KPK menetapkan Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah sebagai tersangka OTT Gubernur Sulaw…
Pengaruh Peradaban Islam di Eropa
Islam Peradaban Dunia Yg Maju_Online
Dalam masa lebih tujuh abad, kekuasaan Islam
di Spanyol , umat Islam telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak prestasi
yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan kemudian Dunia kepada
kemajuan yang kompleks. Baik kemajuan intelektual maupun kemegahan pembangunan
fisik.[1]
Perlu
diketahui bahwa Spanyol diduduki umat Islam pada zaman khalifah Al-Walid bin
Abdul Malik (705-715 M), salah seorang khalifah dari Umayah yang berpusat di
Damaskus. Sebelum penaklukan Spanyol umat Islam telah menguasai Afrika Utara
dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari dinasti Bani Umayah.
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga
pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin pasukan ke sana.
Mereka adalah Tharif bin Malik, Thariq bin Ziyad dan Musa bin Nusair.
Penaklukan diawai dengan pengiriman 500 orang tentara di bawah pimpinan Thariq
bin Malik tahun 710 M, Ekspedisi ini berhasil dan ia kembali ke Afrika Utara
dengan membawa banyak ghanimah. Musa bin Nushair, gubernur Afrika Utara kala
itu mengirim 7000 orang tentara di bawah
pimpinan Thariq bin Ziyad. Pasukan kedua ini mendarat di bukit Gibraltar (Jabal
Thariq) tahun 711 M. karena musuh yang dihadapinya jumlahnya berlipat ganda,
Thariq mendapat tambahan 5000 orang tentara dari Afrika Utara, sehingga
pasukannya menjadi 12.000 orang. Pertempuran berhasil sampai Toledo, ibukota
Gothia Barat dapat direbut.
Bulan Juni 712 M Musa bin Nushair berangkat ke
Andalusia dengan 10.000 tentara dan menaklukan kota-kota yang belum ditaklukan
sebelumnya oleh Thariq. Di Kota Talaveria Thariq menyerahkan kepemimpinan
kepada Musa. Pada saat itulah Musa memaklumkan Andalusia menjadi bagian wilayah
kekuasaan bani Umayah yang berpusat di Andalusia.[2]
Penaklukan demi penaklukan dimenangkan umat
Islam sampai menjangkau Prancis Tengah dan bagian-bagian penting Italia.
Kemenangan ini nampak begitu mudah karena daya dukung dari eksternal maupun
internal.
Faktor eksternal adalah suatu kondisi yang
terdapat dalam negeri Spanyol sendiri yaitu kondisi sosial, politik dan ekonomi
Spanyol dalam keadaan yang memperihatinkan. Secara politik, wilayah Spanyol
terkoyak-koyak ke beberapa negeri kecil dan rakyat dibagi-bagi dalam sistem
kelas sehingga kehidupan mereka diliputi kemelaratan dan ketertindasan.
Sementara penguasa Gothic bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang
dianut penguasa. Dalam situasi seperti ini kaum tertindas menanti juru pembebas
dan juru pembebas mereka temukan dalam diri orang Islam.[3]
Adapun faktor internalnya adalah suatu kondisi
yang terdapat dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh pejuang dan para prajuritnya.
Para pemimpin ketika itu adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak,
bersatu dan penuh percaya diri. Mereka pun cakap, berani dan tabah dalam
menghadapi persoalan. Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang
ditunjukkan oleh tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan dan tolong
menolong. Sikap toleransi dan persaudaraan inilah yang menyebabkan penduduk
Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.[4]
Pengaruh Peradaban Islam di Eropa
Penaklukan Islam atas Andalus telah mengubah
kondisi Spanyol secara umum Penaklukan Islam telah berhasil menlenyapkan bangsa
Ghatia dan berbagai pengaruhnya dari negeri tersebut sehingga bangsa Ghatia
tidak lagi memiliki kekuatan, melainkan mereka yang berhasil melarikan diri ke
pegunungan Jaliqiah yang terletak di barat laut Spanyol.
Kerajaan dan harta kekayaan mereka telah
berpindah tangan kepada bangsa Arab sebagai penakluk. Sementara pemerintahan
Islam membiarkan sebagian penguasa lama yang telah membantu tetap memerintah,
sehingga Julian dikembalikan pada posisi semula sebagai penguasa Sabtah dan
harta kekayaannya dikembalikan semua.
