. koordinasi mata-tangan
Aktivitas
perkembangan gross motor skills dan fine motor skills pada anak model
bermainnyaadalah untuk melatih konsentrasi kemampuan motorik, sehingga mereka
memiliki ketrampilan yang mapan sebagai akibat dari latihan konsentrasi
berbuat. Gross motor dan fine motor sulit terbentuk tanpa adanya latihan
konsentrasi gerak.
Perkembangan
motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan
individu secara keseluruhan. Beberapa pengaruh perkembangan motorik terhadap
konstelasi perkembangan individu dipaparkan oleh Hurlock (1996) sebagai
berikut:
1.
Melalui
keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan
senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan
boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.
2.
Melalui
keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada
bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independent. Anak dapat
bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk
dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa percaya diri.
3.
Melalui
perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan
sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak
sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris.
4.
Melalui
perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul
dengan teman sebayannya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk
dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkankan atau
menjadi anak yang fringer (terpinggirkan)
5.
Perkembangan
keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan self-concept atau
kepribadian anak.
Bermain
dengan anak haruslah dalam suasana yang menyenangkan. Bagi anak di bawah 5
tahun, dapat melatih motorik sambil bermain. Lewat bermain ada banyak
keuntungan yang bisa diperoleh, antara lain;
1.
Membuang
ekstra energy
2.
Mengoptimalkan
pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang-tulang dan organ-organ.
3.
Aktivitas
yang dilakukan dapat meningkatkan nafsu makan anak.
4.
Anak
belajar mengontrol diri.
5.
Berkembangnya
berbagai ketrampilan yang akan berguna sepanjang hidunya.
6.
Meningkatkan
daya kreativitas.
7.
Mendapatkan
kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang ada di sekeliling anak.
8.
Merupakan
cara untuk mengatasi kemarahan, kekhawatiran, iri hati dan kedukaan.
9.
Kesempatan
untuk belajar bergaul dan bersosialisasi dengan anak lain.
10. Kesempatan untuk menjadi pihak yang
kalah atau menang di dalam bermain.
11. Kesempatan untuk belajar mengikuti
aturan-aturan.
12. Dapat mengembangkan kemampuan
intelektualnya.
Pilih alat permainan yang bersifat edukatif, yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak, sesuai dengan usianya dan tingkat
perkembangan. Permainan edukatif adalah mainan yang dapat mendorong 4 aspek,
antara lain;
1)
pengembangan
aspek fisik
2)
pengembangan
bahasa.
3)
pengembangan
aspek kognitif, pengenalan suara, ukuran, bentuk, dan warna
4)
pengembangan
aspek sosial, dalam hubungannya dengan interaksi dengan ibu dan anak,
keluarga serta masyarakat.
Dari berbagai macam alat
permainan, berikut ini adalah contoh alat permainan yang dapat digunakan untuk
melatih motorik kasar dan motorik halus.Permainan untuk pertumbuhan
fisik/motorik kasar:
1.
sepeda
roda tiga atau dua, bola berwarna-warni, mainan yang ditarik atau
didorong, tali, dll
2.
Permainan
untuk memicu motorik
halus: gunting, pensil, bola, balok.
3.
Bermain
merupakan seluruh aktivitas anak, termasuk bekerja, penyaluran hobi, dan
merupakan cara mereka mengenal dunia. Lewat bermain terjadi stimulasi
pertumbuhan otot-ototnya ketika anak melompat, melempar, atau berlari. Selain
itu anak bermain dengan menggunakan seluruh emosi, perasaan, dan
pikirannya.Perkembangan motorik anak akan lebih teroptimalkan jika lingkungan
tempat tumbuh kembang anak mendukung mereka untuk bergerak bebas. Kegiatan di
luar ruangan bisa menjadi pilihan yang terbaik karena dapat menstimulasi
perkembangan otot (CRI, 1997). Jika kegiatan anak di dalam ruangan,
pemaksimalan ruangan bisa dijadikan strategi untuk menyediakan ruang gerak yang
bebas bagi anak untuk berlari, berlompat dan menggerakan seluruh tubuhnya
dengan cara-cara yang tidak terbatas. Selain itu, penyediaan peralatan bermain
di luar ruangan bisa mendorong anak untuk memanjat, koordinasi dan pengembangan
kekuatan tubuh bagian atas dan juga bagian bawah. Stimulasi-stimulasi tersebut
akan membantu pengoptimalan motorik kasar. Sedangkan kekuatan fisik,
koordinasi, keseimbangan dan stamina secara perlahan-lahan dikembangkan dengan
latihan sehari-hari. Lingkungan luar ruangan tempat yang baik bagi anak untuk
membangun semua keterampilan ini.
Kemampuan
motorik halus bisa dikembangkan dengan cara anak-anak menggali pasir dan tanah,
menuangkan air, mengambil dan mengumpulkan batu-batu, dedaunan atau benda-benda
kecil lainnya dan bermain permainan di luar ruangan seperti kelereng.
Pengembangan motorik halus ini merupakan modal dasar anak untuk menulis.
