KPK menetapkan Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah sebagai tersangka OTT Gubernur Sulaw…
Kesimpulan Peradaban Islam
Moeslim_Science_Online (Seri Conclusion)
Kesimpulan :
Diantara sunah
Allah dimuka bumi ini adalah bahwa segala sesuatu selalu dimulai dari hal-hal
kecil, lalu lambat laun menjadi besar. Dari sesuatu yang sepele, lambat laun
menjadi kuat, sederhana, selanjutnya secara bertahap menjadi sempurna. Menyimak
betapa besar kontribusi Islam terhadap lahirnya peradaban Islam berskala dunia
terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi, sesungguhnya kemajuan yang
dicapai Barat pada mulanya bersumber dari peradaban Islam. Dunia Barat sekarang
sejatinya berterima kasih kepada umat Islam. Akan tetapi pada kenyataannya
pihak Barat (Eropa) bahkan sampai terlupakan. Oleh karena itu, umat Islam perlu
kembali menggelorakan semangat keilmuan para ilmuwan muslim atas sumbangsihnya
yang amat besar bagi peradaban umat manusia di dunia dalam menyongsong kembali
kejayaan Islam dan umatnya. Saat itu, peradaban islam adalah peradaban yang
paling maju, sehingga banyak para mahasiswa dari Eropa dan belahan dunia lainya
yang datang untuk belajar di berbagai perguruan tinggi yang didirikan oleh umat Islam. Selain itu, pada
waktu itu para ilmuwan yang sangat dikenal diantaranya : al – Biruni, al –
Razi,Ibnu Sina, al – Zahrawi, al – Khawarizmi,Ibn Nafis, Ibn Rusyd dan masih
banyak yang lainya. Selain itu, buku – buku karya mereka juga menjadi acuan
utama bagi para ilmuan lainya, baik barat maupun timur. Sebagai contoh, dalam
ilmu kedokteran, buku yang paling dikenal adalah buku al - Hȃwi karya al –
Razi, al – Ǫânûn karya Ibnu Sina, al –
Tashrîf Liman ʻAjiza ʻan al - Taʻlif karya al – Zana hawi dan buku al –
Kulliyyât karya Ibn Rusyd. Lalu, saat itu bahasa arab dipakai sebagai bahasa
induk ilmu pengetahuan di dunia. Oleh sebab itu, siapa saja yang ingin
mendalami ilmu pengetahuan, mereka harus terlebih dahulu menguasai bahasa arab
dengan baik. Saat itu juga, berbicara dengan bahasa arab adalah merupakan
simbol bahwa yang bersangkutan memiliki pendidikan yang sangat tinggi.
Salah satu
keistimewaan peradaban yang dibangun oleh umat Islam tersebut karena ia
mencakup berbagai sisi peradaban secara komprehensif, sehingga dalam peradaban
ini, seni dan sastra dapat dikembangkan secara bersamaan. Selain itu, ia juga
unggul karena mengutamakan sikap moderat dan seimbang, sehingga mereka dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan dan iman secara bersamaan, serta perkembangan
material yang mereka bangun oleh ilmu pengetahuan, selalu mereka barengi dengan
keluhuran spiritual dan keluhuran budi pekerti. Oleh sebab itu, pada peradaban
ini, dunia dan agama dapat dimajukan secara bersama – sama. Alangkah indahnya
jika dunia dan agama dapat berjalin berkelindan. Demikianlah mereka memandang
bahwa dunia adalah wasilah yang akan mengantarkan kita untuk mencapai
kebahagian akhirat. Mereka juga meyakini bahwa seluruh materi tidak dapat
dipisahkan dari ruhani.
Jika demikian
kenyataanya, lalu bagaimana dengan orang yang mengatakan bahwa peradaban yang
dibangun oleh islam sangat penuh dengan berbagai kekurangan dan ia hanya mewariskan
berbagai hal negatif ? Yang lainya mengatakan, bahwa peradaban islam tidak lain
hanya sebuah peradaban yang kelam, tanpa secercah cahaya pun yang dapat
meneranginya ?