Sedangkan orang-orang Yahudi yang menderita
dan terhina oleh Penguasa Ghatia diperbolehkan bergerak di sektor perdagangan
dan terlindungi di bawah pemerintah Islam.[5]
Bangsa Arab telah memperlakukan mereka yang
selama ini hidup dan tertekan dengan baik, sehingga pada masa pemerintahan
Islam mereka memperoleh dan menikmati hak-hak sipil secara luas. Di sisi lain
bangsa Arab memperkokoh stabilitas dan perdamaian di antara berbagai etnis yang
berlainan. Karenanya bangsa Spanyol sebagai bangsa yang patuh dengan pemerintah
Islam didapatkan sikap toleran sebagaimana yang diharapkan.
Sejumlah besar dari penduduk lapisan bawah
telah beralih menjadi pemeluk Islam yang taat. Perhatian mereka kini beralih
terhadap Islam dari kehidupan masa lalu di bawah para pemimpin yang tidak
pernah memperhatikan dan mengubah nasib bguruk mereka serta kehidupan yang
penuh penindasan dan perampasan terhadap rakyatnya.[6]
Kita mengetahui bahwa peradaban Yunani muncul
di Eropa kemudian datang berikutnya bangsa Romawi, mereka menyebarkan peradaban
dan menguasai seluruh daerah Eropa kecuali kaum bar-bar.
Pada abad empat masehi, bangsa Bar-bar datang
ke Eropa dari Asia Tengah dan Utara Eropa, mayoritas mereka tidak menetap
(nomaden). Mereka menekan batasan Bangsa Romawi sehingga bangsa Bar-bar
menguasai mereka. Kemudian peradaban Yunani berpindah ke Timur demi
menyelamatkan kebudayaan Romawi ke Konstantinopel ibukota Imperium Bizantium.
Bangsa Eropa kala itu pada zaman pertengahan
belum memiliki peradaban yang maju. dikenal zaman itu dengan zaman kegelapan.
Belum dijumpai daerah-daerah yang menjadi pusat pencerahan kecuali
daerah-daerah tertentu saja, itu pun yang ditempati oleh para pendeta yang memahami
bahasa Yunani dan bahasa latin.
Dengan masuknya Islam ke Spanyol, merubah
tatanan baru dan pencerahan terhadap bangsa Eropa dengan sebuah peradaban baru
yakni peradaban Islam yang dibawa oleh bangsa Arab dan masuk melalui Spanyol.
Karenanya, sulit dipungkiri kemajuan Eropa tidak bisa dilepaskan dari
pemerintah Islam di Spanyol.
Peradaban Islam masuk di Eropa
Peradaban Islam masuk di Eropa dengan empat
cara berikut ini:[7]
Melalui Andalusia (Spanyol).
Sebagian besar pengaruh kebudayaan Islam atas
Eropa terjadi akibat pendudukan kaum muslimin atas Spanyol dan Sisilia.[8]
Bangsa arab selama 8 abad lamanya menempati
daerah ini. Karenanya peradaban Islam menyebar di pusat-pusat tempat yang
berbeda. Seperti: di Kordova, Sevilla, Granada, Toledo.
Penduduk Andalusia (Spanyol) mayoritas
menganut ajaran masehi, yang kemudian terpecah dengan datangnya peradaban arab.
Bahkan mereka ganti bahasa mereka dengan berbicara dengan bahasa arab. Mereka
mengenal istilah Mozabarabes, kata ini yang dalam bahasa arab disebut
musta’rib[9]. Untuk itu pula para pendeta nasrani melakukan terjemahan injil ke
dalam bahasa Arab.
Sebagaimana disebutkan syalabi bahwa orang
Spanyol telah meninggalkan bahasa latin dan melupakannya, Seorang pendeta di
Cordova mengeluh, hampir di kalangan mereka tidak ada yang mampu membaca kitab
suci yang berbahasa latin. Bahkan cendekiawan muda hanya mengetahui dan
memahami bahasa Arab.[10]
Sejak pertama kali Islam mengijakkan kaki di
Spanyol sebagaimana disebutkan dalam pengantar paper ini hingga kerajaan Islam
berakhir di sana. Islam memainkan peranan yang sangat besar selama hampir 8
abad. Dari Spanyolah peradaban Islam pindah ke Eropa.
