KPK menetapkan Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah sebagai tersangka OTT Gubernur Sulaw…
Peran Pondok Pesantren dan Masa Depan Pendidikan Islam di Indonesia
Tidak sepatutnya
bagi orang-orang yang mu’minitu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak
pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga
dirinya. (QS At-Taubah [9] : 122).
Pondok Pesantren dalam Sejarah Pendidikan
Indonesia
Pondok Pesantren dan Masa Depan Pendidikan Islam di Indonesia
Dalam relung sejarah panjang negeri ini, pondok pesantren dengan ciri utama pendidikan keislamannya telah menampilkan peran yang tidak sedikit bagi perkembangan pendidikan bangsa. Melalui model pendidikan agama islam yang komprehensif podok pesantren, yang bisa disebut sebagai satu-satunya lembaga pendidikan pribumi, telah mampu melahirkan banyak santri berkualitas yang secara riil dapat memberi sumbangsih bagi negeri ini. Sumbangsih ini bukan hanya berbentuk pada peningkatan moralitas yang menjadi ciri utama pesantren, tetapi juga dalam wujud pemberdayaan masyarakat dan lingkungan sekitar yang merupakan bagian integral dari lingkup kehidupan pondok pesantren.
Dalam relung sejarah panjang negeri ini, pondok pesantren dengan ciri utama pendidikan keislamannya telah menampilkan peran yang tidak sedikit bagi perkembangan pendidikan bangsa. Melalui model pendidikan agama islam yang komprehensif podok pesantren, yang bisa disebut sebagai satu-satunya lembaga pendidikan pribumi, telah mampu melahirkan banyak santri berkualitas yang secara riil dapat memberi sumbangsih bagi negeri ini. Sumbangsih ini bukan hanya berbentuk pada peningkatan moralitas yang menjadi ciri utama pesantren, tetapi juga dalam wujud pemberdayaan masyarakat dan lingkungan sekitar yang merupakan bagian integral dari lingkup kehidupan pondok pesantren.
Meskipun sama-sama menitik beratkan pola
pendidikan pada materi-materi keislaman, terdapat beberapa perbedaan signifikan
antara lembaga pendidikan islam asli Indonesia ini dengan model pendidikan
islam yang ada di dunia islam lainnya. Pesantren diakui atau tidak terutama di
masa silam lebih banyak menggunakan pendekatan kultural yang begitu lekat
dengan beberapa nilai budaya jawa, yang menjadi latar kehidupan para wali
sebagai pendahulu yang telah berjasa dalam membangun pesantren pada awalnya.
Selain itu sifat-sifat dan akhlak pesantren menjadi ciri khas yang tak bisa
lepas dari dunia santri. Santri dan kyai menjalin sebuah ikatan yang terhubung
oleh dasar inteletualitas dan budaya yang memberi nuansa tersendiri bagi
kehidupan moral di masyarakat. Seolah mengejawantahkan sebuah hadits Nabi yang
disitir Al-Ghazali “Semua orang akan rusak kecuali orang yang berfikir
(terpelajar), yang terpelajar akan rusak kecuali yang mengamalkan pengetahuannya,
yang mengamalkan pengetahuannya akan rusak kecuali yang menggunakan ketulusan.”
Tradisi keilmuan pesantren yang mau tidak
mau harus kita sebut berpola fiqh sentris ini telah dimulai dari awal abad XVI.
Penjajahan Belanda diakui juga mempengaruhi tradisi ini, mengingat selama masa
tersebut terputuslah kontak dengan dunia muslim di luar negeri. Akibatnya
produk utama pendidikan pesantren hanya berkutat pada materi yang dengan mudah
dapat diperoleh di dalam negeri, meskipun kontak melalui ibadah haji di Mekkah
masih mungkin terjadi. Padahal kala itu pembagian bidang-bidang ilmu
pengetahuan tengah berlangsung di sebagian besar dunia Islam. Sehingga wajah
pesantren lebih didominasi ilmu agama yang cenderung statis tanpa orientasi
pada ilmu pengetahuan di dunia lain yang lebih modern dan cepat berubah. Meski
wujudnya yang murni seperti di masa silam telah sulit dijumpai, namun sampai
sekarang image pesantren demikian itu masih mendominasi frame pemikiran banyak
orang.