Jika pertanyaan
ini benar, lalu bagaimana mungkin kita dapat melupakan begitu saja sebuah
peradaban luhur yang berlangsung selama berabad abad ? Selain itu, mungkin dari
kelamnya sejarah islam telah lahir
cahaya yang denganya ia mampu menyinari peradaban dunia, sehingga orang – orang barat pun
banyak yang belajar dari mereka, sehingga mereka banyak meniru berbagai
kemajuan yang dikembangkan peradaban Islam, terutama metodologi empiris
(tajribah) yang menjadi pilar utama kemajuan peradaban Eropa ?
Harus diakui,
bahwa Barat sendiri mencapai kemajuan setelah sebelumnya, mereka bersentuhan
dangan peradaban timur, sehingga mereka mampu membangkitkan peradabanya dari
kejumunduhan. Hal ini yang saat itu dikuasai kristen, berjumpa dengan dunia
timur yang dikuasai oleh islam, melalui berbagi media Perang Salib, peperangan
di Andalusia dan di Sicylia serta tempat tempat lainya. Dalam konteksini, kita
sangat perlu menyebutkan seluruh peradaban yang berhasil dibangun Umat Islam di
jantung Eropa, Andalusia (Spanyol), dan bertahan selama delapan abad. Namun
akhirnya ia jatuh karena sikap fanatisme kaum kristen, sehingga banyak Umat
Islam yang dihukum mati dan banyak dari mereka yang menjadi korban.
Segala hal yang
baik dari para pendahulu umat Islam seyogiannya menjadi cerminan teladan bagi
kita, sementara segala hal yang kurang baik, sejatinya dijadikan sebagai
pelajaran yang sangat berharga.
Uraian diatas
menunjukkan kepada kita betapa besar sumbangan peradaban Islam terhadap
pengembangan filsafat dan ilmu pengetahuan, yang kita kenal sekarang. Meskipun
sampai saat ini masih terdapat kecenderungan untuk menafikan pengaruh peradaban
Islam terhadap perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan. Diantaranya
sebagaimana ungkapan Rene Sedillot, yang menyatakan bahwa sumbangsih peradaban
Islam terhadap peradaban umat manusia, hanyalah berupa pembakaran perpustakaan
dan penebangan hutan tanpa sejengkal tanah pun ditanami.
Semangat mencari
kebenaran yang dirintis oleh pemikir Yunani dan hampir padam oleh karena
jatuhnya Imperium Romawi, hidup kembali dalam kebudayaan Islam. Wells (1951)
menyatakan bahwa jika orang Yunani adalah Bapak Metode Ilmiah, maka kaum
muslimin adalah Bapak Angkat Metode Ilmiah. Metode Ilmiah diperkenalkan ke
dunia barat oleh Roger Bacon (1214 – 1294) dan selanjutnya dimantapkan sebagai
paradigma ilmiah oleh Francis Bacon (1561 – 1626). Bersamaannya dengan mundurnya kebudayaan
Islam, Eropa mengalami kebangkitan. Pada masa ini, buku-buku filsafat dan ilmu
pengetahuan karangan dan terjemahan filosof Islam seperti Al-Kindi, Al-Farabi,
Ibnu Sina dan Ibnu Rushd diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin. Pada zaman itu
Bahasa Latin menjadi bahasa kebudayaan bangsa-bangsa Eropa. Penterjemahan
karya-karya kaum muslimin antara lain dilakukan di Toledo, ketika Raymund
menjadi uskup Besar Kristen di Toledo pada Tahun 1130 – 1150 M. Hasil
terjemahan dari Toledo ini menyebar sampai ke Italia. Dante menulis Divina
Comedia setelah terinspirasi oleh hikayat Isra dan Mikraj Nabi Muhammad SAW.