Melalui Sisilia
Kita mengetahui bahwa bangsa Arab menaklukan
Sisilia di masa akhir dinasti Aghalibah yang berdiri di Afrika (Sekarang
Tunisia dan Al-Jazair) di era Abbasiah yaitu di pertengahan abad 3 hijriah atau
10 Masehi dan paska Romawi menyerang daerah-daerah Islam. Ketika datang bangsa
Fatimiah dan membangun kekuasaannya di Barat, mereka juga menguasai Sisilia
bagian dari dinasti Aghalibah serta menguasai Selatan Italia sampai Roma.
Penguasaan bangsa Arab terhadap daerah-daerah
Italia menyebabkan peradaban Islam menjadi luas, daerah-daerah seperti Palermo,
Messine, Siracusaa, Bari selanjutnya menjadi pusat peradaban Islam di Italia.
Dunia Kristen latin ini merasakan pengaruh
Muslim melalui Sisilia. Serangan pertama ke Sisilia tahun 652, ketika kota
Siracusa dimasuki, orang-orang Arab memiliki angkatan perang yang mampu
menandingi angkatan perang Bizantium.
Pendudukan Arab atas Sisilia tidak berlangsung
lama seperti pendudukan atas Spanyol. Pada pertengahan abad ke-18, ksatria
Norman melihat bahwa mereka hidup dengan baik di Italia bagian selatan, sebagai
pedagang atau sebagai pengusaha militer independen. Efesiensi kemiliteran
mereka sedemikian rupa sehingga beberapa ratus ksatria di bawah pimpinan Robert
Guiscard telah berhasil mengalahkan Bizantium dan mendirikan kerajaan Norman.
Pada tahun 1060, saudaranya Roger memimpin
invasi ke Sisilia dan berhasil merebut Messina dan berlanjut dengan pendudukan
seluruh wilayah tersebut sampai 1091.[11]
Dengan demikian, kehadiran orang-orang Arab di
Spanyol dan Sisilia, keunggulan Arab secara perlahan menemukan jalur masuknya
ke Eropa Barat. Meskipun Eropa Barat telat menjalin hubungan dengan Imperium
Bizantium, ia jauh lebih banyak mengambil alih kebudayaan orang-orang Arab
ketimbang orang-orang Bizantium.[12]
Melalui datangnya orang-orang salib di Timur Islam.
Invasi atas Spanyol dan Sisilia memberi arti
bahwa suatu waktu Islam hadir di daerah pinggiran Kristen Latin. Namun
demikian, kehadiran ini bukanlah persoalan pentingnya menuntut reaksi
besar-besaran kecuali dari wilatah-wilayah tetangga yang dekat dengan wilayah
kaum muslim itu sendiri. Karenanya reaksi itu menjadikan munculnya gerakan
perang salib pada abad ke 11. Hal ini bias dianggap sebagai reaksi yang besar
terhadap kehadiran Islam, tetapi pusatnya justru di bagian Utara Perancis, yang
jauh kontaknya secara langsung di Negara-negara Islam.[13]
Selama perang salib ini telah mengakibatkan
terjadinya tukar menukart pengaruh budaya di antara mereka, atau lebih tepatnya
penerimaan orang-orang Eropa atas corak-corak kebudayaan Islam. Penyebaran
budaya ini tidak diragukan lagi dengan ditopang oleh keterampilan dan
ketangguhan orang-orang Arab dalam bidang perdagangan.
Di seluruh wilayah yang tunduk di bawah
pemerintahan Islam, tidak hanya terdapat kebudayaan Islam saja yang relative
homogen melainkan juga barang-barang yang dihasilkan kaum muslim tersebar jauh
melampaui batas-batas wilayah Islam.[14]
Selanjutnya orang-orang salib menetap di Timur
Islam dalam waktu yang cukup lama sejak abad 5 H sampai 7 H (Abad 12 sampai 17
M). karenanya terjadi hubungan yang intensif dengan seluruh peradaban Islam
yang mengherankan mereka. Walaupun peperangan terus terjadi antara kaum
muslimin tidak menutup para cendekiawan mereka mengambil seluruh peradaban
Islam dengan cara menyaksikan sendiri.
Serangkaian perang Salib di wilayah-wilayah
Islam tidak diragukan lagi telah memberikan sumbangan penyebaran kebudayaan
Arab di Eropa Barat.