Tantangan Masa Depan
Dengan segala bentuk dan aneka model
pembelajaran keagamaan yang masih dapat dirunut keberadaanya, pondok pesantren
di masa depan jelas mampu memberi nuansa dan pencerahan baru bagi dunia
pendidikan terutama di Indonesia. Tentu saja jika dibarengi dengan kesungguhan
pada pengembangan ilmu-ilmu modern dengan metodologi yang lebih komprehensif.
Sehingga khazanah intelektual pesantren yang begitu kaya dengan berbagai
disiplin ilmu agama dapat bersinergi dengan ilmu modern yang akhirnya mampu
melahirkan paradigma pembelajaran yang integratif dan tidak dikotomis. Hal
demikian dapat dilaksanakan antara lain dengan memperkenalkan beberapa aspek
pengetahuan modern yang aplikatif (applied sciences) dan mengkomparasikannya
dengan berbagai disiplin ilmu islam yang menjadi keahlian pesantren.
Integrasi semacam ini tidak semata-mata
menguntungkan dunia santri. Tetapi juga akan berdampak pada pengembangan
masyarakat yang lebih dinamis karena integrasi pengetahuan yang terjadi.
Sehingga keseimbangan pemikiran islam yang bersifat samawi dan pengayaan ilmu
pengetahuan modern yang lebih humanis dapat tersinergi dengan optimal. Terlebih
di zaman yang semakin kompleks ini, di mana sisi-sisi religiusitas manusia yang
dulu digerus oleh pengetahuan yang dibiarkan bebas nilai (free value), tampak
mulai kembali menampakkan diri. Yang jika tidak disikapi secara arif oleh dunia
pendidikan islam macam pondok pesantren, maka kembalinya manusia pada spirit
agama akan berdampak negatif, semisal radikalisme dan fundmentalisme. Karena itulah
perencanaan ke depan bagi pengembangan kelembagaan pesantren di dunia
pendidikan menjadi perlu untuk diperhatikan semua pihak. Apalagi dalam kerangka
membangun masyarakat madani (civil society) yang mumpuni dan bertanggung jawab
dalam tugas-tugas kemasyarakatan bagi masa depan bangsa.
Ikhtitam
Membangun budaya pendidikan integratif pada
sebuah lembaga pendidikan semacam pondok pesantren jelas tidak mudah. Banyak
aspek dan sisi yang harus dikuasai dengan baik, terutama yang terkait dengan
pola pengembangan kemasyarakatan sebagai betuk aplikasi ilmu dan nilai
pembelajaran podok pesantren. Meningkatkan kualitas pemahaman kegamaan di satu
sisi diiringi dengan peningkatan apresiasi pada problem sosial di masyarakat
jelas membutuhkan keseriusan dan ketekunan tersendiri. Apalagi jika dilihat
dari aspek kompleksitas masalah pada masyarakat modern saat ini. Dan jangan
lupa membangun sebuah pola pendidikan pesantren semacam ini merupakan sebuah
human capital yang berdimensi jangka panjang, tidak dapat dinikmati hasilnya
dalam waktu dekat.
Bak menanam buah kelapa, berinvestasi pada
pengembangan pendidikan akan membutuhkan kesabaran dan keteguhan hati. Karena
pada dasarnya para santri memang tidak dididik untuk menjadi para sales ataupum
marketer yang mampu mendatangkan keuntungan (profit) dalam waktu yang singkat
bagi institusi pendidikan yang mengampunya. Bukan pula menjadi robot
berteknologi tinggi yang mampu mengerjakan sekian banyak tugas dalam waktu
relatif singkat. Karena bagaimana pun sumber daya manusia pada pendidikan
pesantren adalah manusia biasa juga, sehingga dibutuhkan ruang yang cukup lama
antara pencapaian intelektual santri yang dididik dan implementasi ilmu di
dalam masyarakat secara komprehensif. Jika hal ini dapat dilaksanakan dengan
baik, maka peran aktif dari para santri demi pembangunan pendidikan islam di
masa depan akan mudah diimplementasikan dengan hasil yang lebih baik.
Wa Allah A’lam.
(posted By admin)
Wa Allah A’lam.
(posted By admin)
Post a Comment
Post a Comment