Universitas Paris menggunakan buku teks Organon karya Aristoteles yang disalin
dari Bahasa Arab ke dalam Bahasa Latin oleh John Salisbury pada tahun
1182. Pekerjaan yang dilakukan oleh
Kaisar Frederick II untuk menterje-mahkan karya-karya filsafat Islam ke dalam
Bahasa Latin, guna mendorong pengembangan ilmu pengetahuan di Eropa Barat,
serupa dengan pekerjaan yang pernah dilakukan oleh Raja Al-Makmun dan Harun
Al-Rashid dari Dinasti Abbasiyah, untuk mendorong pengembangan ilmu pengetahuan
di Jazirah Arab
Setelah Kaisar
Frederick II wafat, usahanya untuk mengembangkan pengetahuan diteruskan oleh
putranya. Untuk tujuan ini putranya mengutus orang Jerman bernama Hermann untuk
kembali ke Toledo pada tahun 1256. Hermann kemudian menterjemahkan Ichtisar
Manthiq karangan Al-Farabi dan Ichtisar Syair karangan Ibnu Rushyd. Pada
pertengahan abad 13 hampir seluruh karya Ibnu Rushd telah diterjemahkan ke
dalam Bahasa Latin, termasuk kitab tahafut-et-tahafut, yang diterjemahkan oleh
Colonymus pada Tahun 1328.
Semangat para
filosof dan ilmuwan Islam untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tidak lepas dari
semangat ajaran Islam, yang menganjurkan para pemeluknya belajar mulai di dalam
kandungan sampai liang kubur,
sebagaimana perintah Allah SWT dalam Al Qur’an dan hadits Nabi Muhammad
SAW. Upaya yang harus dilakukan untuk mengembalikan kejayaan islam dalam
pencapaian Ilmu Pengetahuan adalah
kembali kepada tradisi keilmuan dalam agama Islam. Dalam Islam, ada dua jenis
ilmu, yaitu ilmu fardhu ‘ain dan fardhu kifayah. Yang masuk golongan ilmu
fardhu ‘ain adalah Al-Quran, hadis, fikih, tauhid, akhlaq, syariah, dan
cabang-cabangnya. Sedangkan yang masuk ilmu fardhu kifayah adalah kedokteran,
matematika, psikologi, dan cabang sains lainnya.
PERSPEKTIF
Kemunduran
peradaban islam di awali ketika pandangan Ibnu Rushyd yang menyatakan bahwa
jalan filsafat merupakan jalan terbaik untuk mencapai kebenaran sejati
dibanding jalan yang ditempuh oleh ahli agama, telah memancing kemarahan
pemuka-pemuka agama, sehingga mereka meminta kepada khalifah yang memerintah di
Spanyol untuk menyatakan Ibnu Rushd sebagai atheis. Sebenarnya apa yang
dikemukakan oleh Ibnu Rushd sudah dikemukakan pula oleh Al-Kindi dalam bukunya
Falsafah El-Ula (First Philosophy). Al-Kindi menyatakan bahwa kaum fakih tidak
dapat menjelaskan kebenaran dengan sempurna, oleh karena pengetahuan mereka
yang tipis dan kurang bernilai.
Pertentangan
antara filosof yang diwakili oleh Ibnu Rushd dan kaum ulama yang diwakili oleh
Al-Ghazali semakin memanas dengan terbitnya karangan Al-Ghazali yang berjudul
Tahafut-El-Falasifah, yang kemudian digunakan pula oleh pihak gereja untuk menghambat
berkembangnya pikiran bebas di Eropah pada Zaman Renaisance. Al-Ghazali
berpendapat bahwa mempelajari filsafat dapat menyebabkan seseorang menjadi
atheis. Untuk mencapai kebenaran sejati menurut Al-Ghazali hanya ada satu cara
yaitu melalui tasawuf (mistisisme). Buku karangan Al-Ghazali ini kemudian
ditanggapi oleh Ibnu Rushd dalam karyanya Tahafut-et-Tahafut (The Incohenrence
of the Incoherence).
Kemenangan
pandangan Al-Ghazali atas pandangan Ibnu Rushd telah menyebabkan dilarangnya
pengajaran ilmu filsafat di berbagai perguruan-perguruan Islam. Hoesin (1961)
menyatakan bahwa pelarangan penyebaran filsafat Ibnu Rushd merupakan titik awal
keruntuhan peradaban Islam yang didukung oleh maraknya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Hal ini sejalan dengan pendapat Suriasumantri (2002)
yang menyatakan bahwa perkembangan ilmu dalam peradaban Islam bermula dengan
berkembangnya filsafat dan mengalami kemunduran dengan kematian filsafat.
