KPK menetapkan Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah sebagai tersangka OTT Gubernur Sulaw…
CALON ORANG BESAR MEMULAI PERUBAHAN
Senin, 16 Februari 09 - oleh : YAZID
Kita ini terlalu banyak menggunakan waktu,
tenaga, dan pikiran untuk sesuatu di luar diri kita. Juga terlalu banyak energi
dan potensi kita untuk memikirkan selain diri kita, baik itu merupakan
kesalahan,keburukan,mau pun kelalaian. Namun, ternyata sikap kita yang kita
anggap kebaikan itu tidak efektif untuk memperbaiki yang kita anggap salah.
Banyak orang yang menginginkan orang lain
berubah,tapi ternyata yang diinginkannya itu tak kunjung terwujud. Kita sering
melihat orang yang menginginkan Indonesia berubah. Tapi, pada saat yang
bersamaan, ternyata keluarganya 'babak belur', di kantor sendiri tak disukai,
di lingkungan masyarakat tak bermanfaat. Itu namanya terlampau muluk.
Jangankan mengubah Indonesia, mengubah anaknya
saja tidak mampu. Banyak yangmenginginkan situasi negara berubah, tapi kenapa
merubah sikap istri saja tidak sanggup. Jawabnya adalah: kita tidak pernah
punya waktu yang memadahi untuk bersungguh-sungguh mengubah diri sendiri. Tentu
saja, jawaban ini tidak mutlak benar. Tapi jawaban ini perlu diingat baik-baik.
Siapa pun yang bercita-cita besar, rahasianya
adalah perubahan diri sendiri.Ingin mengubah Indonesia, caranya ubah saja diri
sendiri. Betapapun kuatnya keinginan kita untuk mengubah orang lain, tapi kalau
tidak dimulai dari diri sendiri, semua itu menjadi hampa. Setiap keinginan
mengubah hanya akan menjadi bahan tertawaan kalau tidak dimulai dari diri
sendiri. Orang di sekitar kita akan menyaksikan kesesuaian ucapan dengan
tindakan kita.
Boleh jadi orang yang banyak memikirkan diri
sendiri itu dinilai egois.Pandangan itu ada benarnya jika kita memikirkan diri
sendiri lalu hasilnyajuga hanya untuk diri sendiri. Tapi yang dimaksud di sini
adalah memi kirkan diri sendiri, justru sebagai upaya sadar dan sungguh-sungguh
untuk memperbaiki yang lebih luas.
Perumpamaan yang lebih jelas untuk pandangan
ini adalah seperti kita membangun pondasi untuk membuat rumah. Apalah artinya
kita memikirkan dinding, memikir kan genteng, memikirkan tiang sehebat apa pun,
kalau pondasinya tidak pernah kita bangun. Jadi yang merupa kan titik kelemahan
manusia adalah lemahnya kesunggu han untuk mengubah dirinya, yang diawali
dengan kebe ranian melihat kekurangan diri.
Pemimpin mana pun bakal jatuh terhina manakala
tidak punya keberanian mengubah dirinya. Orang sukses mana pun bakal rubuh
kalau dia tidak punya keberanian untuk
mengubah dirinya. Kata kuncinya adalah
keberanian. Berani mengejek itu gampang, berani menghujat itu gampang, tapi,
tidak sembarang orang yang berani meli hat kekurangan diri sendiri. Ini hanya
milik orang- orang yang sukses sejati.
Orang yang berani membuka kekurangan orang
lain, itu biasa. Orang yang berani membincangkan orang lain, itu tidak
istimewa. Sebab itu bisa dilakukan orang yang tidak punya apa-apa sekali pun.
Tapi, kalau ada orang yang berani melihat kekurangan diri sendiri, bertanya
tentang kekurangan itu secara sistematis, lalu dia buat sistem untuk melihat
kekurangan dirinya,inilah calon orang besar.
Mengubah diri dengan sadar, itu juga mengubah
orang lain. Walaupun dia tidak mengucap sepatah kata pun untuk perubahan itu,
perbuatannya sudah menjadi ucapan yang sangat berarti bagi orang lain.
Percayalah, kegigi han kita memperbaiki diri, akan membuat orang lain melihat
dan merasakannya.
Memang pengaruh dari kegigihan mengubah diri
sendiri tidak akan spontan dirasakan. Tapi percayalah, itu akan membekas dalam
benak orang. Makin lama, bekas itu akan membuat orang simpati dan terdorong
untuk juga melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Ini akan terus
berimbas, dan akhirnya seperti bola salju. Perubahan bergulir semakin besar.
Jadi kalau ada orang yang bertanya tentang
sulitnya mengubah anak, sulitnya mengubah istri, jawabannya dalam diri orang itu
sendiri. Jangan dulu menyalahkan orang lain, ketika mereka tidak mau berubah.
Kalau kita sebagai ustadz, kyai, jangan banyak menyalahkan santrinya. Tanya
dulu diri sendiri.Kalau kita sebagai pemimpin, jangan banyak menyalahkan
karyawan, lihat dulu diri sendiri seperti apa.
Kalau kita sebagai pemimpin negara, jangan
banyak menyalahkan rakyatnya.Lebih baik para penyelenggara negara gigih
memperbaiki diri sehingga bisa menjadi teladan. Insya Allah, walaupun tanpa
banyak berkata, dia akan membuat perubahan cepat terasa, jika berani
memperbaiki diri. Itu lebih baik dibanding banyak berkata, tapi tanpa
keberanian menjadi suri teladan.
Jangan terlalu banyak bicara. Lebih baik
bersungguh-sungguh memperbaiki diri sendiri. Jadikan perkataan makin halus,
sikap makin mulia, etos kerja makinsung guh-sungguh, ibadah kian tangguh. Ini
akan disaksikan orang.
Membicarakan dalil itu suatu kebaikan.
Tapipembicaraan itu akan menjadi bumerang ketika perilaku kita tidak sesuai
dengan dalil yang dibicarakan.Jauh lebih utama orang yang tidak berbicara
dalil, tapi berbuat sesuai dalil. Walaupun tidak dikatakan, dirinya sudah
menjadi bukti dalil tersebut.
Mudah-mudahan, kita bisa menjadi orang yang
sadar bahwa kesuksesan diawalidari keberanian melihat kekurangan diri sendiri.
Amien
Post a Comment
Post a Comment