KPK menetapkan Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah sebagai tersangka OTT Gubernur Sulaw…
KISAH PAARA FILSUF ISLAM : Ibnu Rusydi
Kisah Para Filsuf Islam : Ibnu Rusydi
Abul al Walid Muhammad Ibnu Ahmad Ibnu
Muhammad Ibnu Rusydi, yang kemudian lebih dikenal dengan nama Ibnu Rusydi atau
Averrous, merupakan seorang ilmuwan muslim yang sangat berpengaruh pada abad
ke-12 dan beberapa abad berikutnya. Ia adalah seorang filosof yang telah
berjasa mengintegrasikan Islam dengan tradisi pemikiran Yunani.
Ibnu Rusydi dilahirkan pada tahun 1126 M di
Qurtubah (Cordoba) dari sebuah keluarga bangsawan terkemuka. Ayahnya adalah
seorang ahli hukum yang cukup berpengaruh di Cordoba, dan banyak pula
saudaranya yang menduduki posisi penting di pemerintahan. Latar belakang
kelauarga tersebut sangat mempengaruhi proses pembentukan tingkat
intelektualitasnya di kemudian hari.
Kebesaran Ibnu Rusydi sebagai seorang pemikir
sangat dipengaruhi oleh zeitgeist atau jiwa zamannya. Abad ke-12 dan beberapa
abad sebelumnya merupakan zaman keemasan bagi perkembangan ilmu pengetahuan di
Dunia Islam, yang berpusat di Semenanjung Andalusia (Spanyol) di bawah
pemerintahan Dinasti Abasiyah. Para penguasa muslim pada masa itu mendukung
sekali perkembangan ilmu pengetahuan, bahkan mereka sering memerintahkan para
ilmuwan untuk menggali kembali warisan intelektual Yunani yang masih tersisa,
sehingga nama-nama ilmuwan besar Yunani seperti Aristoteles, Plato, Phitagoras,
ataupun Euclides dengan karya-karyanya masih tetap terpelihara sampai sekarang.
Liku-liku perjalanan hidup pemikir besar ini
sangatlah menarik. Ibnu Rusydi dapat digolongkan sebagai seorang ilmuwan yang
komplit. Selain sebagai seorang ahli filsafat, ia juga dikenal sebagai seorang
yang ahli dalam bidang kedokteran, sastra, logika, ilmu- ilmu pasti, di samping
sangat menguasai pula pengetahuan keislaman, khususnya dalam tafsir Al Qur’an
dan Hadits ataupun dalam bidang hukum dan fikih. Bahkan karya terbesarnya dalam
bidang kedokteran, yaitu Al Kuliyat Fil-Tibb atau (Hal-Hal yang Umum tentang
Ilmu Pengobatan) telah menjadi rujukan utama dalam bidang kedokteran.
Kecerdasan yang luar biasa dan pemahamannya
yang mendalam dalam banyak disiplin ilmu, menyebabkan ia diangkat menjadi
kepala qadi atau hakim agung Cordoba, jabatan yang pernah dipegang oleh
kakeknya pada masa pemerintahan Dinasti al Murabitun di Afrika Utara.Posisi
yang prestisius dan tentunya diimpikan banyak orang. Posisi tersebut
ia pegang pada masa pemerintahan Khalihaf Abu
Ya’kub Yusuf dan anaknya Khalifah
Abu Yusuf.
Hal terpenting dari kiprah Ibnu Rusydi dalam
bidang ilmu pengetahuan adalah usahanya untuk menerjemahkan dan melengkapi
karya-karya pemikir Yunani, terutama karya Aristoteles dan Plato, yang mempunyai
pengaruh selama berabad-abad lamanya. Antara tahun 1169-1195, Ibnu Rusydi
menulis satu segi komentar terhadap karya-karya Aristoteles, seperti De
Organon, De Anima, Phiysica, Metaphisica, De Partibus Animalia, Parna
Naturalisi, Metodologica, Rhetorica, dan Nichomachean Ethick. Semua komentarnya
tergabung dalam sebuah versi Latin melengkapi karya Aristoteles.
Komentar-komentarnya sangat berpengaruh terhadap pembentukan tradisi
intelektual kaum Yahudi dan Nasrani.
Analisanya telah mampu menghadirkan secara
lengkap pemikiran Aristoteles. Ia pun melengkapi telaahnya dengan menggunanakan
komentar-komentar klasik dari Themisius, Alexander of Aphiordisius, al Farabi
dengan Falasifah-nya, dan komentar Ibnu Sina. Komentarnya terhadap percobaan
Aristoteles mengenai ilmu-ilmu alam, memperlihatkan kemampuan luar biasa dalam
menghasilkan sebuah observasi.
IBNU KHALDUN
Bernama lengkap Abdurrahman bin Muhammad bin
Muhammad bin Muhammad bin Al Hasan bin Jabir bin Muhammad bin Ibrahim bin
Abdurrahman bin Ibn Khaldun, pemikir (1332-1406) kelahiran Tunisia ini dikenal
sebagai bapak sosiologi dan politik. Al Muqaddimah merupakan karya monumental
pertama yang memuat prinsip-prinsip politik, strata suatu masyarakat, dan teori
dissintegrasi.
Dalam karyanya itu, Khaldun memetakan
masyarakat dengan interaksi sosial, politik, ekonomi, dan geografi yang
melingkupinya. Pendekatan ini dianggap menjadi terobosan yang sangat
signifikan. Menurutnya, organisme dapat tumbuh dan matang, karena sebab- sebab
nyata yang mempengaruhinya. Pengaruh itu universal dan pasti. Tak ada kebetulan
dalam sejarah sosial kecuali sebab dan akibatnya semata, sebagian jelas dan
diketahui, sebagian lagi tidak.
Formasi masyarakat, tulisnya, sebagai hasrat
manusia untuk berkumpul, bersaing, lalu memperebutkan kepemimpinan. Mereka
diikat dengan solidaritas ashabiyah (ungkapan pra-Islam) yang diarahkan oleh
para pimpinannya. Ia memperkirakan bahwa solidaritas itu berlangsung empat
generasi. Model ini menempatkan Ibn Khaldun sebagai penganut teori siklus
sejarah. Masyarakat lahir, tumbuh, berkembang, lalu mati untuk diganti dengan
yang lain. Demikian seterusnya.
Al Muqaddimah juga mengupas asal muasal suatu
masyarakat, lahirnya kota dan desa, dan sebagainya. Karya emasnya itu hingga
kini telah diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk Indonesia.
Post a Comment
Post a Comment