KPK menetapkan Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah sebagai tersangka OTT Gubernur Sulaw…
Adversity Quotient
Islam_Science_Online
1. Quitter (yang menyerah). Para quitter adalah para pekerja yang sekadar untuk bertahan hidup).Mereka ini gampang putus asa dan menyerah di tengah jalan.
Ketika akhirnya Thomas Alva Edison (1847 - 1931) berhasil
menemukan baterai yang ringan dan tahan lama, dia telah melewati 50.000
percobaan dan bekerja selama 20 tahun.Tak heran kalau ada yang bertanya, “Mr.
Edison, Anda telah gagal 50.000 kali, lalu apa yang membuat Anda yakin bahwa
akhirnya Anda akan berhasil?”Secara spontan Edison langsung menjawab,
“Berhasil?Bukan hanya berhasil, saya telah mendapatkan banyak hasil. Apakah
adversity quotient (AQ) itu? Menurut Stoltz, AQ adalah kecerdasan untuk
mengatasi kesulitan. “AQ merupakan faktor yang dapat menentukan bagaimana, jadi
atau tidaknya, serta sejauh mana sikap, kemampuan dan kinerja Anda terwujud di
dunia,” tulis Stoltz. Pendek kata, orang yang memiliki AQ tinggi akan lebih
mampu mewujudkan cita-citanya dibandingkan orang yang AQ-nya lebih rendah.
Untuk memberikan gambaran, Stoltz meminjam terminologi
para pendaki gunung. Dalam hal ini, Stoltz membagi para pendaki gunung menjadi
tiga bagian:
1. Quitter (yang menyerah). Para quitter adalah para pekerja yang sekadar untuk bertahan hidup).Mereka ini gampang putus asa dan menyerah di tengah jalan.
2. Camper
(berkemah di tengah perjalanan) Para camper lebih baik, karena biasanya mereka
berani melakukan pekerjaan yang berisiko, tetapi tetap mengambil risiko yang
terukur dan aman. “Ngapain capek-capek” atau “segini juga udah cukup” adalah
moto para campers.Orang-orang ini sekurang-kurangnya sudah merasakan tantangan,
dan selangkah lebih maju dari para quitters. Sayangnya banyak potensi diri yang
tidak teraktualisasikan, dan yang jelas pendakian itu sebenarnya belum selesai.
3. Climber
(pendaki yang mencapai puncak). Para climber, yakni mereka, yang dengan segala
keberaniannya menghadapi risiko, akan menuntaskan pekerjaannya. Mereka mampu
menikmati proses menuju keberhasilan, walau mereka tahu bahwa akan banyak
rintangan dan kesulitan yang menghadang. Namun, di balik kesulitan itu ia akan
mendapatkan banyak kemudahan. ”Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan.” Dalam konteks ini, para climber dianggap memiliki AQ tinggi. Dengan
kata lain, AQ membedakan antara para climber,camper, dan quitter.
Jawaban luar biasa dari pencipta lampu pijar itu menjadi
salah satu contoh ekstrem seorang climber (pendaki)–yang dianggap memiliki
kecerdasan mengatasi kesulitan (adversity quotient, AQ) tinggi.Terminologi AQ
memang tidak sepopuler kecerdasan emosi (emotional quotient) milik Daniel
Goleman, kecerdasan finansial (financial quotient) milik Robert T. Kiyosaki,
atau kecerdasan eksekusi (execution quotient) karya Stephen R. Covey.AQ
ternyata bukan sekadar anugerah yang bersifat given.AQ ternyata bisa dipelajari.
Dengan latihan-latihan tertentu, setiap orang bisa diberi pelatihan untuk
meningkatkan level AQ-nya. Manusia sejati adalah manusia yang jika menempuh
perjalanan yang sulit, mereka selalu optimis; sedangkan jika mereka melewati
perjalanan yang mudah mereka malah khawatir.
Dalam kehidupan nyata, hanya para climbers-lah yang akan
mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan sejati. Sebuah penelitian yang dilakukan
Charles Handy-seorang pengamat ekonomi kenamaan asal Inggris terhadap ratusan
orang sukses di Inggris memperlihatkan bahwa mereka memiliki tiga karakter yang
sama. Yaitu, pertama, mereka berdedikasi tinggi terhadap apa yang tengah
dijalankannya. Dedikasi itu bisa berupa komitmen, kecintaan atau ambisi untuk
melaksanakan pekerjaan dengan baik.Kedua, mereka memiliki determinasi. Kemauan
untuk mencapai tujuan, bekerja keras, berkeyakinan, pantang menyerah dan
kemauan untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Dan ketiga, selalu berbeda
dengan orang lain. Orang sukses memakai jalan, cara atau sistem bekerja yang
berbeda dengan orang lain pada umumnya. Dua dari tiga karakter orang sukses
yang diungkapkan Handy dalam The New Alchemist tersebut erat kaitannya dengan
kemampuan seseorang dalam menghadapi tantangan.
Post a Comment
Post a Comment