Pertukaran perniagaan antara timur dan barat melalui Mesir.
Peristiwa ini terjadi sejak datangnya bangsa Fatimiah di Mesir dan
menjadikan Mesir sebagai pusat politik, perdagangan dan kebudayaan. Karena itu
penyerangan Mongol di Irak menjadikan Mesir sebagai ka’bah peradaban Islam di
era dinasti Mamalik sebagaimana dikatakan Ibnu Khaldun bahwa munculnya
peradaban di Mesir dengan kembalinya peradaban Islam sejak ribuan tahun yang
lalu.
Maka muncullah di Mesir gerakan Ilmu dan seni yang menjadikan para
penuntut ilmu datang dari Timur dan Barat. Ibnu Khaldun melanjutkan dengan
perkataannya ”Saya tidak melihat Mesir kecuali sebagai induknya Ilmu, wadahnya
Islam dan sumber ilmu serta pusat perniagaan.
Mesir telah membantu kemajuan peradaban di Eropa, adapun kota-kota di
Eropa seperti: Pisa, Genova, Venezis, Napoli, Firenze memiliki hubungan dagang
dengan Mesir. Kota-kota inilah yang kemudian menjadi bangkitnya Eropa atau yang
dikenal dengan renaissance serta menjadi cikal bakal peradaban modern di
Eropa.
Bukti Peradaban Islam di Eropa
Bukti adanya peradaban Islam di Eropa,
pengaruhnya dapat dirasakan dengan berbagai buku yang diterjemahkan dari bahasa
arab ke bahasa latin, bahasa Thalia dan Ibrani. Buku-buku tersebut memenuhi
perpustakaan Eropa di era-era awal. Dengan kata lain berlangsungnya
penerjemahan besar-besaran dari bahasa Arab ke bahasa latin.
Hal ini menunjukan majunya keilmuan Islam
dengan segala cabangnya. Begitu pula di era kebangkitan Eropa ketika bangsa
Eropa kembali dengan ilmu-ilmu Yunani klasik, mereka menjumpai buku-buku yang
memang telah dimuat dalam khazanah buku muslimin. Karenanya sebuah peradaban berdiri tidak
lepas dari peradaban sebelumnya.
Buku-buku lain yang mereka nukilkan adalah
ilmu filsafat, ilmu kedokteran, (buku-buku Ibnu sina dan Ar-Razi yang sudah
diterjemahkan). Buku-buku kedokteran ini diajarkan di kampus-kampus Eropa
sampai abad 18 tak terkecuali Sekolah Salerno yang dianggap sebagai sekolah
kedokteran pertama di Eropa.
Ibnu Sina dan Razi menjadi referensi kuliah
kedokteran di Paris bahkan lebih dari itu teori-teori Ibnu Khaldun yang menjadi
peletak dasar ilmu sosial masih dikenal di kampus-kampus Eropa sampai sekarang.
Selanjutnya dalam review buku ini disebutkan
para penterjemah yang berasal dari agama dan suku bangsa yang berbeda; mereka
menukil dan pindahkan ilmu bangsa Arab ke bangsa Eropa yang dimulai dari abad
11 Masehi hingga akhir era pertengahan, antara lain: Gerberto, Adelard ofbath,
Leonardo Pisano, Petrus alfons, dll.
Ketergantungan Eropa yang terus menerus kepada
kedokteran Arab hingga abad ke 15 dan ke 16 ditunjukkan dengan daftar buku yang
dicetak. Dari semua daftar itu, buku pertama adalah komentar Ferrari da Grado,
seorang guru besar di Pavia, atas bagian dari Continens, ensiklopedi besar
karangan al-Razi. Karangan Ibnu Sina, Canon dicetak pada tahun 1473, lalu pada
tahun 1475. dan sudah pada cetakannya yang ketiga bahkan sebelum karya Galen
dicetak.
Hingga tahun 1500, buku ini sudah dipublikasikan
dalam cetakkan yang keenam belas. Karena masih terus digunakan hingga tahun
1650, buku itu dipandang sebagai karya dalam bidang kedokteran yang paling
banyak dipelajari sepanjang sejarah. Buku ini diikuti oleh karya-karya
terjemahan dari bahasa Arab lainnya, termasuk beberapa karangan al-Razi, Ibnu
Rushd, Hunain bin Ishaq dan Haly Abbas.
