KPK menetapkan Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah sebagai tersangka OTT Gubernur Sulaw…
KISAH HIKMAH ; KARUNIA HIDAYAH
Oleh : Mughni
KISAH HIKMAH ; KARUNIA HIDAYAH
Siapapun di dunia ini hanya akan menjaga
dengan sungguh-sungguh sesuatu yang dianggapnya berharga dan membuang sesuatu
yang dianggapnya tidak berharga. Semakin bernilai dan semakin berharga suatu
benda, maka akan lebih habis-habisan pula dijaganya.
Ada yang sibuk menjaga hartanya karena dia
menganggap hartanyalah yang paling bernilai. Ada yang sibuk menjaga wajahnya
agar awet muda, karena awet muda itulah yang dianggapnya paling bernilai. Ada
juga yang mati-matian menjaga kedudukan dan jabatannya, karena kedudukan dan
jabatan itulah yang dianggap membuatnya berharga.
Tapi ada pula orang yang mati-matian menjaga
hidayah dan taufik dari-Nya karena dia yakin bahwa hidup tidak akan selamat
mencapai akhirat kecuali dengan hidayah dan taufik dari ALLOH yang Mahaagung.
Inilah sebenarnya harta benda paling mahal yang perlu kita jaga mati-matian.
Betapa nikmat iman yang bersemayam di dalam kalbu melampaui apapun yang
bernilai di dunia ini.
Karenanya, sudah sepantasnya dalam mencari
apapun di dunia ini, kita tetap dalam rambu-rambu supaya hidayah itu tidak
hilang. Misal, ketika mencari uang untuk nafkah keluarga, kita sibuk dengan
berkuah peluh bermandi keringat mencarinya, tapi tetap berupaya dengan sekuat
tenaga agar dalam mencari uang ini hidayah sebagai sebuah barang berharga tidak
hilang dan taufik tidak sampai sirna.
Begitupula ketika menuntut ilmu, kita kejar
ilmu setinggi-tingginya tetapi tetap dalam rambu-rambu supaya hidayah tidak
sampai sirna. Bahkan seharusnya acara mencari nafkah, mencari ilmu, atau
mencari dunia bisa lebih mendekatkan dengan sumber hidayah dari ALLOH SWT.
Ada sebuah doa yang ALLOH SWT ajarkan kepada
kita melalui firman-Nya, "Robbanaa, laa tuziquluu banaa ba’da ijhhadaitana
wahablana milladunkarahmatan innaka antal wahhaab…" (Q.S. Ali Imran [3]:
8). (Ya Tuhan kami, jangan jadikan hati ini condong kepada kesesatan sesudah
engkau beri petunjuk, dan karuniakan kepada kami rahmat dari sisimu, sesungguhnya
Engkau Maha Pemberi Karunia).
Demikianlah ALLOH Azza wa Jalla, Dzat Maha
Pemberi Karunia Hidayah, mengajarkan kepada kita agar senantiasa bermohon
kepada-Nya sehingga selalu tertuntun dengan cahaya hidayah dari-Nya. Tidak bisa
tidak, doa inilah yang harus senantiasa kita panjatkan di malam-malam hening
kita, di setiap getar-getar doa yang meluncur dari bibir kita.
***
Suatu waktu ada seorang wanita yang belum
beberapa lama masuk Islam (muallaf). Dan ternyata keluarganya tidak bisa
menerima kenyataan ini, sehingga ibunya mengusirnya dari rumah. Kejadiannya
ketika menjelang jam lima sore telepon berdering, suara diujung sana bicara
dengan terbata-bata, "Aa, aa tolong a tolong…!" Belum selesai bicara
hubungan telepon terputus. Dari nadanya kelihatan darurat, sehingga jelas-jelas
si penelpon sedang dalam kondisi membutuhkan bantuan. Sayangnya tidak diketahui
dimana menelponnya? Keadaannya bagaimana? Cuma yang diketahui pasti adalah
ALLOH Maha Melihat, Maha Menyaksikan segala kejadian, dan Mahakokoh dalam melindungi
siapapun. Tidak akan terjadi musibah, "illabiidznillah" tanpa ijin
ALLOH, dan tidak akan teraniaya kecuali dengan ijin ALLOH pula.
Usai hubungan telepon terputus, saya berpikir
apa yang bisa dilakukan!? Karena yang terbayang di benak saat itu adalah justru
si anak dianiaya, teleponnya direbut atau kabelnya diputuskan. Terbayang pula
andai si anak ini dipaksa kembali ke agama semula oleh orang tuanya atau
minimal dianiaya. Tapi sejenak kemudian ingat pula akan Kemahakuasaan ALLOH
bahwa hanya dengan karunia-Nya saja hidayah bisa sampai kepada si anak itu.