Mengenai
pertentangan yang terjadi antara kaum filosof dengan kaum tasawuf, mengenai
alat yang digunakan dalam rangka mencari kebenaran sejati, yang terus berlanjut
hingga saat ini, seharusnya dapat dihindari, bilamana kedua belah pihak
menyadari bahwa Tuhan telah menganugerahi manusia dengan potensi akal (baca
otak) dan hati/kalbu. Kedua potensi itu bisa dimiliki oleh seseorang dalam
kadar yang seimbang, namun dapat pula salah satu potensi lebih berkembang
daripada lainnya.
Orang yang
sangat berkembang potensi akalnya, sangat senang menggunakan akalnya itu untuk
memecahkan sesuatu. Orang demikian ini lebih senang melakukan olah rasio
daripada olah rasa dalam pencarian kebenaran sejati dan sangat berbakat menjadi
pemikir atau filosof.
Sementara itu
orang yang sangat berkembang potensi hati atau kalbunya, sangat senang mengeksplorasi
perasaannya untuk memecahkan suatu masalah. Orang demikian ini amat suka
melakukan olah rasa daripada olah rasio, untuk menemukan kebenaran sejati dan
sangat berbakat menjadi seniman atau ahli tasawuf.
Oleh karena itu
seharusnya tidak perlu terjadi pertentangan antara ahli filsafat dan ahli
tasawuf, karena keduanya adalah anugerah tuhan yang seharusnya diterima dengan
penuh rasa syukur. Seharusnya filosof dan ahli tasawuf dapat hidup berdampingan
dengan damai, dan saling melengkapi diantara keduanya, sebagaimana cerita Ibnu
Tufail dalam Hayy-Ibnu Yakdzhan, yang telah diuraikan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, Shabir et.al. 1999. Islam dan Ilmu Pengetahuan. Bangil :
Al-Izzah
Arsyad, M. Natsir. 1992. Ilmuwan Muslim Sepanjang Sejarah : Dari
Jabir Hingga Abdus Salam. Bandung : Penerbit Mizan
Bahreisj,
Hossein. 1995. Menengok Kejayaan Islam.
Surabaya : PT. Bina Ilmu
Gutas, Dimitri. Greek Thought, Arabic Culture, The Graeco-Arabic Translation Movement
in Baghdad and Early Abbasid Society (2nd-4th/8th-10 centuries). Routledge,
London-New York,
1998.
Munthoha, Aunur Rahim Faqih 1998, Pemikiran dan Peradaban Islam, UII
Press, Yogyakarta, hlm. 71.
Myers, Eugene A.2003. Zaman Keemasan Islam Para Ilmuwan Muslim dan
Pengaruhnya Terhadap Dunia Barat (Arabic Thought and Western World in The
Golden Age of Islam). Alih bahasa M.M. el-
Khoiry. Yogyakarta : Fajar
Pustaka Baru.
Praja, J.S. 2002. Filsafat dan metodologi ilmu dalam Islam. Penerbit Teraju,
Jakarta
Qaradhawi,
Yusuf. 2005. Meluruskan Sejarah Islam.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Seyyed Hossein, Oliver Leaman.2003. Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam.
Bandung: Mizan.
Sunanto. I. Poeradisastra, Sumbangan Islam kepada Ilmu dan Peradaban
Modern, (Jakarta: P3M, 2003, cetakan kedua), hlm. 67
Suriasumantri, J.S. 2002. Filsafat ilmu, sebuah pengantar populer,
cetakan ke-15. Pustaka Sinar harapan, Jakarta
Suyuthi, Imam. Tarikh Khulafa. Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2006
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006.
W. Montgomery Watt, 1990, Kejayaan Islam: Kajian Kritis dari Tokoh
Orientalis, Tiawa Wacana, Yogyakarta, hlm. 217-218, dan baca Badri Yatim,
1999, hlm. 96-97.
Post a Comment
Post a Comment