Dalam karya Ferrari de Gardo, misalnya; Ibnu
Sina dikutip lebih dari tiga ribu kali, al-Razi dan Galen masing-masing seribu
kali, sedang hippocrates hanya seratus kali. Dengan demikian, kedokteran Eropa
abad ke-15 dan ke-16 masih merupakan kedokteran yang sedikit lebih luas dari
sekedar kepanjangan kedokteran arab.[15]
Hal lainnya dapat dijumpai dalam karya sastra
yang seluruhnya berasal dari bahasa Arab, buku yang paling populer,
diantaranya: كليلة و دمنة , ألف ليل وليلة , dll. Pengaruh karya sastra bangsa Eropa banyak diilhami dari dua
buku ini. Sebut saja sastrawan modern barat Shakespeare yang berasal dari
Inggris, banyak tulisannya sangat terpengaruh dari cerita-cerita timur.
Bukti lain dari pengaruh peradaban Islam di
Eropa adalah kata yang berasal dari bahasa Arab dan masih digunakan sampai
sekarang. Bukti ini bisa dikatakan yang paling besar pengaruhnya di bangsa
Eropa, kalimat-kalimat bahasa Arab ini dapat dijumpai dalam bahasa Spanyol,
Portugis, Italia dan lainnya. Mencakup pula bahasa tentang kehidupan dan ilmu
pengetahuan. Antara lain: Chiffre adalah kata yang berasal dari bahasa Arab
yakni صفر (nol), berarti penomoran dari arab. Admiral atau Amiral kata dari أمير البحر
(pemimpin laut), Cable yaitu الحبل (kabel), dsb.
Masih banyak lagi bukti pengaruh peradaban
Islam di Eropa baik dari musik dan kesenian, arsitek bangunan, pertanian dan
perdagangan serta ilmu peta. Untuk pembangunan fisik yang paling menonjol
adalah pembangunan kota, istana, masjid dan taman-taman. Di antara bangunan
yang megah adalah masjid Cordova, kota al-Zahra, masjid Sevile, istana al-Hamra
di Granada, istana al-Makmun, tembok toledo dan istana Ja’fariyah di Saragosa.
Sebagaimana disebutkan bahwa Cristoper
Colombus telah menelaah peta Arab saat itu tersebar di Eropa yang telah
diungkap sebelumnya oleh ahli geografi orang-orang Arab, mereka dikenal dengan المغرّرين
yang berjumlah 8 orang, mereka berjalan dalam lautan yang gelap ke barat selama
11 hari kemudian terus melaut ke selatan 12 hari sampai masuk ke salah satu
selatan pulau Amerika.
Disebutkan pula dalam buku Masalikul Abshor
karangan ibnu Fadlillah Al-Umari bahwa sekelompok orang dari bani Barzal melaut
ke lautan gelap; pastilah nama Brazil diambil dari nama-nama mereka. Begitu
juga penemuan Portugis di Afrika, kedatangan bangsa Eropa ke Hindia didasari
dengan apa yang pernah dilakukan oleh bangsa Arab.
Penutup
Prinsipnya penulis sepakat dengan Abdul Mun’im
Majid dalam bukunya: Tarikh al-Hadharah al-Islamiyah fil Ushuri al-Wustho bahwa kebudaayan Islam dan Arab sangat
mempengaruhi peradaban Eropa waktu itu apalagi bangsa Eropa ketika itu masuk
dalam era kegelapan. Begitu Islam masuk ke Eropa melalui Spanyol telah membawa
Eropa maju pesat dengan memunculkan gerakan renaissance atau gerakan kebangkitan Eropa.
Kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga
saat ini banyak berhutang budi kepada khazanah ilmu pengetahuan Islam yang
berkembang di periode klasik. Memang telah dikemukakan di atas bahwa saluran
peradaban Islam yang mempengaruhi Eropa melalui Spanyol, Sisilia, perang Salib
maupun pertukaran perniagaan. Tetapi Saluran yang terpenting dalam hal ini
adalah Spanyol Islam.
Spanyol merupakan tempat yang paling utama
bagi Eropa menyerap peradaban Islam. Baik dalam hubungan politik, sosial,
ekonomi maupun peradaban antar negara. Bahwa suatu kenyataan sejarah Spanyol
selama tujuh abad lebih berada dalam kekuasaan Islam.