Keterampilan fisik yang dibutuhkan anak untuk kegiatan
serta aktifitas olah raga bisa dipelajari dan dilatih di masa-masa awal
perkembangan. Sangat penting untuk mempelajari keterampilan ini dengan suasana
yang menyenangkan, tidak berkompetisi agar anak-anak mempelajari olah raga
dengan senang dan merasa nyaman untuk ikut berpartisipasi. Hindari permainan di
mana seseorang atau sekelompok orang menang dan kelompok lain kalah. Anak-anak
yang secara terus menerus kalah dalam sebuah permainan memiliki kecenderungan
merasa kurang percaya akan kemampuannya dan akan berkenti berpartisipasi.
Tujuan pendidikan fisik untuk anak-anak yang masih kecil adalah untuk
mengembangkan keterampilan dan ketertarikan fisik jangka panjang.
PERANAN
GURU TK DALAM PEMBELAJARAN TEPADU
1. PERANAN
GURU TK SEBAGAI PERENCANA
Peranan guru sebagai perancana
dalam pembelajaran terpadu adalah guru merencanakan suatu kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan bersama anak didik. Bentuk-bentuk perencanaan dalam proses
pembelajaran di TK adalah :
a) Perencanaan Tahunan
Dalam perencanaan tahunan
sudah ditetapkan dan disusun kemampuan keterampilan dan pembiasaan-pembiasaan
yang diharapkan dicapai oleh anak didik dalam satu tahun. Perencanaan tahunan
dan semester juga memuat tema-tema yang sesuai dengan aspek perkembangan anak
dan minat anak serta sesuai dengan lingkungan sekolah setempat. Perencanaan
tahunan dibuat bersama antara guru-guru dan kepala sekolah.
b) Perencanaan Semester
Perencanaan semester merupakan
program pembelajaran yang berisi jaringan tema, bidang pengembangan, kompetensi
dasar, hasil belajar dan indikator yang ditata secara urut, serta sistematis,
alokasi waktu yang diperlukan untuk setiap jaringan tema dan sebarannya kedalam
semester I dan semester II.
c) Perencanaan Mingguan
(Satuan Kegiatan Mingguan)
Perencanaan mingguan disusun
dalam bentuk satuan kegiatan mingguan (SKM). SKM merupakan penjabaran dari
perencanaan semester yang berisi kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai
indikator yang telah direncanakan dalam satu minggu sesuai dengan keluasan
pembahasan tema dan sub tema.
d) Perencanaan Harian (Satuan
Kegiatan Harian)
Perencanaan harian disusun
dalam bentuk satuan kegiatan harian (SKH). SKH merupakan penjabaran dari satuan
kegiatan mingguan (SKM). SKH memuat kegiatan-kegiatan pembelajaran, baik yang
dilaksanakan secara individual, kelompok, maupun klasikal dalam satu hari. SKH
terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti, istirahat.makan dan kegiatan akhir.
Kegiatan awal merupakan
kegiatan untuk pemanasan dan dilaksanakan secara klasikal. Kegiatan yang dapat
dilakukan antara lain : misalnya berdoa/mengucapkan salam, membicarakan tema
atau sub tema. Kegiatan ini merupaka kegiatan yang dapat mengaktifkan perhatian
kemampuan sosial dan emosional anak. Kegiatan ini dapat dicapai melalui
kegiatan yang memberi kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi dan
bereksperimen sehingga dapat memunculkan inisiatif, kemandirian dan kreativitas
anak. Serta kegiatan yang dapat meningkatkan pengertian-pengertian, konsentrasi
dan mengembangkan kebiasaan bekerja yang baik. Kegiatan inti merupakan kegiatan
yang dilaksanakan secara individu/kelompok. Istirahat/makan merupakan kegiatan
yang digunakan untuk mengisi kemampuan anak yang berkaitan dengan makan :
misalnya mengenalkan kesehatan makanan yang bergizi, tata tertib makan yang
diawali dengan cuci tangan kemudian makan dan berdoa sebelum makan.
Setelah kegiatan makan
selesai, anak melakukan kegiatan bermain dengan alat permainan diluar kelas
dengan maksud untuk mengembangkan motorik kasar anak dan bersosialisasi.
Kegiatan ini sesuai dengan kemauan anak, anak makan kemudian bermain atau sebaliknya
anak bermain terlebih dahulu baru setelah itu makan.
Kegiatan akhir merupakan
kegiatan penenangan yang dilaksanakan secara klasikal. Kegiatan akhir yang
dapat diberikan misalnya membacakan cerita dari buku, mendramatisasikan suatu
cerita, mendiskusikan tentang kegiatan satu hari atau menginformasikan kegiatan
esok harinya, menyanyi, berdoa dan sebagainya. Sebagai seorang perencana, guru
TK harus memahami langkah-langkah perencanaan dalam pembelajaran terpadu.
Sebaiknya perencana pembelajaran disusun untuk waktu tidak kurang dari dua
minggu dan dapat diperluas untuk beberapa minggu setelah itu. Sebelum memulai
langkah-langkah penyusunan, sebaiknya guru telah memilih dan menentukan tema
serta menjabarkannya kedalam sub tema serta menentukan kemampuan yang akan
dikembangkan.