Betapapun orang memaksa untuk melepas hidayah keyakinan di jalan-Nya, tapi
kalau ALLOH Azza wa Jalla, Dzat yang Mahakuasa telah menghunjamkan dalam-dalam
hidayah itu di kalbunya, kita lihat bagaimana Bilal bin Rabbah, sahabat
Rasulullah SAW yang mulia, dijemur diterik matahari, dibawahnya beralas pasir
membara, badan pun dihimpit batu yang berat, tapi bibirnya yang mulia tetap
mengucapkan, "ALLOH, ALLOH, ALLOH".
Demikianlah jikalau ALLOH telah menghunjamkan
karunia hidayahnya, tidak ada seorangpun yang bisa melepaskannya. Begitupun
dengan si anak dalam kejadian ini, setelah teleponnya diputus oleh ibunya,
ternyata benar ia dianiaya, dijambak, dan dirobek-robek jilbabnya. Hanya
kemudian dengan ijin ALLOH, dia dapat kembali menutup auratnya dan dengan hati
pilu si anak pun ikut bersama bibinya. Hanya ALLOH-lah yang melepaskan dari
setiap kesempitan.
Mudah-mudahan kejadian diatas dapat menambah
keyakinan akan kokohnya perlindungan ALLOH Azza wa Jalla. Betapapun tidak ada
yang menolong, yakinlah bahwa ALLOH-lah satu-satunya penolong. Begitupun ketika
ada yang menganiaya, maka si penganiaya pun adalah makhluk dalam genggaman
ALLOH. Tidak ada satupun ayunan dan pukulan tangan, atau bahkan tendangan
kakinya, kecuali tenaganya karunia dari ALLOH. Tidak ada satupun darah yang
menetes, kecuali dengan ijin ALLOH.
Karenanya mudah-mudahan saja apa yang menimpa
si anak dalam peristiwa diatas adalah salah satu cara bagaimana ALLOH
menanamkan keyakinan kepadanya. Karenanya walaupun tidak ada yang menolong,
yakinlah bahwa ALLOH-lah yang Mahakuasa memberikan pertolongan. Memang,
terkadang kita ditingkatkan keyakinan, dinaikan peringkat kedudukan disisi
ALLOH, salah satunya dengan diuji dengan bala dan kesempitan terlebih dulu.
***
ALLOH SWT dalam hal ini berfirman, "Dan
orang yang dipimpin ALLOH, maka tiadalah orang yang akan menyesatkannya"
(Q.S. Az Zumar [39]:37).
"Dan siapa yang disesatkan oleh ALLOH,
maka tidak ada yang dapat menujukinya" (Q.S. Ar Ra’du [13]:33).
"Siapa yang diberi petunjuk (hidayah)
oleh ALLOH maka ialah yang mendapat petunjuk hidayah, dan siapa yang disesatkan
oleh ALLOH, maka tidak akan engkau dapatkan pelindung atau pemimpin
untuknya" (Q.S. .
"Sesungguhnya ALLOH membiarkan sesat
siapa yang dikehendaki-Nya dan dipimpin-Nya siapa yang dikehendaki-Nya."
(Q.S. Al Fathir [35]: 8).
Imam Ibnu Athoillah dalam kitabnya yang
terkenal Al Hikam memaparkan, "Nur (cahaya-cahaya) iman, keyakinan, dan
zikir adalah kendaraan yang dapat mengantarkan hati manusia ke hadirat ALLOH
serta menerima segala rahasia daripada-Nya.
Nur (cahaya terang) itu sebagai tentara yang
membantu hati, sebagaimana gelap itu tentara yang membantu hawa nafsu. Maka
apabila ALLOH akan menolong seorang hamba-Nya, dibantu dengan tentara nur
Illahi dan dihentikan bantuan kegelapan dan kepalsuan"
Nur cahaya terang berupa tauhiid, iman dan
keyakinan itu sebagai tentara pembela pembantu hati, sebaliknya kegelapan,
syirik, dan ragu itu sebagai tentara pembantu hawa nafsu, sedang perang yang
terjadi antara keduanya tidak kunjung berhenti, dan selalu menang dan kalah.
Lebih lanjut beliau berujar, "Nur itulah
yang menerangi (membuka) dan bashirah (matahati) itulah yang menentukan hukum,
dan hati yang melaksanakan atau meninggalkan nur itulah yang menerangi baik dan
buruk, lalu dengan matahatinya ditetapkan hukum, dan setelah itu maka
matahatinya yang melaksanakan atau menggagalkannya." Semoga ALLOH Azza wa
Jalla mengaruniakan kepada kita penuntun yang membawa cahaya hidayah sehingga
menjadi terang jalan hidup ini, subhanallah. ***
semoga bermanfaat , Amien.
Post a Comment
Post a Comment