Pengaruh peradaban Islam termasuk di dalamnya
pemikiran ibnu Sina, Razi dan ibnu Rusyd, pemikiran yang paling banyak dipelajari.
Kemudian banyaknya para pemuda Eropa yang belajar ke univesitas-universitas
Islam di Spanyol, seperti universitas Cordova, Sevile, Granada, Malaga dan
Salamanca. Selama belajar di Spanyol, mereka aktif menterjemahkan buku-buku
karya ilmuwan-ilmuwan muslim. Pusat penerjamahan adalah Toledo. Setelah pulang
ke negerinya mereka mendirikan sekolah dan universitas.
Universitas pertama di Eropa adalah
universitas Paris yang didirikan tahun 1231 M, tiga puluh tahun setelah
wafatnya Ibnu Rusyd. Di akhir zaman pertengahan Eropa, baru berdiri 18
universitas. Ilmu yang mereka peroleh dari universitas adalah ilmu kedokteran,
ilmu pasti dan filsafat.
Pengaruh ilmu pengetahuan dan peradaban Islam
di Eropa yang berlangsung abad 12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali
(renaissance) pusaka Yunani di Eropa abad ke 14 M. berkembangnya pemikiran
Yunani di Eropa ini melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan
diterjemahkan kembali ke dalam bahasa latin.
Walaupun akhirnya Islam terusir dari negeri Spanyol
dengan cara yang sangat kejam, tetapi Islam telah membidangi gerakan
kebangkitan di Eropa, gerakan kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik
padan abad 14 M yang bermula di Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M,
rasionalisme pada abad ke-17 M dan pencerahan (aufklarung) pada abad ke 18
M.[16]
Montgemary Watt menyebutkan bahwa pengaruh
kebudayaan Islam atas Eropa dengan tiga
hal; Pertama, sumbangan orang Arab ke Eropa tidak diragukan lagi terutama dalam
hal-hal yang menyokong perbaikan tingkat kehidupan dan memperkokoh basis
materialnya. Kedua, sebagian besar orang Eropa kurang menyadari pengaruh orang
Arab dan karakter Islam yang mereka ambil dan ketiga, kesastraan orang-orang
Arab dan yang menyertainya telah merangsang tumbuhnya imajinasi Eropa dan
kejeniusan politik orang Romawi.[17]
DAFTAR PUSTAKA
[1] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam
(Jakarta:Grafindo Persada, cet ke-16, 2004) hal 100.
[2] Siti Maryam, et.al, Sejarah Peradaban
Islam (Yogyakarta: Jur SPI Fak Adab IAIN Sunan Kalijaga, 2003) hal 94.
[3] Badri Yatim, op.cit, hal 91.
[4] Ibid, hal 93.
[5] Taqiyuddin bin Ahmad bin Ali al-Muqraizi,
Nafkh at-Thib min Ghusn al-Andalus, jilid 1 (Mesir: Bulaq, 1862). hal 126-127.
[6] Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh al-Islam,
Jilid 2, terj. H.A Bahauddin, (Jakarta: Kalam Ilahi, 2003) hal 82.
[7] Lebih lanjut lihat Abdul Mun’im Majid,
Tarikh al-Hadharah al-Islamiyah fil Ushuri al-Wustho, (Cairo: Maktabah
Misriyah,1978)
[8] W. Montgemary Watt, Islam dan Peradaban
Dunia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 1997) hal 2.
[9] Musta’rib adalah kelompok yang tetap
kepada keyakinannya tapi meniru adat istiadat bangsa Arab baik bertingkah laku
maupun bertutur kata. (lihat: Siti Maryam: Sejarah Perdaban Islam, hal 99)
[10] Syalabi, Mausu’ah Tarikh, (Mesir:
Maktabah Nahdah al-Misriyah,1983) hal 89-90.
[11] W.Montgemary Watt, op.cit, hal 6-7.
[12] Ibid, hal 42.
[13] Ibid, hal 18.
[14] Ibid, hal 22.
[15] M.Montgemary Watt, loc,cit, hal 99.
[16] S.I Poeradisastra, Sumbangan Islam kepada
Ilmu dan Peradaban Modern, (Jakarta: P3M, cet ke-2, 1986) hal 77.
[17] W. Montgemary Watt, hal 42.
Post a Comment
Post a Comment