Langkah-langkah penyususanan
perencanaan pembelajaran terpadu seperti yang disarankan oleh Kostelnik adalah
sebagai berikut :
a. Menuangkan
ide kedalam tulisan, masukkan beberapa kegiatan yang berkaitan dengan tema
kedalam rencana kita. Pertimbangkan waktu untuk melaksanakannya dan siapkan kegiatan-kegiatan
yang tidak berhubungan dengan tema untuk memberikan kesempatan kepada anak yang
tidak menyukai atau tidak tertarik dengan tema yang telah ditetapkan.
b. Periksa
rencana pembelajaran tersebut, pastikan bahwa paling sedikit ada tiga jenis
kegiatan yang berhubungan dengan tema dalam satu hari. Pastikan dalam satu
minggu seluruh aspek perkembangan yang akan dicapai sudah tercantum dan akan
dilalsanakan.
c. Jika
dalam perencanaan kita terdapat kerjasama dengan ahli lain seperti dokter, guru
musik, guru tari maka pastikan bahwa kita telah menyampaikan isi tema yang akan
kita terapkan pada kegiatan pembelajaran agar kegiatan yang akan dilakukan
dalam bidang tersebut dapat mendukung dan sejalan dengan kegiatan pembelajaran
yang akan kita laksanakan.
d. Persiapkan
bahan, alat, media, narasumber dan sarana prasarana.
e. Organisasikan
kegiatan dengan baik sehingga setiap anak dapat terfokus pada tema.
f. Pastikan
bahwa dalam rencana kita seluruh konsep, istilah, fakta dan prinsip telah
dikembangkan dengan baik dan kegiatan yang akan dilaksanakan cukup
bervariasi. Ciptakan suasana tematik dalam kelas.
KESIMPULAN
Seorang anak yang baru lahir,
ia masih berada dalam keadaan lemah, naluri dan fungsi-fungsi fisik maupun
psikisnya belum berkembang dengan sempurna. Hal yang dibutuhkan anak agar
tumbuh menjadi anak yang cerdas adalah adanya upaya-upaya pendidikan sepertiu
terciptanya lingkungan belajar yang kondusif, memotivasi anak untuk belajar,
dan bimbingan serta arahan kearah perkembangan yang optimal. Dengan begitu
menumbuhkan kecerdasan anak yaitu mengaktualisasikan potensi yang ada dalam
diri anak.
Masa usia dini merupakan
Periode emas yang merupakan periode kritis bagi anak, dimana perkembangan yang
diperoleh pada periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan periode
berikutnya hingga masa dewasa. Sementara masa emas ini hanya datang sekali,
sehingga apabila terlewat berarti habislah peluangnya. Untuk itu
pendidikan untuk usia dini dalam bentuk pemberian rangsangan-rangsangan
(stimulasi) dari lingkungan terdekat sangat diperlukan untuk mengoptimalkan
kemampuan anak.
Pendidikan anak usia dini
merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan
pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi
motorik halus dan kasar), kecerdasan(daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi,
kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan
perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan
tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ditinjau dari psikologi
perkembangan, usia 6-8 tahun memang masih berada dalam rentang usia 0-8 tahun.
Itu berarti pendidikan yang diberikan dalam keluarga maupun di lembaga
pendidikan formal haruslah kental dengan nuansa pendidikan anak usia dini,
yakni dengan mengutamakan konsep belajar melalui bermain.
DAFTAR PUSTAKA
M. Taqiyuddin.
(2005). Pendidikan Untuk semua (Dasar dan Falsafah Pendidikan Luar
Sekolah). Cirebon: STAIN Cirebon Press.
Purwanto. Ngalim.
(2006). Ilmu pendidikan teoretis dan praktis. Bandung: Rosda
Gunawan, Ari. (1995). Kebijakan-kebijakan
Pendidikan. Jakarta: PT. Rhineka Cipta
Tilaar. (1992). Manajemen
Pendidikan Nasional. Bandung: Rosda
Latif, Abdul. (2007). Pendidikan
Berbasis Nilai Kemasyarakatan. Bandung: Reflika Aditama
Nurihsan, Juntika, 2007. Perkembangan
Peserta Didik, Bandung : Sekolah Pasca Sarjana UPI
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_anak_usia_dini
http://qeeasyifa.multiply.com/journal/item/61/MEMAHAMI_PENDIDIKAN_ANAK_USIA_DINI
http://www.tabloid-nakita.com/artikel2.php3?edisi=07327&rubrik=topas
http://eldiina.com/index.php?option=com_content&task=view&id=29&Itemid=1
www.akhmadsudrajat.wordpress.com
baccarat | Play Online With Free Spins No Deposit
ReplyDeleteWe 더킹 카지노 have all 바카라 필승법 the online casino games 파라오 카지노 도메인 you need for a fun, enjoyable experience, and we will help you 샌즈 카지노 먹튀 get back arhamtechnoservices.com in a game when you are ready.